Anda di halaman 1dari 34

SEBUAH ANTOLOGI PUISI

“CATATAN HATI”
Karya
DEBI NATALIA WOMSIWOR
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
campur tangan dan perlindungan-Nya, sehingga Antologi Puisi berjudul “Catatan Hati”
dapat terselesaikan dengan tepat.

Antologi puisi ini berisi tulisan tangan berdasarkan pengalaman pribadi penulis dan
dengan melihat kondisi riil kehidupan yang terjadi. Kumpulan puisi ini ditulis pada tahun
2019 -2020 dan merujuk pada jenis puisi bebas.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu
secara langsung maupun tidak langsung. Terutama semua yang telah menjadi alasan
penulisan puisi ini baik keluarga, teman. Kerabat. Semoga bermanfaat bagi pembaca.
Selamat membaca !

Penulis
DAFTAR ISI

Judul Puisi

1. Ilmu
2. Imagination
3. ¼ Sepilihan Sajak (Untuk Soni Farid Maulana)
4. Ikhlas
5. Antara Aku dan Dirimu
6. Ajakan Maut
7. Aku dan Pilihanku
8. Aneka Rupa Ibukota Bumi Khenambay Umbay
9. Pahlawannya Para Bajingan (Untuk Para Jugun Ianfu)
10. Dengan dan Tanpa Uang
11. Balada Orang Hilang
12. Halilintar Minggu Pagi
13. Sore yang Dingin
14. Malam
15. Sendiri
16. Sekeping Kisah
17. Di Balik Jeruji
18. Cenderawasih
19. Hidup
20. Dunia Berbeda
21. Ampuni Aku
22. Bola Mata Itu
23. Manusia Srigala
24. Ombang Ambing
25. Emosi
26. Dinamika Pikiran
27. Usapan Ceria
28. Kepiting Itu
29. Nada Jiwa
30. Jangan Gundah
31. Petang
32. Mutiara Berkaki
33. Ruang Rindu
34. Mentari
35. Kerumitan Cinta
36. Di Sini
37. Sebungkus Loba
38. Pahlawan
39. 25 tahun
40. Doa
ILMU

Di sekolah kau ada


Di rumah kau ada
Di tempat bermain kau ada
Kau ada dimana-mana

Jumpa denganmu membutuhkan pengorbanan


Terkadang lelah merasuk
Jenuh menggoda
Lapar dan dahaga menyapa
Namun kau tetap siap menanti mereka yang membutuhkanmu

Ilmu, kaulah jendela dunia


Tabir kebodohan dan keterbelakangan kau singkap
Hanya untuk mencerdaskan anak bangsa
Terimakasih atas jasamu, telah mengantar anak negeri menjelajah dunia

IMAGINATION

Duduk di hamparan pasir tipis


Berhadapan biru laut di langit cerah
Mendendangkan lagu rindu
Membawa angan terbang melayang
serupa larik lagu dengan vokalis Shawn Mendez
Sebuah masa disaat kita bersama
Dalam tawa berbagi kisah
Manis dan lekat terekam
Mungkin segala gerak kita disaksikan air laut itu
Dengan bayu yang berhembus perlahan
Tebaran daun ketapang yang menguning diatas pasir
Saat camar melambung tinggi
setinggi angan terbawa melayang dalam imajination kita

1 Penulis :Debi Natalia Womsiwor email : debiwomsiwor@gmail.com


¼ Sepilihan Sajak
(Untuk Soni Farid Maulana)

Gemuruh kata-katamu menghantam beton-beton Parijs Van Java


Tak terhalangi apapun itu
Kala kenyataan pahit mengambil keperjakaanmu di masa silam
Bahkan kisah Mei 1998 terkupas habis dalam spontanitasmu
Dalam era yang penuh nafsu liar

Disaat lagu murammu terlantun


Dipenuhi kegundahan semata
Membelai ubun-ubun kepalaku
Ibarat deru di laut lepas
Yang perlahan dan pasti : Ia kelak menyantap kita, tepat ditepi ranjang

IKHLAS

Biarkan...
Relakan ...
Lepaskan....
Lapangkan dada ......
Berhati besar dan melepaskan gayutan itu berlari

