Anda di halaman 1dari 25

Stephen Shore

Dalam Kemelut Puisi

AKBAR KURNIAWAN
KEPADA
STEPHEN
SHORE
DAN
DIRI
SENDIRI
DAFTAR ISI
PRAKATA ii

Pada Sebuah Jalan 1


Percakapan Berhantu 2
Ikut Ayah ke Kota 4
Barangkali 6
Arah Ingin 7
Berita Kematian 10
Kekasih Orang-Orang 12
Menangkap Rupa Kekasih 13
(Tidak Berjudul) 15
Puisi dalam Album Shore 17
Tentang 18

i
PRAKATA
Fotografi dan puisi adalah sahabat sejati. Tak jarang
kita temukan ragam antologi puisi yang disematkan
foto-foto hitam putih sebagai sandingannya.
Kebetulan saya amat mengagumi Stephen Shore,
selaku fotografer atas karya-karya yang hendak
kalian tengoki ini. Jujur saja foto-foto Shore
sangatlah sederhana namun ciamik. Kesan yang
tertinggal selepas memandangi hasil jepretannya itu,
lama membekas di kepala dan tidak kunjung pergi.
Setiap kali melihat foto-foto Shore, saya seolah
hendak diceritakan bagaimana kejadian aslinya.

Di dalam kumpulan puisi kali ini, sekaligus keraguan


saya atas: apakah karya kali ini kelanjutan dari
zine-zine saya bulan lalu atau bukan, saya ingin
mengajak pembaca sekalian menuju percakapan
yang kami buat (foto Shore dengan saya) dalam rupa
puisi. Semoga karya saya saat ini mampu
mengenalkan kalian terhadap karya-karya Shore
lebih dekat lagi.
ii
Jalan megah itu menyimpan
kesepian orang-orang.
Dari sepatu ke sepatu
tidak lain ialah keangkuhan,
gejolak untuk enggan berbicara.

Tidak ada percakapan siang ini


atau nanti malam.
Puan dan tuan amat sibuk menyanggah
hidup yang tinggal separuh.
Bahkan untuk bayangan diri sendiri,
mereka terusir seolah ketakutan yang amat
kalut.

Pada
Hutang ialah sengenap beban di saku,
sisa waktu,
dan durasi hidup
(sebelum jatuh tempo

Sebuah
bulan depan).

Pengemis dan pengusaha


sebelumnya sahabat terbaik.

Jalan
Hari ini saham turun
sedang tensi darah tuan besar naik.
Tidak ada koin selain datang makian.

Jalan megah itu menyimpan


roda kaki orang-orang.
Berputar terbalik dari arah jarum jam.
Melawan arus nyawa
yang kian menantang.
1
Percakapan Berhantu
“Tuan, sudah pukul berapa sekarang?”

Sekarang
pukul tujuh sebelum masuk ruang rapat.
Mobil-mobil tengah bergegas
dan enggan menengoki spion.
Barang tertinggal adalah ancaman:
borgol yang mengunci kepalamu
kepada rumah, sofa yang empuk
atau meja makan dan keluarga.
Tidak ada rambu putar balik.
Dari blok ke blok
cuma lampu lalu lintas.
Pertanda jalan, berhenti, dan hati-hati.

Namun diri tuan yang mana:


jalan dan kecemasan,
berhenti dan putar balik
atau hati-hati dan masa bodo?

2
T
A
L
K
3
Ikut Ayah ke Kota

I II

Pada hari minggu Aku ikut saja kemana badan ayah membawa.
ku turut ayah ke kota. Ia begitu gesit menyalip orang-orang.

Ramai dan berisik! Mata ayah yang cemas


dan ketiadaan ibu disamping
Mata orang-orang tak lain mata pisau. adalah keabu-abuan.
Tajam yang menyakiti nyalimu, Awan-awan yang mengerumuni kami.
selamat pagi yang tertinggal di dada,
dan kontak panggilan yang asing. Dan aku paham mengapa ketergesaan
mampir siang ini.
Orang-orang seperti saling bermusuhan.
4
III

Tak lama lagi,


datang badai besar.
Dan aku takut ayah adalah orang
lain.

Musuh-musuh diriku.

5
BAR-
ANG-
KALI
Sekadar menghentikan kemurungan-kemurungan
aku memadamkan kamera dalam diriku.

Enggan menengoki segala:


toko bunga, bioskop dan warung klontong adalah kesedihan.
Mereka menyimpan dendam dalam kepala
dan barangkali cinta tercipta demikian:

Sekadar melupakan diri sendiri,


kau rela tersesat dan menjumpai kehilangan.

6
A R A H
I N G I N
7
Saat kau bertanya padaku tentang kampung halaman, hanya ada kemelut
dan perang melawan lupa dalam diriku. Suara ibu dan hentakan kaki kawan
masa kecil terus memanggil. Gedung-gedung kota telah menjauhkanku dari
pulang. Foto lawas dalam dompet sudah begitu kuning. Wajah yang kabur di
dalamnya, telah menjelma turis asing.

