Anda di halaman 1dari 3

JENIS – JENIS PUISI

1. Puisi Naratif
a. Balada b. Romansa
Balada Orang-Orang Tercinta
Karya: W.S. Rendra
Taman
Kita bergantian menghirup asam
Batuk dan lemas terceruk Karya: Chairil Anwar
Marah dan terbaret-baret Cinta
Taman punya kita berdua tak lebar luas, kecil saja
membuat kita bertahan
dengan secuil redup harapan satu tak kehilangan lain dalamnya. Bagi kau dan
aku cukuplah
Kita berjalan terseok-seok
Mengira lelah akan hilang Taman kembangnya tak berpuluh warna Padang
di ujung terowongan yang terang rumputnya tak berbanding permadani halus
Namun cinta tidak membawa kita lembut dipijak kaki.
memahami satu sama lain
Bagi kita bukan halangan.
Kadang kita merasa beruntung
Namun harusnya kita merenung Karena
Akankah kita sampai di altar
Dengan berlari terpatah-patah dalam taman punya berdua Kau kembang, aku
Mengapa cinta tak mengajari kita kumbang aku kumbang, kau kembang.
Untuk berhenti berpura-pura?
Kecil, penuh surya taman kita
Kita meleleh dan tergerus tempat merenggut dari dunia dan ‘nusia
Serut-serut sinar matahari
Sementara kita sudah lupa
rasanya mengalir bersama kehidupan
Melupakan hal-hal kecil
yang dulu termaafkan

Mengapa kita saling menyembunyikan


Mengapa marah dengan keadaan?
Mengapa lari ketika sesuatu c. Diponegro
membengkak jika dibiarkan?
Kita percaya pada cinta Diponegoro
Yang borok dan tak sederhana Karya: Chairil Anwar
Kita tertangkap jatuh terperangkap Di masa pembangunan ini
Dalam balada orang-orang tercinta Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
2. Puisi Lirik Di depan sekali tuan menanti
a. Elegi Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Elegi buat Zizi
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
Karya: Toto Sudarto Bachtiar MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Karena kematian yang masih hidup Kepercayaan tanda menyerbu
Aku rimba kelam kabut dan lapar Sekali berarti
Sudah itu mati
Arak musim hujan iba memutus waktu MAJU
Zizi! Nanti tiba waktu untuk tak lagi bicara Bagimu Negeri
Menyediakan api
Bila malam masih suara santun, masih saja aku cinta Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditinda
Masih saja kugaris lambang-lambang kecil pada kaca
Sungguhpun dalam ajal baru tercapai
Yang hilang bila aku pulang Jika hidup harus merasai
Maju.
Dan malang makin tahu arti malang Serbu.
Kini aku hanya menunggu setiap akhir minggu Serang.
Terjang
Hari-hari warisan tinggal suara muram membius
Hari-hari musim depan tetap mengandung rahasia
Yang hidup, hingga tiba ketetapan waktu

b. Serenada
Serenada Biru
Karya: W.S. Rendra
1). 3)
Alang-alang dan rumputan Ketika hujan datang
bulan mabuk di atasnya. malamnya sudah tua:
Alang-alang dan rumputan angin sangat garang
angin membawa bau rambutnya. dinginnya tak terkira.
2) Aku bangkit dari tidurku
Mega putih dan menatap langit kelabu.
selalu berubah rupa. Wahai, janganlah angin itu
Membayangkan rupa menyingkap selimut kekasihku
yang datang derita.
3. Puisi Deskriptif
a. Satire
Negeriku negara tanpa imbalan
Karya: K.H. A. Mustofa Bisri rampok-rampok diberi rekomendasi
mana ada negeri sesubur negeriku? dengan kop sakti instansi
sawahnya tak hanya menumbuhkan padi, tebu, maling-maling diberi konsesi
dan jagung tikus dan kucing
tapi juga pabrik, tempat rekreasi, dan gedung
perabot-perabot orang kaya di dunia
dan burung-burung indah piaraan mereka b. Puisi Kritik Sosial
berasal dari hutanku
ikan-ikan pilihan yang mereka santap Peringatan
Karya: Wiji Thukul
bermula dari lautku Jika rakyat pergi
Ketika penguasa pidato
emas dan perak perhiasan mereka
Kita harus hati-hati
digali dari tambangku Barangkali mereka putus asa
Kalau rakyat bersembunyi
air bersih yang mereka minum
Dan berbisik-bisik
bersumber dari keringatku Ketika membicarakan masalahnya sendiri
Penguasa harus waspada dan belajar mendengar
mana ada negeri sekaya negeriku?
Bila rakyat berani mengeluh
majikan-majikan bangsaku Itu artinya sudah gawat
Dan bila omongan penguasa
memiliki buruh-buruh mancanegara
Tidak boleh dibantah
brankas-brankas ternama di mana-mana Kebenaran pasti terancam
Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
menyimpan harta-hartaku
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
negeriku menumbuhkan konglomerat Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
dan mengikis habis kaum melarat Maka hanya ada satu kata: lawan!

rata-rata pemimpin negeriku


dan handai taulannya
terkaya di dunia
mana ada negeri semakmur negeriku
penganggur-penganggur diberi perumahan
gaji dan pensiun setiap bulan
rakyat-rakyat kecil menyumbang

C. Puisi Impresionistik

Aku
Karya: Chairil Anwar
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lag

Anda mungkin juga menyukai