2 Penulis :Debi Natalia Womsiwor email : debiwomsiwor@gmail.com


ANTARA AKU DAN DIRIMU

Melalang lintas di depan pandangan


Bercanda tawa lagi berisik dan gaduh
Dengan gaya kekanak-kanakkanmu kadang ku ingin marah

Ah, aku sadari, ini duniamu


Dunia kita memanglah berbeda
Dirimu tetaplah dirimu
Aku tetaplah aku

Wahai muridku, tetaplah jadi murid terbaik


Biar zaman berganti
Kenanglah aku sebagai gurumu

AJAKAN MAUT

Dalam sukma yang menggebu


Tidur tak punya ketenangan
Kala mata terkatup lekat
Bayang-bayang seperti sosok hitam
berkelebat terus melalang lintas di arah pikiran

Siapakah itu, dari mana datangnya?


Hendak ke mana dan apa tujuannya?
Lebih membingungkan dari puzzel yang di meja tamuku
Bahkan memberikan tawaran tak jelas
Demi menaburkan benih kepalsuan di ladang cinta
Menaburkan bibit keegoisan di padang hijau

Membenamkan pekat gila ketamakan pada mata air hidup


Meracuni segala yang bernyawa
Bagai rintikan hujan awal musim
Si akar bencana

3 Penulis :Debi Natalia Womsiwor email : debiwomsiwor@gmail.com


AKU DAN PILIHANKU

Aku...
Berdiri di sini ketika arus deras sungai kehidupan menghanyutkan
Kala purnama indah menerangi malamku
Berada disini menatap jauh menembus mega mendung
Berpacu dalam alunan melodi kehidupan
Bertarung mempertahankan prinsip

Bercerita kepada mereka tentang mimpi-mimpi yang ingin kugapai

Pilihanku tetap menjadi nomor satu


Tak akan diduakan oleh berbagai kepahitan
Walaupun mungkin tersisa sepertiga waktu hidupku
Namun dalam kepastian, diperempatan jalan yang mungkin membingungkan
Aku tetap pada pilihanku
Bersandar pada dinding kesucian Ilahi
Berdoa untuk kuat menghadapi tiap detail pilihan hidupku

4 Penulis :Debi Natalia Womsiwor email : debiwomsiwor@gmail.com


ANEKA RUPA IBUKOTA BUMI KHENAMBAY UMBAY

Jauh di kaki gunung Cyclop yang berkabut dipeluk dingin


Semarak menatapi hiruk pikuk kota Sentani
Di balik awan yang hitam
Jauh dari gemericik air terjun deru kendaraan roda dua dan empat berpacu dengan
bisingnya aktivitas bandara Sentani

Tak kenal lelah dan ampun


Dikala bulldozer memerangi batu-batu gunung
Hanya demi ruko-ruko yang terus menjamur
Dari sudut beningnya danau Sentani terdengar lagu klasik “timbun lagi..timbun lagi..babat
lagi dan babat saja hutan sagu demi hotel dan mall

Bahkan mungkin danau Sentani bak putri tidur itu


Telah diperkosa dari segala penjuru demi kepuasan semata
Dan di kala musim tak tentu
Menenggelamkan rumah pesisir orang pribumi

Dan dibalik kesenyapan malam


Nyanyian sendu alam ini terus menggema terhadap perubahan
Dari waktu ke waktu dalam diam berkepanjangan
Keseimbangan alam kian terkikis oleh ketamakan
Membangkitkan dilema dalam nestapa

5 Penulis :Debi Natalia Womsiwor email : debiwomsiwor@gmail.com


PAHLAWANNYA PARA BAJINGAN
(Untuk para Jugun Ianfu; WPS Zaman Penjajahan Jepang)

Aku tak pernah dengar jeritan hatimu


Aku tak pernah melihat lagi senyummu
Bahkan kutak pernah merasakan
Berbagai pergolakan batin yang kau alami

Masa muda dirajai kekelaman


Raga digagahi dalam kebringasan
Diri tak bernilai sama sekali
Roda derita terus berputar

Luka jiwa dan raga tak terobati


Meradang...Menyisakan amis darah
Disisir udara pagi pedesaan nan asri
Hidup bak di neraka alami

