Anda di halaman 1dari 7

KELAS 8.

4
BAHASA INDONESIA
Jenis -Jenis Puisi

Tugas 11 Bahasa Indonesia


Jenis – Jenis puisi
KELOMPOK 2
PUISI LIRIK
Anggota:
NASWAH BELLA ISVIANTY ZAHRA (elegi)
SENJA AULIA AGUSTIN (elegi)
DIKA ADITIA PUTRA (serenada)
M RIZKI APRIANSYAH (serenada)
PUTRA ANDIKA PRATAMA (ode)

SMP NEGERI 1 BANGUNREJO


KECAMATAN BANGUNREJO KABUPATEN
LAMPUNG TENGAH
PUISI ELEGI
Senja di Pelabuhan Kecil Kopi Hitam Arang
Karya: Chairil Anwar
Karya : Raudal Tanjung Banua
Ini kali tidak ada yang mencari cinta Kopi hitam arang nyalakan mata
di antara gudang, rumah tua, pada kami di warung-warung redup
cerita tiang serta temali. pinggir jalan
Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya
Seperti biji-biji kopi saat dirajang
mau berpaut
dan dipanggang ibu di atas tungku
ladang yang jauh.
Gerimis mempercepat kelam. Ada
juga kelepak elang menyinggung
muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Mata kami nyalang sekarang di
cekungnya kami temukan cawan
Tidak bergerak dan kini tanah dan berbagi sesama kawan lewat saling
air tidur hilang ombak. pandang.

Tiada lagi. Aku sendiri.


Berjalan menyisir semenanjung, Hisap, habiskan, hingga dasar
masih pengap harap sekali tiba di tinggal dedak!
ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempar, sedu
penghabisan bisa terdekap Dan endapan hitam arang kami
jadikan bahan coretan di jalan-jalan.
Di tanganku menjelma jadi tinta
menulis rindu dan kesakitan!
PUISI ELEGI
Derai-Derai Cemara
Karya:Chairilanwar Sia-Sia

Cemara menderai sampai jauh Karya: Chairil Anwar


terasa hari akan jadi malam ada Penghabisan kali itu kau datang
beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam Membawa kembang berkarang
Mawar merah dan melati putih
Aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak Darah dan Suci
lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan Kau tebarkan depanku
yang bukan dasar perhitungan kini Serta pandang yang memastikan:
Untukmu.
Hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah Lalu kita sama termangu
rendah Saling bertanya: apakah ini?
dan tahu, ada yang tetap tidak
terucapkan Cinta? Kita berdua tak mengerti
sebelum pada akhirnya kita
Sehari kita bersama. Tak hampir-
menyerah
menghampiri
Ah! Hatiku yang tak mau memberi
Mampus kau dikoyak-koyak sepi.

PUISI SERENADA
Serenada Merah Padam Serenada Cinta

Karya: W.S. Rendra Karya:Dimas Arika Mihardja


Senja tiba-tiba berkabut, kusebut
nama-Mu dalam hening ranting
Sekawan kucingberpasang-pasangan kering.
mengeong di kegelapan.
Jemari waktu menuding di kening.
Sekawan kucing mengeong dengan Sajadah menghitam basah dibasuh
bising mengeong dengan panas di resah yang buncah. Tapi aku
mengerti
kegelapan.
Engkau menguji betapa warna
Manisku! manisku!
sebuah hati.
Sekawan kucing berpasang-pasang Malam tiba mencengkam. Engkau
saling menggosokkan tubuhnya di selalu memisteri dalam isyarat kelam
kegelapan. kelambu tidur-jagaku.
Seekor kucing jantan menyapukan Angin risik dan aku bergegas
kumisnya yang keras ke bulu perut menangkap isyarat dan bisik
betinanya. lembutnya.
Aku menangkap dan menangkup
Maka yang betina berguling-guling
dingin air.
di atas debu tanah.
Membasuh resah di kedalaman
Menggeliat dan berguling-guling tak sembah.
terang pandang matanya.
Pagi mendadak datang lagi.
Serta dari mulutnya keluar suara
Aku baru saja duduk diaduk
panjang kerna telah dilemahkan
kecamuk. Seperti nyamuk, aku pun
seluruh urat badannya. terbang menuju pulang untuk
Manisku! Manisku! menemuimu. Engkau telah siap dan
berucap: hisaplah aku sepenuh
Dengarlah bunyi kucing mengganas dekap.
di kegelapan. Seekor kucing jantan Waktu berganti wahyu. Engkau
menggeram dengan dalam di leher taburkan aneka tanda
betinanya. di hamparan semesta. Aku merayap
memunguti tanda-tanda
Maka selagi sang betina kecapaian
ia pun menyeringai di kegelapan.
kebesaran-Mu. Pada jejak yang cintamu!
sesak oleh isak kutemukan diriku
terus menggapai puncak

PUISI SERENADA
Serenada Biru Wahai, janganlah angin itu
menyingkap selimut kekasihku!
Karya: W.S. Rendra
Serenada Hijau
Alang-alang dan rumputan bulan
mabuk di atasnya. Karya: W.S. Rendra

Alang-alang dan rumputan angin Kupacu kudaku.


membawa bau rambutnya. Kupacu kudaku menujumu.
Mega putih selalu berubah rupa. Bila bulan menegurkan salam dan
syahdu malam bergantung di dahan-
Membayangkan rupa yang datang
dahan.
derita.
Menyusuri kali kenangan yang
Ketika hujan datang malamnya
berkata tentang rindu dan terdengar
sudah tua:
keluhan dari batu yang terendam
angin sangat garang dinginnya tak Kupacu kudaku.
terkira.
Kupacu kudaku menujumu.
Aku bangkit dari tidurku dan
Dan kubayangkan sedang kau
menatap langit kelabu.
tunggu daku sambil kau jalin
rambutmu yang panjang.
PUISI ODE

Pahlawan Kehidupan Jangan pernah kau bosan. Jadi


haluan panutan
Karya : Nur Wachid
Meski pertiwi dalam kesengsaraan

Ku lihat kau berbuat Kaulah pelita cahaya kehidupan

Ku dengar kau berbicara. Ku Terima kasih untukmu


rasakan kau merasakan Sang pahlawan kehidupan
Mata binar tak khayal menjadi
panutan

Sejuk terasa haluan kata –katamu


BUKU
Menjadi sugesti pada diri kami.
Karya: Attaembul
Hingga jiwa ini tak sanggup berlari
Buku kau adalah gerbang ilmuku
Menjauhi jalan hakiki
Tanpamu aku tidak bisa berilmu
Lelah dirimu tak kau risaukan
Darimulah aku bisa belajar
Hiruk pikuk kehidupan mengharu
biru Supaya aku menjadi pintar

Itu jasa tentang pengabdian Buku kau adalah temanku

Bukan jasa tentang perekonomian Setiap hari aku membuka dan


membacamu
Semangatmu menjadi penghidupan
Mencoba memahami tulisan
Untuk kami menjalani kehidupan tulisanmu
Mencari pengetahuan baru

Buku menjadi teman perjuanganku Buku terimakasih atas kehadiranmu

Dikala bingung aku membaca buku Kau sudah mengajariku apa itu ilmu

Dikala mengerjakan PR aku Kau sudah mengajariku semua ilmu


membuka buku
Terima kasih atas semua jasamu
Dikala bosan aku melihat buku buku

Anda mungkin juga menyukai