BawelOhBawel.Com Chairil Anwar adalah penyair terkenal di Indonesia sampai saat ini.
Dia merupakan legenda dalam menciptakan puisi yang sangat bagus. Chairil Anwar
dilahirkan di Medan, 26 Julai 1922 lalu hijrah dan menetap di Jakarta.
Berikut ini merupakan Kumpulan Lengkap Puisi Chairil Anwar yang sampai saat ini masih
sangat disukai oleh pecinta puisi Indonesia.
DERAI DERAI CEMARA
cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah
PUISI KEHIDUPAN
Hari hari lewat, pelan tapi pasti
Hari ini aku menuju satu puncak tangga yang baru
Karena aku akan membuka lembaran baru
Untuk sisa jatah umurku yang baru
Daun gugur satu-satu
Semua terjadi karena ijin Allah
Umurku bertambah satu-satu
Semua terjadi karena ijin Allah
Tapi coba aku tengok kebelakang
Ternyata aku masih banyak berhutang
Ya, berhutang pada diriku
Karena ibadahku masih pas-pasan
Kuraba dahiku
Astagfirullah, sujudku masih jauh dari khusyuk
Kutimbang keinginanku.
Hmm masih lebih besar duniawiku
Ya Allah
Akankah aku masih bertemu tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?
Akankah aku masih merasakan rasa ini pada tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?
Masihkah aku diberi kesempatan?
Ya Allah.
Tetes airmataku adalah tanda kelemahanku
Rasa sedih yang mendalam adalah penyesalanku
Astagfirullah
Jika Engkau ijinkan hamba bertemu tahun depan
Ijinkan hambaMU ini, mulai hari ini lebih khusyuk dalam ibadah
Timbangan dunia dan akhirat hamba seimbang
Sehingga hamba bisa sempurna sebagai khalifahMu
Hamba sangat ingin melihat wajahMu di sana
Hamba sangat ingin melihat senyumMu di sana
Ya Allah,
Ijikanlah
AKU
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
SAJAK PUTIH
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
MALAM
Mulai kelam
belum buntu malam
kami masih berjaga
--Thermopylae?- jagal tidak dikenal ? tapi nanti
sebelum siang membentang
kami sudah tenggelam hilang
Zaman Baru,
No. 11-12
20-30 Agustus 1957
KRAWANG-BEKASI
Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
DIPONEGORO
Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
(Februari 1943)
Budaya,
Th III, No. 8
Agustus 1954
PENERIMAAN
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi
Chairil Anwar, seorang penyair legendaris Asal Indonesia yang amat terkenal dengan karya
puisinya. Tak sedikit karyanya yang bertema Cinta, berikut ini adalah kumpulan puisi cinta
karya Chairil Anwar yang bisa membuat kita merinding ketika membacanya.
TAMAN
Taman punya kita berdua
tak lebar luas, kecil saja
satu tak kehilangan lain dalamnya.
Kumpulan Puisi cinta Anda bingung mencari kumpulan puisi cinta ? anda bisa
membaca dan mencari kumpulan puisi cinta diwebsite kami.. karena semua puisi cinta
yang ...
Ketika Khalil Gibran bicara tentang cinta, semua pasti sudah tidak asing lagi dengan
Khalil Gibran. Dia adalah seorang seniman, penyair, dan penulis asal Lebanon.
Berikut ini adalah Kata mutiara ...
Sahabat itu sungguh luar biasa bermakna dalam hidup kita, dibawah ini adalah sajak
Persahabatan karya Khalil Gibran. isi dalam sajak ini sungguh bermakna, semoga bisa
...
Taufik Ismail adalah seorang sastrawan legendaris Indonesia. Hasil karyanya sangat
terkenal dan banyak jumlahnya, contohnya adalah hasil karya berbentuk puisi. Berikut
adalah puisi hasil karya ...
Kau Kekasihku
Hati ini tak lagi layu Semenjak kau sirami dengan air cinta Hariku semakin berwarna
Saat Kau mulai melukiskan kasih sayang di kanvas hatiku Diri ini ...