Sungguh...Inikah takdir?
Ataukah hanyalah tumbal dosa leluhur yang harus dirajuti dalam tangis?
Siapakah yang bertanggung jawab atas getir ini?
Apakah aku, dia, atau siapa?
Mungkin benang merah takdir sedang dirajut
Menyisakan memori penajajahan yang terekam lekat

6 Penulis :Debi Natalia Womsiwor email : debiwomsiwor@gmail.com


DENGAN DAN TANPA UANG

Dengan uang, semua dapat dibeli


Dengan uang, kehormatan diperoleh
Dengan uang, nyawa tiada lagi berharga
Dengan uang, ketulusan cinta terbalas dusta

Dengan uang, dunia dijelajahi


Dengan uang, si hina ditendang
Dengan uang, rentenir bertambah kaya
Dengan uang, nilai diri tak berarti

Tanpa uang, banyak orang stres


Tanpa uang, kaum terpandang menjadi koruptor
Tanpa uang, Rumah Sakit Jiwa penuh pasien
Tanpa uang, jiwa terasa mati
Mati gaya karena mati harta hingga berujung kematian

7 Penulis :Debi Natalia Womsiwor email : debiwomsiwor@gmail.com


BALADA ORANG HILANG

Rumpun ilalang bergoyang perlahan tersapu angin


Kami di situ dalam detik terakhir hembusan napas
Setelah kalah dalam pergulatan akan ketamakan
Menyerah tanpa syarat bersimbah darah

Dalam pekat hitam kamar apartemen


Dinding menyaksikan dalam bisu
Kami disekap tanpa kata dan daya
Diperkosa dan dibantai dalam lantai cinta segitiga
Bahkan kasih tak sampai dan dendam kesumat pewarisan harta

Sejujurnya...
Kami ingin hidup namun konflik telah berkepanjangan
Bagai guruh ombak yang tak pernah berakhir
Hidup kami hanyalah diujung senapan dan bayonet
Tak ada yang dibanggakan
Hanya sekarat dan menunggu takdir di kala ajal menjemput

Memang selalu ada rindu untuk mereka yang erat di dada


Namun sepat rasa ini telah membawa warna manis yang pernah ada
Terseret jauh dalam arus kelobaan
Dan nyawa kami..
Tiada beda dengan onggokkan sampah rumah tangga penuh kebusukan

Hingga ditapal batas makam


Sisa belulang kami terkubur diharumi kamboja putih dan merah muda
Dan belantara hutan...
Dasar sungai dan laut...
Menjadi rumah bagi tulang-tulang putih kami yang termakan waktu dalam kisah pahit.

8 Penulis :Debi Natalia Womsiwor email : debiwomsiwor@gmail.com


HALILINTAR MINGGU PAGI

Masih tergambar jelas kesenyapan subuh itu


Dingin dipeluk kabut dan embun
Saat mimpi merajai penghuni jamur-jamur mungil di kaki bukit
Masih sangat sepi

Dia di sana...
Perempuan paruh baya dengan buncit perut
Tepat sembilan bulan menanti hadirnya sosok tak berdosa
Bersandar di sudut ruang kecil
Dalam sayu tergambar kepedihan dan sepat rasa hidup yang dialami

Dia di sana ...


Lunglai dan sakit-sakitan
Tampak dalam bola matanya, bayang-bayang lima anak manusia
Yang kecil ceking serupa anak tangga
Masih butuh belaian cinta semata

Dia di sana...
Merenungi esok yang belum tentu datang
Dalam mata sembab karena tangis semalam ada doa terucap tulus
Dari dasar jiwanya yang lelah
Serupa kepasrahan

Masih subuh di hari Minggu itu


Dia di sana... terjaga...
Kala dingin terus merambah, menjalari tubuhnya
Makin lama kian dingin
Dia di sana ..Tersenyum dalam kekakuan
Jiwanya mengawang dalam kesenyapan
Pergi ke keabadian

Dan kini, dia pasti masih di sana


Dalam kisah Halilintar Minggu Pagi

9 Penulis :Debi Natalia Womsiwor email : debiwomsiwor@gmail.com


SORE YANG DINGIN
(Untuk para nelayan sejati)

Sapuan bayu menganta gigil gerogoti tulang dalam kekakuan


Rintik hujan memburamkan kaca jendela
Kulihat kau melintas tepat di depan pandanganku

