Anda di halaman 1dari 8

Kelompok IV

Ketua
Lurysya Naflah Felisiana
Anggota
Renata Ayu Pramesty
Satrio Mega
Dimas Baldan
M. Bintang Raditya
Reihan Vieri
Puisi : Romansa
Karya: Chairil Anwar

BELUM JODOH

Begitu dekat..
hanya belum keluar tujuan yang dicapai
Setiap momen berjalan menunggu
alunan dari suaramu
Kenikmatan sirih kurasakan ketika disampingmu
Meskipun selera bibirmu tidak menyentuh pipiku
Pandangan matamu penuh api yang bergairah
Kenangan yang telah kita buat
…ah…
cinta belum datang
Membuat berjam-jam sendiri sangat terasa
Aku gemetar...
Aku mau kamu hanya untukku
Apa aku punya selera mimpi pria
Cinta yang semua orang harapkan
Aku kepunyaanmu sendiri
Sampai waktu meninggalkan dunia ini
Dan hatiku seperti anggur sampai waktu berakhir
Puisi : Ode
Karya: Toto Sudarto Bachtiar

DENGAR…
Pada hari penyanyi ialah hari hati yang memanggil
Dan derap langkah yang berat maju ke satu tempat
Dengar…
Hari penyanyi ialah hari hati yang memanggil
Dan kegairahan hidup yang harus jadi dekat
Berhenti Menangis
Udara mata kali penyanyi hanya buat si tua renta
Atau…
Menangis sedikit saja
Buat sumpah yang tergores di dinding-dinding
Yang sudah jadi kuning dan jiwa jiwa yang sudah mati
atau buat apa saja yang dicintai dan gagal
atau buat apa saja yang sampai kepadamu
waktu kau takkan merenung
dan menampakkan jalan yang masih panjang
dengar…
hari ini adalah hari ini
hatiku yang mengundang mata-mata yang berat
mengandung suasana anggota bertanya
pada omong-omong orang yang lalu
mengenangkan segenap janji
yang dengan diri kita menyatu
dengar….
oh tanah…
dimana semua cinta bertanya
tentang tempat terbaik buat dia
adalah hatimu yang kian merah memagutnya
kala dia terbaring di makam senyap pangkuanmu
Puisi: Balada
Karya : W.S Rendra

IBU YANG DIBUNUH


Ibu musang di pohon lindung tua
Bayi yang dua ditinggal mati lakinya.
Bulan sabit terkait malam
memberita datangnya waktu makan bayi-bayinya mungil
sayang…
Matanya mengatakan pamitan,
bertolaklah ia
Dirasukinya dusun-dusun
Semak-semak
taruhan harian atas nyawa.
Burung kolik menyanyikan berita panas
dendam warga desa
Menggetari ujung bulu-bulunya
tapi juga dikibaskannya.
Membubung juga nyanyi kolik
sampai mati tiba-tiba
Oleh lengking pekik yang lebih
menggigitkan pucuk-pucuk daun
Tertangkap musang betina
Di matikan.
Tiada pulang ia yang mesti rampas rejeki hariannya
Ibu yang baik, matinya baik,
Pada bangkainya gugur pula dedaun tua.
Tiada tahu akan merataplah
Kolik meratap juga
dan bayi-bayinya bertanya akan bunda
pada angin tenggara
Lalu satu kompilasi di pohon tua meliang
Matilah anak-anak musang,
Mati dua-duanya.
Dan jalannya semua acara tanpa dukungan satu dosa.
Puisi: Elegi
Karya: Chairil Anwar

Sia-Sia

Penghabisan kali itu kau datang


Membawa kembang berkarang
Mawar merah dan melati putih
Darah dan suci
Kau tebarkan depanku
Serta pandangan yang memastikan untukmu
Lalu kita sama termangu
Saling bertanya
apakah ini?
Cinta?
Kita berdua tak mengerti
Sehari kita bersama. Tak gampirmenghampiri.
Ah! Hatiku yang tak mau memberi
Mampus kau dikoyak-koyak sepi.
Puisi: Serenada
Karya : W.S Rendra

Serenada Biru

Alang-alang dan rumputan


Bulan mabuk di atasnya.
Alang-alang dan rumputan
Angin membawa bau rambutnya.
Mega putih
Selalu berubah rupa.
Membayangkan rupa
Yang datang derita.
Ketika hujan datang
Malamnya sudah tua
Angin sangat garang
Dinginnya tak terkira.
Aku bangkit dari tidurku
Dan menatap langit kelabu.
Wahai, janganlah angin itu menyingkap selimut kekasihku!
Puisi : Satire
Karya: Lathifa Rulia Sadyyah

Kau Menangis Dalam Hati

Kecil hingga Besar kau mencari keberhasilan


Bodoh hingga Pintar kau merangkai kesuksesan
Kau gores dengan noda yang pilu
Demi sekejap kenikmatan yang tabu
Kepala demi Kepala menunggumu dibelakang
Mengais sedikit sumbangan untuk sesuap nasi
Tidakkah kau terlalu melambung
Melampaui batas kerendahan hati
Dahulu kau cari mereka semua
Dahulu kau berjanji kepadanya
Dahulu kau susah payah bersama
Tapi sekarang Kau buang kami
seperti tidak ada
Kemarin kau termangu
Seperti orang tak punya arah
Hari ini kau tersenyum seperti orang hebat
Besok kau akan menggongong di depan pasrah
Lusa kau akan masuk kedalam hutan yang penat
Kau berlari amat jauh seperti maling
Kau tidak tentram seperti angina topan
Semua itu kaurasakan sebagai balasan
Yang Maha Kuasa tentu akan melarang
Puisi: Kritik Sosial
Karya : Lis Sugiarti

ADA APA DENGAN INDONESIA ?

ada apa denganmu, Indonesia?


harga penghidupan naik ke langit
kaum kolong bumi terkapar
menanak batu berasap luka
mencipta tawa kaum berada
ada apa denganmu, Indonesia?
katanya bumimu subur
seharusnya rakyatmu makmur
namun kini mereka lekang
terserimpung pelakon politik
ada apa denganmu, Indonesia?
semakin tua umurmu
semakin renta pemerintahanmu
kenapa wakil rakyat alih fungsi
menjala uang dari kantong negeri
lalu berkelit di hadapan hakim
ada apa denganmu, Indonesia?
kenapa kau pincingkan matamu
pada tragedi kesengsaraan rakyat,
yang kini berumah di bawah payung hitam
sambil memamah sekam

Anda mungkin juga menyukai