Anda di halaman 1dari 4

Debu

Emha Ainun Nadjib

Debu yang menempel di keningmu


Biarkan, jangan diusap
Jika usai rakaat terakhir
Teruskan berdzikir

Disuruh oleh Allah butir-butir debu itu


Agar menyerap kotoran dari gumpalan otakmu
Jika telah penuh muatannya
Akan tanggal dengan sendirinya

Nanti pikiranmu mengkaca benggala


Beningnya tak terbilang kata
Cahaya Allah menembusnya
Memantul darimu ke wajah buram dunia

Kalau engkau bersujud hingga rakaat tak terhingga


Wajahmu sirna, menjelma cahaya
Kepada para malaikat, alam dan manusia
Tak bisa kau sodorkan apa pun kecuali cahaya

Cahaya hanya satu


Namanya satu
Kau dengar Allah menyapa, Muhammad menyapa
Dari dalam diri, yang bukan lagi pribadi

Layang-layang
Oleh: D. Zamawi Imron

sederhana sekali naiknya layang-layang itu


membawa harapan, membawa nama-nama

(angin mengukir gunung


dengan nilai-nilai
di pusat lembah yang teduh
ada tempayan purba dibasuh)

dalam takdir yang amat rahasia


maka putuslah layang-layang itu
sejumlah anak telah menunggu
dan siap memperebutkannya
pada hingar-bingar yang seperti sorak dunia
layang-layang itu koyak-moyak tak tentu bentuknya

(angin mengetuk jantung


nilai-nilai pun bangkit
setangkai mawar jatuh
dari segumpal kesedihan)

Hujan
Oleh : Soni Farid Maulana

Hujan, curahkan berkahmu yang hijau pada lembah hatiku.


Puaskan dahaga akar tumbuhan
Agar jiwaku
Terasa segar membajak kehidupan

Di pinggir jendela kuingat benar tahun lalu


Aku masih kanak bersenda-gurau, bernyanyi riang
Memutar-mutar payung hitam di bawah curahmu
Yang berkilau bagai perak tersentuh bulan

O, hujan, puaskan dahaga jiwaku agar berubah


Agar hidup menyeruak
Bagai tumbuhan
Menjemput cahaya maha cahaya

Diponegoro
Oleh : Chairil Anwar

Di masa pembangunan ini


Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati

Maju
Ini barisan tak bergenderang berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati

Maju
Bagimu negeri
Menyediakan api
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sungguh pun dalam ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai

Maju
Serbu
Serang
Terjang

Nyanyian Jiwa
Oleh : Fauzi Arifin

akulah hati yang bimbang


oleh petuah dan ajaran
akulah rindu yang melata
di bumi berkalung duka lara
akulah sepi yang mengaji
bertengger di keluasan jagat raya
akulah burung yang berkulik itu
berkabar tentang diri yang ada
akulah gelisah yang terjaga
mabuk dan menari separuh irama
akulah lirik dan lagunya
meratap menggemakan takbir di sudut-sudut dunia
Lagu Gadis Itali
Oleh : Sitor Situmorang

Kerling danau di pagi hari


Lonceng gereja bukit Itali
Jika musim tiba nanti
Jemput Abang di Teluk Napoli

Kerling danau di pagi hari


Lonceng gereja bukit Itali
Sedari Abang lalu pergi
Adik rindu setiap hari

Kerling danau di pagi hari


Lonceng gereja bukit Itali
Andai Abang tak kembali
Adik menunggu sampai mati

Batu tandus di kebun anggur


Pasir teduh di bawah nyiur
Abang lenyap hatiku hancur
Mengejar bayang di salju gugur

Gadis Peminta-minta
Oleh : Toto Sudarto Bachtiar

Setiap kali bertemu, gadis kecil berkaleng kecil


Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa

Ingin aku iku, gadis kecil berkaleng kecil


Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok
Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan
Gembira dari kemayaan riang

Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral


Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kau hafal
Jiwa begitu murni, terlelu murni
Untuk bisa membagi dukaku

Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil


Bulan di atas itu, tak ada yang punya
Dan kotaku, ah kotaku
Hidupnya tak lagi punya tanda

Perpisahan
Oleh : Elha

Akhirnya peluit pun dibunyikan


Buat penghabisan kali kugenggam jarimu
Lewat celah kaca jendela
Lalu perlahan-lahan jarak antara kita
Mengembang jua
Dan tinggalah rel-rel, peron dan lampu
Yang menggigil di angin senja
Kembang Setengah Jalan
oleh : Armijn Pane

Mejaku hendak dihiasi


Kembang jauh dari gunung
Kau petik sekarangan kembang
Jauh jalan panas hari
Bunga layu setengah jalan

Doa
Oleh : Amir Hamzah

Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita, kekasihku?


Dengan senja samar sepoi, pada masa purnama meningkat naik
Setelah menghalaukan panas payah terik

Angin malam menghembus lemah, menyejuk badan


Melambung rasa menayang pikir
Membawa angan ke bawah kursimu

Hatiku terang menerima katamu, bagai bintang memasang l

ilinnya
Kalbuku terbuka menunggu kasihmu, bagai sedap malam menyirak kelopak

Aduh, kekasihku, isi hatiku dengan katamu, penuhi dadamu dengan cahyamu
Biar bersinar mataku sendu, biar berbinar gelakku rayu!

Anda mungkin juga menyukai