Sore yang dingin


Tanpa alas kaki
Jejak-jejakmu memberi bekas pada lumpur
Tepat di depan mataku

Kala rintik hujan lelah berguyur


Hanya kaos tipis pelindung tubuh
Celana pendek sebatas lutut
Berjalan perlahan dengan pasi dan lunglai

Sore yang dingin


Kau pulang dengan tangan hampa
“Pasti hendak melaut namun cuaca memburuk” Kataku
Saat memandangmu tepat di depan mataku

Sore yang dingin


Tepat di depan pandanganku
Kau tersenyum
“Masih ada hari esok” katamu dalam tawa kecil

10 Penulis :Debi Natalia Womsiwor email : debiwomsiwor@gmail.com


MALAM

Gelap..
Dingin...
Sepi ....
Entahkah bintang bertaburan
Entahkah rembulan berpancar cahaya
Ataukah diguyur hujan deras
Ataukah mendung pekat awan berarak
Tetaplah menjadi bagian dari kehidupan

Mungkinkah terdengar tawa kecil sepasang kekasih?


Mungkinkah ada linangan air mata si janda?
Mungkinkah setiap doa dinaikkan dalam kesunyian
Malam..
Pekat..
Gelap..
Sepi..

SENDIRI

Bersandar di dinding kamar hening


Tertunduk lesu dalam keraguan
Bimbang akan misteri hidup
Yang belum tersingkap

Dalam dilema kudisini


Berharap waktu cepat berlalu
Ingin segera menjemput hari esok
Namun esok belum tentu datang

Banyak sudah bebean yang harus dipikul


Pundak seakan tak sanggup terbebani
Termakan usia kudisini
Melemah lapuk dan tanpa daya

11 Penulis :Debi Natalia Womsiwor email : debiwomsiwor@gmail.com


SEKEPING KISAH

Adik kecilku..Kesayanganku
Mengasihimu adalah hal terindah
Mengenalmu adalah karunia
Kaulah anugrah bagi kakak
Dari kecil hingga dewasa kupertaruhkan segenap jiwa dan raga
Kurela dimarah ibu agar kau tak menangis
Kusabar menahan tendangan ayah agar kau dapat tersenyum ceria
Kuikhlaskan permainan kesukaan hanya untuk menggendongmu
Berkeliling lapangan dengan melihat kawan asyik bermain
Waktu belajar dan tidurpun kupersembahkan kepadamu

Wahai adikku..
Apakah yang terjadi saat ini?
Kau menjauh tanpa sebab dariku
Apakah jabatan dan kemewahan membuat kau melupakan segalanya?
Aku yang dilu menjadi kebanggaanmu
Kini hanyalah sampah kotor busuk dan memuakkan

Ketika kutak berdaya


Kubutuh bahumu sebagai sandaran
Ketika kesakitan menjengukku tanpa terhindarkan
Kubutuh biaya pengobatan
Kau malah menjauh

Kini kau bahkan menjadi lebih hebat


Pintar dan berpangakt
Kau miliki segalanya
Rumah mewah,kendaraan pribadi, uang yang banyak..
Aku terabaikan

Ingatkah kau ketika kukorbankan anak istriku demi pendidikanmu?


Ingatkah kau ketika kusuapkan bubur panas di kala kau tak berdaya?
Ingatkah kau ketika bahuku menjadi sandaranmu?
Kita pernah menangis bahagia bersama

12 Penulis :Debi Natalia Womsiwor email : debiwomsiwor@gmail.com


Adikku sayang ...
Kapankah kita bersama lagi?
Menangis bersama...
Tertawa bersama ...
Mengulang kembali kisah masa lalu
Bersama ayah bunda yang telah berpulang

Kapan lagi kita jalan berdampingan


Menyusuri lorong waktu yang panjang
Melewati jalan setapak mwnuju laut
Me;ihat camar menari-nari

Adikku kesayanganku...
Buanglah keegoisan dalam kepalamu
Kuburlah tinggi hati dan angkuhmu
Agar kau dapat melihat aku yang tenagh merendah di hadapanmu

13 Penulis :Debi Natalia Womsiwor email : debiwomsiwor@gmail.com


DIBALIK JERUJI

Tatapan kosong memiliki arti


Mungkinkah itu penyesalan?
Ataukah gundah yang tak terungkap?
Terperangkap dalam pupil mata itu