Aku enggan menyimpan album masa kecilku, demi menjadi dewasa. Andai
menjadi anak kecil adalah cita-cita dan pekerjaan. Aku ingin datang tepat
waktu setiap paginya. Rajin membuat laporan tiap kali aku terjatuh dan
tidak sanggup berdiri. Tekun tertawa. Berani bersedih. Uang sekadar kertas
bergambar. Tidak ada tagihan, kecuali saat belajar mengeja.

Menjadi dewasa sangat mencemaskan siapapun. Dirimu dengan kekasih


satu waktu adalah iklim tropis, lain waktu medan krisis. Tidak ada dinding
antara kalah dan mengalah dalam egomu. Rumah penuh keporakporandaan
mampir tiap malam. Kemelut di jalan pulang. Hutang bercerita kepada sanak
keluarga. Kebencian yang mengamuk dalam dirimu terus tertahan sampai
suatu waktu meledak dan menyalahkan siapapun.

Tidak ada pulang bagi orang dewasa. Mereka telah mengubur diri sendiri
jauh sebelum datang hari ini. Genap 20 tahun, tidak ada yang mampu
mengembalikan anak kecil dalam diriku.

8
9
BERITA KEMATIAN
KEMATIAN
Sebelum datang kematian,
samar-samar aku melihat
ingatan menerjang bak kilatan tak berhenti.
Cahaya yang lantas bercabang
dan membentuk sosok diriku.
Seperti cermin dan bayangan.
Aku merabai segala
namun segala berlubang,
menolak tersentuh.

Aku melihat kesalahan:


kecerobohan-kecerobohan
yang kelak mencelakai aku
juga orang lain.
BERITA

Aku ingin menjadi permintaan maaf seketika:


membenahi kapal pecah
dalam sosok remaja ku
yang membara
dan membakar segala.
Aku mendengar kepergian:
hal-hal yang ku kejar
dan meninggalkanku
semacam uang dan keinginan.

10
Kepada para kekasih.
Sungguh adakah bukit
yang melebihi landai
alis kalian?

Kekasih
Orang-orang
berkumpul di taman.
Berpasang-pasangan
semata untuk mengukur

orang
panjang alis masing-masing.
Memetakan tempat yang bagus
untuk membangun
sebuah pondok kecil nan gemas

-orang
dengan pohon mapel di halaman.
Bila musim gugur tiba
barangkali rontok daun-daun
mampu membungkus
berdua dari kalian
menjadikannya selimut
bagi beku musim mendatang.

12
MENANGKAP RUPA KEKASIH
MENANGKAP RUPA KEKASIH
MENANGKAP RUPA KEKASIH

2 Mata
1 Hidung
Dan sebungkus
(Ciuman, kangen,
perang,
percakapan
teh hangat,
pulang, ucapan
selamat,
kepergian, dan
lain-lain, dan
lain-lain).

13
14
(Tidak Berjudul)

Saya mengamati ketelanjangan puan.


Dataran lapang, sunyi dan bukan bulan.
Bumi tanpa laut
dan ruang-ruang curam serupa maut.

Kadang saya berpikir,


untuk apa melakukan penjelajahan
sedang pada kelapangan kekasih
siapapun mampu menjalankan
ekspedisi-ekspedisi liarnya.
Menjadi binatang buas dan enggan beranjak.
Terbakar dan enggan padam.

15
16
halte bus

PUISI
dengan pertemuan,

bandara
dengan selamat tinggal,

DALAM museum
dengan kesepian,

ALBUM
perpustakaan
dengan bahasa yang enggan selesai,

pejalan kaki

SHORE
dengan ketergesaan,

etalase toko
dengan bayangan orang-orang,

Puisi mempertemukan ruang-ruang kokoh restoran


dengan kelunakan bahasa, dengam janji,

klakson mobil bar


dengan musik kegemaran orang kantor, dengan pelampiasan dan mabuk,

kedai kopi (Suara-suara gaib yang berjalan


dengan ingatan dan kesibukan, menyusuri jalan-jalan kota
sampai kamar tidurmu).
17
Tentang Penulis Tentang Fotografer
Akbar Kurniawan. Lahir 31 Mei Stephen Shore. Seorang fotografer
2000 di Jakarta. Mengaku profesional kelahiran New York,
sebagai pemerhati seni, musik, Amerika Serikat, 8 Oktober 1947.
dan sastra. Senang berpuisi Fokus pada bidang Street
untuk menghabiskan waktu Photography. Salah satu karyanya
luang. Sekali waktu memotret yaitu Beverly Boulevard and
juga. Sekarang berkuliah di LaBrea Avenue, Los Angeles,
Semarang. California.

18
Ak/
Semarang
Apr 2020

19
New York 24/7
New York 24/7
New York 24/7
New York 24/7

Anda mungkin juga menyukai