Puisi Chairil Anwar Karawang Bekasi - Kumpulan Puisi Chairil Anwar. Salah satu puisipuisi perjuangan karya Chairil Anwar yang sangat terkenal yaitu puisi berjudul Karawang
Bekasi. Puisi ini memiliki nilai sejarah yang sangat penting dan sangat menginspirasi kita
semua para penerus bangsa.
Puisi Karawang Bekasi karya Chairil Anwar mengisahkan perjuangan bangsa indonesia
merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Sehingga tidak heran, ketika kita masih duduk di
bangku sekolah dan mempelajari sejarah kemerdekaan indonesia seringkali kita membaca
pusi chairil Anwar yang berjudul Karawang Bekasi ini.
Dan berikut adalah isi dari Puisi Karawang Bekasi karya Chairil Anwar.
Karawang Bekasi Karya Chairil Anwar
Berikut adalah puisi cinta Chairil Anwar yang sangat terkenal dan banyak dikenang oleh
banyak pembaca puisi.
SENJA DI PELABUHAN KECIL
Buat Sri Ajati
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Chairil Anwar
26 Juli 1922
Lahir
Meninggal
Pekerjaan
Kebangsaan
Periode
menulis
1942 - 1949
Angkatan
Angkatan '45
Karya
terkenal
Krawang Bekasi
Dipengaruhi[tampilkan]
Chairil Anwar (lahir di Medan, Sumatera Utara, 26 Juli 1922 meninggal di Jakarta, 28
April 1949 pada umur 26 tahun) atau dikenal sebagai "Si Binatang Jalang" (dari karyanya
yang berjudul Aku [2]) adalah penyair terkemuka Indonesia. Bersama Asrul Sani dan Rivai
Apin, ia dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 dan puisi modern
Indonesia.
Daftar isi
1 Masa kecil
2 Masa dewasa
3 Akhir hidup
7 Pranala luar
8 Referensi
Masa kecil
Dilahirkan di Medan, Chairil Anwar merupakan anak tunggal. Ayahnya bernama Toeloes,
mantan bupati Kabupaten Indragiri Riau, berasal dari Taeh Baruah, Limapuluh Kota, Sumatra
Barat. Sedangkan ibunya Saleha, berasal dari Situjuh, Limapuluh Kota. [1] Dia masih punya
pertalian keluarga dengan Sutan Sjahrir, Perdana Menteri pertama Indonesia. [2]
Chairil masuk sekolah Hollandsch-Inlandsche School (HIS), sekolah dasar untuk orang-orang
pribumi waktu masa penjajahan Belanda. Dia kemudian meneruskan pendidikannya di Meer
Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), sekolah menengah pertama Hindia Belanda, tetapi dia
keluar sebelum lulus. Dia mulai untuk menulis sebagai seorang remaja tetapi tak satupun
puisi awalnya yang ditemukan.
Pada usia sembilan belas tahun, setelah perceraian orang-tuanya, Chairil pindah dengan
ibunya ke Jakarta di mana dia berkenalan dengan dunia sastra. Meskipun pendidikannya tak
selesai, Chairil menguasai bahasa Inggris, bahasa Belanda dan bahasa Jerman, dan dia
mengisi jam-jamnya dengan membaca karya-karya pengarang internasional ternama, seperti:
Rainer M. Rilke, W.H. Auden, Archibald MacLeish, H. Marsman, J. Slaurhoff dan Edgar du
Perron. Penulis-penulis ini sangat memengaruhi tulisannya dan secara tidak langsung
memengaruhi puisi tatanan kesusasteraan Indonesia.
Masa dewasa
Nama Chairil mulai terkenal dalam dunia sastera setelah pemuatan tulisannya di "Majalah
Nisan" pada tahun 1942, pada saat itu dia baru berusia dua puluh tahun. Hampir semua puisipuisi yang dia tulis merujuk pada kematian.[3]. Chairil ketika menjadi penyiar radio Jepang di
Jakarta jatuh cinta pada Sri Ayati tetapi hingga akhir hayatnya Chairil tidak memiliki
keberanian untuk mengungkapkannya.[4] Puisi-puisinya beredar di atas kertas murah selama
masa pendudukan Jepang di Indonesia dan tidak diterbitkan hingga tahun 1945.[5][6]
Semua tulisannya yang asli, modifikasi, atau yang diduga diciplak dikompilasi dalam tiga
buku : Deru Campur Debu (1949); Kerikil Tajam Yang Terampas dan Yang Putus (1949); dan
Tiga Menguak Takdir (1950, kumpulan puisi dengan Asrul Sani dan Rivai Apin).