Langit-langit ruang mungil penuh warna


Warna nestapa tak berujung
Dinding seakan menasehati
Lagi lantai memotivasi

Terkadang rindu merasuk


Ingin pulang jumpa mereka
Menghirup udara kebebasan bernama impian
Berusaha sekuat tenaga melawan segala rasa di hati
Hidup bagai terjajah di tengah lapang gersang

Ah, sudahlah...
Hikmah diambil dari setiap kejadian
Mungkin ini tempatnya merubah diri
Mungkin ini waktunya untuk makna kehidupan
Dan inilah saatnya memajukan diri kearah yang gemilang

14 Penulis :Debi Natalia Womsiwor email : debiwomsiwor@gmail.com


CENDERAWASIH

Burung surga itulah julukanmu


Bercanda ria di rimba Papua
Bertengger di ranting pepohonan memamerkan bulu indahmu
Membuat setiap mata terpikat

Cenderawasih...
Kini tak terdengar lagi nyanyian merdumu
Hanyalah nyanyian sendu menyayat hati
Hilang lenyap di tangan pemburu serakah
Dirimu hanyalah hiasan rumah tak bernyawa
Hidupmu kini diambang kepunahan

Wahai cenderawasih....
Maafkan segala salah dosanya
Kau rela korbankan diri bagi ketamakkan
Kini wajah Papua tersirat duka
Alam Papua telah membisu meratapi kepergianmu

HIDUP
Dimaknai sebaik mungkin
Sebab ada berkat
Ada hukuman menanti
Ada waktu yang harus terlewati
Hari ini baru
Esok tinggal kenangan
Tak ada yang mesti dibanggakan
Hanyalah hati yang mengasihi
Tekun...
Sabar...
Kan mamahami arti sejatinya hidup

15 Penulis :Debi Natalia Womsiwor email : debiwomsiwor@gmail.com


DUNIA BERBEDA

Hening sepi malam pekat


Lalui hari dalam penat
Bayangan-bayang silam menghantui
Sepat kata jiwa

Datang dengan berjuta kenangan


Setiap detik menit selalu terekam
Bisikkan jiwa berkata lain ketika arah ingin ditentukan bersama
Dalam dimensi berbeda kita berpacu

Kau bilang begini


Kumau begitu
Dalam keegoisan kita bertarung
Berkali-kali terus terjadi

Akh, aku lelah


Begitu sulitkah menjadi satu dalam perbedaan prinsip yang mencolok?
Terlalu rumit untuk direnungi
Tidak mungkin bertahan dalam rasa berbeda

Biarlah arah ditentukan masing-masing


Agar duka dan gelap mata dapat terhindari
Dan tidak menimbulkan sesak berkepanjangan
Sungguh, jalan masih panjang.

16 Penulis :Debi Natalia Womsiwor email : debiwomsiwor@gmail.com


AMPUNI AKU

Tak sadar menapaki dosa


Jalan panjang penuh kenistaan
Pekat gelap hitam terasa
Nurani terusik
Ketentraman menjauh lenyap
Saat menempuh pilihan yang salah
Lagi berat langkah tertatih
Bertingkah arogan lagi ego

Hidup terasa hampa


Duka menghadang hati bertanya
Kemanakah damai itu?
Sementara bisikkan jiwa terus merasuk
Ketidakberdayaan menghampiri dalam bimbang
Oh Tuhan, ampunilah aku
Hanya pada-Mu, aku berserah

BOLA MATA ITU

Sendiri dalam kekalutan


Bersandar di sudut malam
Resah diperdaya angin
Jutaan pasang bola mata itu sinis menatap tajam, merasuki
Menembus jantung menikam batin

Telah kucoba bersembunyi di dinding batu


Tapi jutaan pasang bola mata itu terus mengawasi dalam diam yang menyakitkan
Hingga lelah datang menghadang, aku menyerah..
Karena ternyata bola mata itu, hanya ilusi

17 Penulis :Debi Natalia Womsiwor email : debiwomsiwor@gmail.com


MANUSIA SRIGALA

Cakar setajam sorot laser


Merobek dagingku bersimbah darah segar
Kau melolong mencari mangsa kecil tak bernoda

