Anda di halaman 1dari 5

Naskah Puisi

1.
SUARA MALAM
Karya: Chairil Anwar

Dunia badai dan topan


Manusia mengingatkan, "Kebakaran di Hutan"
Jadi ke mana
Untuk damai dan reda?
Mati.
Barang kali ini diam kaku saja
dengan ketenangan selama bersatu
mengatasi suka dan duka
kekebalan terhadap debu dan nafsu.
Berbaring tak sedar
Seperti kapal pecah di dasar lautan
jemu dipukul ombak besar.
Atau ini.
Peleburan dalam Tiada
dan sekali akan menghadap cahaya.
.......................................................
Ya Allah! Badanku terbakar — segala samar.
Aku sudah melewati batas.
Kembali? Pintu tertutup dengan keras.

Februari, 1943

Catatan:
Suara Malam adalah puisi karya Chairil Anwar yang diambil dari buku kumpulan puisi
“Lomba Baca Puisi Seabad Chairil Anwar” (Perpusnas Jakarta 2022).

Juknis Porseni MI Jawa Timur Tahun 2023 1


2.
SIAP-SEDIA
Karya: Cairil Anwar

Tanganmu nanti tegang kaku,


Jantungmu nanti berdebar berhenti,
Tubuhmu nanti mengeras batu,
Tapi kami sederap mengganti,
Terus memahat ini Tugu,

Matamu nanti kaca saja,


Mulutmu nanti habis bicara,
Darahmu nanti mengalir berhenti,
Tapi kami sederap mengganti,
Terus berdaya ke Masyarakat Jaya.

Suaramu nanti diam ditekan,


Namamu nanti terbang hilang,
Langkahmu nanti enggan ke depan,
Tapi kami sederap mengganti,
Bersatu maju, ke Kemenangan.

Darah kami panas selama,


Badan kami tertempa baja,
Jiwa kami gagah perkasa,
Kami akan mewarna di angkasa,
Kami pembawa ke Bahgia nyata.
Kawan, kawan
Menepis segar angin terasa
Lalu menderu menyapu awan
Terus menembus surya cahaya
Mamancar pencar ke penjuru segala
Riang menggelombang sawah dan hutan.

Segala menyala-nyala!
Segala menyala-nyala!

Kawan, kawan
Dan kita bangkit dengan kesedaran
Mencucuk menerang hingga belulang.
Kawan, kawan
Kita mengayun pedang ke Dunia Terang!

1943
Catatan:
Suara Malam adalah puisi karya Chairil Anwar yang diambil dari buku kumpulan puisi
“Lomba Baca Puisi Seabad Chairil Anwar” (Perpusnas Jakarta 2022).

Juknis Porseni MI Jawa Timur Tahun 2023 2


3.
DUKA PERTIWI
Karya: Viefa

Ibu
Kulihat jalanan itu penuh debu tapi banjir luapan rindu
Dipinggir jalan berjajar gedung pencakar langit mencabik harapan anak-anak jalanan
Kontras mulusnya mobil-mobil mewah melaju pongah

Di bawah temaram malam sempit terdesak pikiran bimbang


Cinta di ujung mata menjadi hampa
Terpenggal cita pada guratan zaman
Berlari mengukur gang-gang peradaban
Alunan musik genjrengan menyeringai waktu tak bertuan

Di balik cinta dan keyakinan


Aroma polusi dekil pada lengket tubuhnya
Mencari telatah cinta dari aroma kasih t’lah musnah
Mengais sepotong kemewahan dari terik bringas arus jalanan
Menangis tak seharusnya mengemis
Duka Pertiwi kulihat dari wajahmu
Dia anak negeri dalam pencarian diri

10 Oktober 2021

Catatan:
Puisi Duka Pertiwi adalah karya Viefa yang diambil dari buku “Antologi Bersama seri
ke-2 Penyair Membaca Indonesia/93 Penyair Membaca Ibu” (Teras Budaya, 2022).

Juknis Porseni MI Jawa Timur Tahun 2023 3


4.
HARI BUMI
Karya: Aming Aminoedhin

Pohon-pohon masih berdau hijau, tak usah risau.


Di kota-kota kini ditanami bebunga, indah warna.
Di desa petani tetap menanam padi, hijau indah di mata.
Lading-ladang tebu tetap berbunga, memutuh-putih bersih indah.
Begitu juga ladang melon dan semangka, tetap menjalar sepanjang ladang-ladang terbuka.
Melihatnya betah teramat indah.

Tapi lihat hutan-hutan, hijaunya sirna.


Tangan siapa merusak, bikin banjir air berontak?
Tenggelam kota, sawah, dan ladang terbuka.
Tenggelam angan kita hidup merdeka.

Kini saatnya alam bicara, siapa salah


dalam langkah menjaga bumi tercinta.
Alam atau manusia?

Di hari bumi ini, hanya ada tanya tak terjawab.


Adakah kita manusia, berbuat rusak, tanpa tahu dampak?
Ah…manusia, selalu saja terlambat dalam merawat alam ini.
Aku atau engkaukah itu?

20 April 2022

Catatan:
Suara Malam adalah puisi karya Chairil Anwar yang diambil dari buku kumpulan puisi
“Lomba Baca Puisi Seabad Chairil Anwar” (Perpusnas Jakarta 2022).

Juknis Porseni MI Jawa Timur Tahun 2023 4


5.
IBU
Karya: D Zawawi Imron.

kalau aku merantau lalu datang musim kemarau


sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama reranting
hanya mataair airmatamu ibu, yang tetap lancar mengalir
bila aku merantau
sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku
Di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan
Lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar
Ibu adalah gua pertapaanku
Dan ibulah yang meletakkan aku di sini saat bunga kembang menyemerbak bau sayang
Ibu menunjuk ke langit, kemundian ke bumi
Aku mengangguk meskipun kurang mengerti
Bila kasihmu ibarat samudera
Sempit lautan teduhtempatku mandi, mencuci lumut pada diri
Tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
Lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku
Kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan
Namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu
Lantaran aku tahuengkau ibu dan aku anakmu
Bila aku berlayar lalu datang angin sakal
Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal
Ibulah itu bidadari yang berselendang bianglala
Sesekali datang padaku
Menyuruhku menulis langit biru
Dengan sajakku

1966

Catatan:
Ibu adalah puisi karya D Zawawi Imron yang berjuluk Celurit Emas

Juknis Porseni MI Jawa Timur Tahun 2023 5

Anda mungkin juga menyukai