Akhir hidup
Vitalitas puitis Chairil tidak pernah diimbangi kondisi fisiknya, yang bertambah lemah akibat
gaya hidupnya yang semrawut. Sebelum dia bisa menginjak usia dua puluh tujuh tahun, dia
sudah kena sejumlah penyakit. Chairil Anwar meninggal dalam usia muda karena penyakit
TBC[7] Dia dikuburkan di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta. Makamnya
diziarahi oleh ribuan pengagumnya dari zaman ke zaman. Hari meninggalnya juga selalu
diperingati sebagai Hari Chairil Anwar.
Karya tulis yang diterbitkan
Tiga Menguak Takdir (1950) (dengan Asrul Sani dan Rivai Apin)
Karya-karya Chairil juga banyak diterjemahkan ke dalam bahasa asing, antara lain bahasa
Inggris, Jerman dan Spanyol. Terjemahan karya-karyanya di antaranya adalah:
Chairil Anwar: Selected Poems oleh Burton Raffel dan Nurdin Salam (New
York, New Directions, 1963)
"Only Dust: Three Modern Indonesian Poets", oleh Ulli Beier (Port Moresby
[New Guinea]: Papua Pocket Poets, 1969)
The Voice of the Night: Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar, oleh
Burton Raffel (Athens, Ohio: Ohio University, Center for International
Studies, 1993)
Boen S. Oemarjati, "Chairil Anwar: The Poet and his Language" (Den Haag:
Martinus Nijhoff, 1972).
S.U.S. Nababan, "A Linguistic Analysis of the Poetry of Amir Hamzah and
Chairil Anwar" (New York, 1976)
Robin Anne Ross, Some Prominent Themes in the Poetry of Chairil Anwar,
Auckland, 1976
H.B. Jassin, "Chairil Anwar, pelopor Angkatan '45, disertai kumpulan hasil
tulisannya", (Jakarta: Gunung Agung, 1983)
Zaenal Hakim, "Edisi kritis puisi Chairil Anwar" (Jakarta: Dian Rakyat, 1996)
Puisi Chairil Anwar Aku | Puisi yang sangat Fenomental ini berbicara Kepada diri
sendiri Terhadap kehidupan yang dilalui, Di puisi charil anwar aku ini dia mencoba
menyampaikan kepada Masyarakat Bahwa dirinya begitu dekat dengan kehidupan
dan tidak terpisah dalam waktu yang lama. Begitu Kental Gaya bahasa yang ia
Gunakan dalam puisi ini, Puisi ini mengingatkan kita Untuk selalu Ingat dan
mengendalikan diri, Pesan Moralnya Cukup Kental disini.
Pada waktu yang lalu ilmuini juga Pernah menshare Puisi Chairil anwar silahkan
baca bagi yang belum membacanya karena disana Banyak puisi karya Chairil
anwar,
Berikut adalah bunyi bait-bait Puisi Perjuangan Chairil Anwar yang berjudul
Diponegoro
Setelah kita mempalajari makna puisi diponegoro karya chairil anwar diatas, maka
ada beberapa pesan yang dapat kita ambil.
Lewat puisi tersebut, Chairil Anwar Menghimbau pada generasi muda untuk
menghayati lagi semangat perjuangan para pahlawan (dalam hal ini: Diponegoro) dan
menerapkannya di era pembangunan dan teknologi sekarang ini.
Untuk itu, sebagai generasi penerus bangsa marilah kita untuk selalu semangat
memperjuangkan bangsa dan negara tercinta ini.
Apabila Anda mengetahui makna yang lebih luas tentang puisi diponegoro yang
merupakan puisi perjuangan karya chairil anwar, silakan Anda dapat berbagi lewat
kolom komentar dibawah. Terima kasih