Dalam gelap malam tua


Tampakmu buas berwujud srigala
Tiada ampun, tiada peduli berpacu dalam kebringasan
Korban bertebaran ibarat dedaunan musim gugur nan kian hilang ditelan bumi

Jika siang datang


Rupamu manusia cantik sempurna
Pukat harimau terpasang
Kelincahanmu mengendalikan tanpa rasa salah dan dosa
Hati cantik hati srigala
Menjerumuskan anak manusia ke dasar bumi

OMBANG-AMBING

Laksana sebatang kayu


Terhempas kian kemari
Di samudra lepas tiada tepi
Tak tahu waktu merapat pantai

Bagai biduk kecil tanpa awak


Yang kemudinya telah patah
Bertahan ditengah gerusan gelombang laut
Tak tentu arah entah kemana

18 Penulis :Debi Natalia Womsiwor email : debiwomsiwor@gmail.com


EMOSI

Marah membakar bak api


Hilang berganti sedih menghampiri
Namun gembira kemudian tak terkendali
Tak lama kecewa pula

Sebentar bentar resah cemas


Mungkin juga ketakutan itu telah merajai
Membayang ke segala arah
Terbitkan lelah di pikiran

Sungguh ... luapan ini begitu mengusik


Merusak alur kerja otak kiri
Nurani terganggu melemahkan raga
Sia-sia lagi bingung dan bosan

Ah, mungkin ada baiknya diatasi


Biarkan pena menari-nari diatas kertas
Membuang semua kepenatan
Kala emosi kian membara

19 Penulis :Debi Natalia Womsiwor email : debiwomsiwor@gmail.com


DINAMIKA PIKIRAN

Mata melotot tajam, ternyata itu tatapan kosong


Salak anjing itu tiada lagi mengagetkan
Mungkinkah telah mengalami tuli?
Sesulit itukah untuk fokus?

Dalam gelak tawa riuh


Ada yang mematung
Berwajah merah pada lalu muram
Tak tahulah apa dipikirkan

Tidur laksana terpanggang


Jungkir dan balik tiada tentu
Sesekali merem kembali melek
Ingin sampai diujung mimpi, sirna ....

Tinggal kulit pembalut tulang


Habis masa lelah ke petang
Tak berdaya menhadapi semua
Terbuai dalam dinamika pikiran

20 Penulis :Debi Natalia Womsiwor email : debiwomsiwor@gmail.com


USAPAN CERIA

Kabut tipis 07 Juli 2018


Berarak perlahan tersapu angin
Dalam kepastian laut teduh di kaki horizon
Seteduh suasana hati anak Ngaya
Deru speed boat menyibak ombak kecil
Seirama nada manis di jiwa

Syukur bagi-Mu, Tuhan


Itulah gita manis mereka
Doa mereka
Suara hati mereka
Dengarlah ya, Raja

Mungkin keceriaan ini kan berakhir ketika pekat malam datang


Dan bayang-bayang sore menghampiri saat radio alam berbunyi krrriiiik, kriiiik..
Namun cerita indah ini abadi dalam memori

KEPITING ITU

Melongok..
Melongok..
Dan lagi melongok tanpa henti
Mungkinkah berniat menjadi sahabatku
Ataukah tatap seramku begitu menakutkan
Kepiting itu...
Maukah kau menjadi temanku
Dalam larik sajak ini kau kuhadirkan
Kau yang gentar dengan sosok ini, tak perlu bersedih hati
Aku suka caramu menatapku
Kepiting itu..
Marilah bersamaku duduk bersila beralas pasir pantai Usapan
Melihat anak Ngaya beria-ria menyibak biru laut
Di kaki langit bulan Juli yang cerah

21 Penulis :Debi Natalia Womsiwor email : debiwomsiwor@gmail.com


NADA JIWA

Irama sendu getarkan sanubari


Memainkan melodi cinta, cipta keindahan
Kala prahara menjenguk bagai arus ombak menghantam karang
Nada jiwa mainkan melodimu
Lantunan syahdu tenangkan batin
Rasa sepat sirna
Raga tak digagahi kekelaman
Remukan hati telah sembuh
Usai dalam dari keresahan

JANGAN GUNDAH

Dengarlah kicauan burung


Riuh dalam kegembiraan
Dengarlah gemericik air hujan dari sela-sela dedaunan
Menyegarkan hati yang lara
Dengarlah kokok ayam jago, berceloteh riang
Lihatlah kupu-kupu di taman
Tiada lelah beterbangan
Lihatlah dedaunan kecil itu menari-nari dihembus bayu
Lihatlah kembang bermekaran menerima surya

Duhai kekasih hati...


