Anda di halaman 1dari 7

SURAT DARI IBU

Karya : Asrul Sani

Pergi ke dunia luas, anakku sayang


pergi ke hidup bebas !
Selama angin masih angin buritan
dan matahari pagi menyinar daun-daunan
dalam rimba dan padang hijau.

Pergi ke laut lepas, anakku sayang


pergi ke alam bebas !
Selama hari belum petang
dan warna senja belum kemerah-merahan
menutup pintu waktu lampau.

Jika bayang telah pudar


dan elang laut pulang kesarang
angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
dan nakhoda sudah tahu pedoman
boleh engkau datang padaku !

Kembali pulang, anakku sayang


kembali ke balik malam !
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
“Tentang cinta dan hidupmu pagi hari.”
Diponegoro
(Chairil Anwar)

Di masa pembangunan ini


Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati

Maju
Ini barisan tak bergenderang berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati

Maju
Bagimu negeri
Menyediakan api
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sungguh pun dalam ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai

Maju
Serbu
Serang
Terjang
Perpisahan

(Elha)

Akhirnya peluit pun dibunyikan

Buat penghabisan kali kugenggam jarimu

Lewat celah kaca jendela

Lalu perlahan-lahan jarak antara kita

Mengembang jua

Dan tinggalah rel-rel, peron dan lampu

Yang menggigil di angin senja.


Doa
(Amir Hamzah)

Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita, kekasihku?


Dengan senja samar sepoi, pada masa purnama meningkat naik
Setelah menghalaukan panas payah terik

Angin malam menghembus lemah, menyejuk badan


Melambung rasa menayang pikir
Membawa angan di bawah kursimu.

Hatiku terang menerima katamu, bagai bintang memasang lilinnya


Kalbuku terbuka menunggu kasihmu, bagai sedap malam menyirak kelopak

Aduh, kekasihku, isi hatiku dengan katamu, penuhi dadamu dengan cahyamu
Biar bersinar mataku sendu, biar berbinar gelakku rayu!
Cintaku Jauh di Pulau

(chairil anwar)

Cintaku jauh di pulau


Gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya
Di air yang tenang, di angin mendayu
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja.”
Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau,
kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.
Kawanku dan Aku
(chairil anwar)

Kami sama pejalan larut


Menembus kabut
Hujan mengucur badan
Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan
Darahku mengental pekat. Aku tumpat pedat
Siapa berkata-kata?
Kawanku hanya rangka saja
Karena dera mengelucak tenaga
Dia bertanya jam berapa?
Sudah larut sekali
Hilang tenggelam segala makna
Dan gerak tak punya arti

Anda mungkin juga menyukai