Nikmatilah semuanya
Resapilah sebegitu dalam dan tenangkan batimu
Alirkan kenyamanan dalam kalbu
Dan biarkan gundah berlalu diantar waktu menuju masa yang silam

22 Penulis :Debi Natalia Womsiwor email : debiwomsiwor@gmail.com


PETANG

Lembayung senja menyapa


Tepat pada horizon
Keemasan bak kota dalam cerita I.S. Kijne
Dan burung malam bersuka menyambut si raja hitam
Mengantar lelah pulang ke peraduan
Melepaskan jenuh tak terbendung

Lihatlah...
Di tapal batas horizon
Surya membenamkan diri
Diiringi gema malam dalam gelap pekat berwarna hitam

MUTIARA BERKAKI

Dari dasar jiwa


Ada mutiara yang sirna
Kucoba cari dan terus kucari
Namun tak kutemui

Rasa hati tak menentu


Terombang ambing dalam bimbang
Dan mutiara itu
Sungguh telah hilang

Entah kemana ia pergi


Mungkinkah telah dimiliki orang lain
Lelah sangat kumencari
Mustahil tuk didapati kembali

Dalam keraguan kusandarkan diri


Pada rentangan sang waktu
Berharap pahit berganti manis
Menorehkan warna menepis hampa

23 Penulis :Debi Natalia Womsiwor email : debiwomsiwor@gmail.com


RUANG RINDU

Antara harapan dan kenyataan


Saat waktu tak mampu mengungkapkan
Menyendiri di sudut sepi
Hati bertanya jawaban tak didapati
Terkadang batin menangis ,menahan rasa
Hendak bertanya kepada waktu
Kapankah penantian ini kan berakhir?
Yang terdengar adalah bunyi tik, tik, tik..
Detakkan jarum jam dalam ruang rindu

Berasa ingin berlari sejauh mungkin


Menjemputmu pulang
Membawamu kembali pada raga ini
Ah.. sial.. hanya bisa menunggu...
Menanti...
Dan berharap kita berjumpa di ruang kosong penuh warna
Ruang rindu

24 Penulis :Debi Natalia Womsiwor email : debiwomsiwor@gmail.com


MENTARI

Menyapa diufuk timur


Membangunkan yang terlelap
Memancarkan sinar kasih
Memberikan asa dalam kalbu

Vitamin D kau hasilkan untuk pertumbuhan tulang


Saat panasmu kian terik cikal bakal siklus hidrologi terjadi
Berjuta pakaian menjadi kering
Petani garam bergembira ria
Pengrajin kerupuk dan ikan asin tersenyum puas
Tetumbuhan hijau berfotosintesis

Kala petang menyapa


Senjamu diufuk barat merona
Memancarkan jinggamu
Sungguh indah menawan

KERUMTIAN CINTA

Hari ini kau katakan “ya” esok tidak lagi


Waktu itu kau bilang kita kan selalu bersama
Namun kini kalimat itu hilang lenyapentah kemana
Datang dan pergi tanpa hiraukan diriku
Aku bingung ...
Ragu...
Resah ...
Saat kita bersama, akulah yang nomor satu
Namun saat pertengkaran datang
Aku terabaikan...
Terlupakan...
Terpuruk..
Namun saat kuterus bertahan
Mencoba untuk tetap dekat padamu

25 Penulis :Debi Natalia Womsiwor email : debiwomsiwor@gmail.com


Kau selalu menyambut perasaanku
Aku semakin bingung
Apakah gerangan yang sedang terjadi
Mungkinkah waktu atau keadaan yang salah?
Ataukah kita yang salah melihat dengan jeli arti cinta sejati
Satu yang kupastikan
Semua akan baik-baik saja dan tetap bertahan menyibak kabut kerumitan cinta
Yang dingin dan sendu

DI SINI

Di sini
Di ruang sepi
Termenung kusendiri
Merenungi kisah ini

Di sini..
Di tempat ini
Kuceritakan segala keresahan
Kebimbangan...
Keraguan...
Dan keputusasaan yang sering menggoda
Seakan mengajakku untuk mengakhiri semuanya
Ya ... semua kisah pahit yang pernah ada

Di sini...
Di relung hati ini
Ada permohonan maaf atas kesalahan
Telah salah memahami arti hidup sejati

Di sini..
Kusandarkan harap dan percayaku
Karen kuyakin
KAU selalu ada
Di sini

26 Penulis :Debi Natalia Womsiwor email : debiwomsiwor@gmail.com


SEBUNGKUS LOBA

Semburat hitam tersapu diatas kanvas


Membentu burung gagak
Jemari lentikmu terus menorehkan kuas
Ya, tepat di atas kanvasmu

Dala gambar cipratan cat


Menonjol warna-warni kehampaan
Saat sebungkus loba terkatup jelas dalam sapuan kuasmu
Kau terpana

Dalam tatapan muramu kau bergumam “mengapa keegoisan begitu melekat diantara para
kerabat?
Makna persaudaraan terkikis habis dalam individualisme
Lagi dan lagi kau pandangi torehan jemarimu
Ah, sebegitu pahitkah realita hidup ini?
Tak seindah pemandangan teluk Youtefa kala cerah

27 Penulis :Debi Natalia Womsiwor email : debiwomsiwor@gmail.com


PAHLAWAN

Suaramu yang lantang membakar semangat


Membara di hati setiap insan
Memekakkan gendang telinga
Membuka jiwa menyuarakan perjuangan

Derap langkah tegap membangunkan tidur lelap


Tak pernah goyah tersapu waktu
Tegar menghadapi kerumitan masa penuh nafsu liar penajajahan
Memburu ke segala penjuru tanpa ampun

Darah keringat dan nyawamu kau persembahkan


Tak kau hiraukan mereka yang merindu demi sebuah kata “merdeka”
Demi bangsa yang sejahtera bebas dan mandiri
Setegak karang ditepi pantai

Wahai pahlawan, kini kau tlah berkalang tanah


Gugur sebagai bunga bangsa mengaharumi nama negeri dengan dedikasimu
Makammu diharumi kamboja putih mewangi
Namamu hanyalah tinggal nama yang akan menceritakan perjuangan gigihmu
Izinkanlah kami menorehkan tinta perjuanganmu dengan tulisan yang menhidupkan bangsa
tercinta Indonesia

25 TAHUN

25 tahun aku berkelana di bumi ini


Menapaki alur kehidupan
Berisi segudang pengalamn
Kulalui dalam canda tangis

25 tahun kuasingkan diri demi berjuta harapan


Harapan yang mengantarku di sini
Ketika optimisme menjadi pacuan dalam menggapai cita

28 Penulis :Debi Natalia Womsiwor email : debiwomsiwor@gmail.com


Bermodal restu sang bunda berbekal nasihat saudara ku ada diperantauan
25 tahun awal yang indah di 2017
Untuk meniti kehidupan di tanah orang
Demi mereka yang tercinta di kampung halaman
Dan untuk dia yang setia menanti

DOA

Kala asa meluruh


Kala duka menghadang
Kala isak tangis mengiasi detik demi detik kehidupan
Aku memanggil-Mu

Saat fitnahan merobek gendang telinga


Saat cacian tak dapat dihalau
Saat rentetan sindirian menyeruak
Aku memanggil-Mu

Ya, Tuhan, mulialah kiranya nama-Mu


Mampukanlah aku menapaki alur hidup ini
Dengan limpahan syukur yang mendalam
Dan penuh hormat pada-Mu dalam ketegaran

29 Penulis :Debi Natalia Womsiwor email : debiwomsiwor@gmail.com


PENULIS

Debi Natalia Womsiwor adalah seorang guru sekolah


dasar yang bertugas di SD YPK Muris Kampung Yakore
Distrik Demta Kabupaten Jayapura Provinsi Papua.
Dilahirkan di Genyem, 28 Desember 1992. Memiliki latar
belakang pendidikan guru sekolah dasar dari FKIP
Universitas Cenderawasih yang lulus pada tahun 2015.
Saat ini sedang mengikuti pendidikan profesi guru pada
LPTK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai