Anda di halaman 1dari 5

Tubuhnya tinggal kulit pembalut tulang.

Suaranya menggelegar membelah angkasa.


Ombak berkejar-kejaran ke tepi pantai
Awan menari-nari di angkasa, baru saja berjalan 8 km mobilnya sudah batuk –batuk
Badai mengamuk dan merobohkan rumah penduduk.

Mukanya merah laksana kepiting rebus


Kikirnya seperti kepiting batu
 Bunglon, lambang orang yang tak berpendirian

Hati ini biru


     Hati ini lagu
     Hati ini debu
b). Cinta adalah pengertian
     Cinta adalah kesetiaan
     Cinta adalah rela berkorban
Semangatnya begitu keras bagaikan baja.
Wajahnya begitu pucat seperti wajah mayat.
Senyumnya manis seperti gula jawa.

Raja siang keluar dari ufuk timur (matahari)


Teguh adalah bintang kelas yang tak pernah terkalahkan (juara kelas)
Si raja merah telah membakar dan meluluhlantahkan toko tetanggaku (api)

Suara sirine polisi yang mengaung-ngaung membuat warga bangun di tengah malam.
Ombak pun saling berkejar-kejaran menuju tepi pantai.
Peluit sang wasit akhirnya menjerit panjang dan menandakan bahwa ini adalah akhir dari
pertandingan.

Menjalani kehidupan berumah tangga, sama seperti mengarungi samudera dengan sebuah
bahtera. Kadang kali, kita akan menyaksikan indahnya panorama lautan yang begitu
mempesona, tapi tak jarang pula hantaman ombak dan badai menerpa dan membuat
guncangan dahsyat ke tubuh kita.

Dunia ini laksana tumbuhan hijau yang mampu menyihir mata setiap orang yang
memandangnya. Sungguh menakjubkan dan begitu indah. Namun, lambat laun ia akan
menguning, kering, dan hingga akhirnya musnah.

Otak manusia bagai mata pisau. Semakin diasah, ia akan menjadi semakin tajam dan
membuatnya kian disegani orang. Tapi, ketika dibiarkan tergeletak begitu saja, lambat laun ia
akan tumpul, mengarat, dan tak lagi menyilaukan. 

Memberi wawasan pada orang tua tak ubahnya seperti menulis di atas air.

 Susah mencari jalan keluarnya seperti benang kusut, masalahnya


sangat rumit.
 Mukanya terlihat pucat seperti mayat.
 Semangatnya keras bagai baja.
 Wajahnya kuning bersinar bagaikan purnama.
 Padi pun menunduk untuk mengucapkan selamat pagi.
 Di tepi pantai rambut ku terbelai karena hembusan angin.
 Ombak berlari-larian ke tepi pantai.
 Rumah penduduk dirobohkan badai yang mengamuk.
 Di kota besar, gedung-gedung kantornya telah mencapai langit.
 Ayah memeras keringat untuk menafkahi keluarga.
 Slamet adalah bintang kelas internasional.
 Langit mendung karena raja siang tak mau menampakkan diri.
 Raja hutan siap memburu mangsa.
 Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menelusuri
tebing-tebing, yang terkadang sulit ditebak seberapa dalamnya, yang
rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika
bertemu dengan laut.
 Suaranya bening bagaikan buluh perindu.
Angin malam telah melarang aku ke luar
Pena itu menari-nari dengan anggunnya di atas kertas
 Kepulan asap rokok itu berlomba-lomba merusak paru-paru penghisap dan orang
di sekitarnya
 Uang telah memperbudak banyak manusia sehingga lalai dengan kesehatannya
 Bendera merah putih itu kini berkibar malu-malu karena banyak anak bangsa
tidak jelas masa depannya, kemiskinan merajalela di mana-mana
 Tanah longsor menyantap rumah-rumah warga yang berada di dataran lebih
rendah
 Hidup di dunia ini seperti menaiki gunung. Semua orang punya tujuan untuk
sampai di puncak. Tapi di perjalanan, tidak hanya pemandangan indah yang
akan ditemui, melainkan juga jurang-jurang gelap yang membuat kita ngeri.
 Perumpamaan hidup kita di dunia, seperti seorang musafir yang singgah di
sebuah pohon untuk berteduh. Setelah itu, harus terus berjalan lagi karena
tempat tujuan masih jauh.
 Sari sebuah hadits: Perempuan itu layaknya tulang rusuk yang bengkok. Tidak
mudah untuk membuatnya lurus. Bila kau paksa dengan otot-ototmu, bukan lurus
yang kau dapat, tetapi patah berantakan.
 Seseorang yang berbuat baik bagaikan menanam bebijian di tanah yang subur.
Biji itu akan tumbuh menjadi pohon yang meneduhkan, buahnya manis
mengenyangkan, membawa manfaat yang banyak.
 Bayi yang baru lahir layaknya kertas putih bersih, tiada bertinta apalagi noda.
Rawatlah ia dengan baik, tulisi dengan tinta-tinta emas dan tulisan-tulisan bijak
agar kelak ia menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang banyak.
 Tubuhnya memang kekar sekuat baja, tetapi dia memiliki hati yang lembut
selembut kapas.
 Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, di dalam jiwa yang kuat
terdapat keteguhan dan semangat, di dalam semangat ada harapan yang bisa
dicapai
 Mengapa kamu bertanya pada orang yang bodoh seperti saya
ini?
Perkataanmu tadi sangat menyebalkan, tidak pantas diucapkan oleh orang terpelajar seperti dirimu.
Lama-lama aku bisa jadi gila melihat tingkah lakumu yang tidak wajar itu.

Semangatnya begitu keras bagaikan batu
 Tangisan anak itu bagai suara kaset kusut.
 Senyumnya manis bagai gula jawa
 Matamu bagai bintang kejora
 Otaknya encer seperti air
 Biacaranya seperti tong kosong
 Muka saudaranya bagai pinang dibelah dua
 Luar biasa larinya laksana busur lepas dari panah
 Keras suaranya seperti glegar petir
 Kemana mana berdua seperti perangko
 Kecepatan menghitung seperti kalkulator
 Bak mesin, dia tak pernah merasa capek
 Rambutnya bak mayang yang terurai
 Suara sirine ambulan meraung-raung membangunkan warga yang tengah
tertidur
 Dedaunan melambai-lambai tertiup angin
 Peluit sang wasit menjerit panjang pertanda berakhirnya pertandingan
 Panas matahari mulai membakar kulit penonton
 Tanaman rambat itu melahap habis pagar depan rumah kami
 Pagar tembok itu menghalangi lari para pencuri
 Lampu jalanan mengawasi setiap langkahku
 Laptop ini menjadi saksi bisu jalanku menuju kesuksesan
 Nyanyian handphone mengagetkanku
 Rumput sintetis itu masih tetap bergoyang meski bola yang mengenainya
sudah lama lewat.
 Suasana senja membawaku ke lamunan masa laluku
 Terlihat di langit biru layangan terbang bebas
 Pepohonan bambu saling berbisik menambah suasana seram malam itu
 Sepatu ini selalu menemaniku kemanapun aku pergi
 Perasaanku sejernih embun pagi
 Dia adalah lelaki terkutuk
 Di desa ini bersih dari sampah masyarakat
 Dewi malam menunjukkan sinar cerahnya malam ini
 Doni sedang melihat video Raja hutan bertarung melawan ular besar
 Biasanya akhir tahun harga bahan pokok melambung tinggi
 Di hari yang sama, dua tahun lalu pasar klewer dilalap habis si raja merah.
 Sejak kelas satu dia menjadi bintang kelas yang tak terkalahkan
 Dia menjadi anak emas di kelas kami
 Jangan sampai kita berurusan dengan para lintah darat
 Tikus berdasi mulai kebakaran jenggot karena kroninya ada yang tertangkap
 Buah hati kami lahir 2 minggu lalu.
 Reni bersahabat karib dengan si kutu buku itu
 Politikus satu ini menjadi kutu loncat mencari dukungan partai
 Wahai para pelajar, jangan pernah sekalipun menyentuh pil setan apalagi
mengkonsumsinya
 Mengapa kamu bertanya kepada orang dungu seperti aku ini?
 Luasnya samudera akan ku selami demi mencari keberadaan dirimu
 Puluhan bahkan ratusan juta miliar pun tak akan sanggup membeli
kebahagiaan sederhana ini.
 Jeritan hati ini terdengar hingga langit ke tujuh.
 Dialah satu-satunya yang ku nanti, satu-satunya yang ku tunggu, satu-
satunya yang kuharap datang untuk menghiburku
 Betapa sepi malam ini, betapa sunyi pengharapan ini
Sungguh aku mendengar
Sungguh aku melihat
Sungguh aku merasakan
Sungguh aku merinduimu
Sungguh aku mencintaimu
Dan kesesakan kesedihan, kesakitan, seribu derita detik-detik penghabisan orang
melepaskan nyawa.

Kemanakah burung-burung yang gelisah dan tak berumah dan tak menyerah pada
gelap dan dingin yang merontokkan bulu-bulunya?

Pikirannya kusut bagai benang dilanda ayam

 Hujan itu menari-nari di atas genting

1. Senyumannya seindah embun pagi yang menyegarkan.


2. Dewi malam ditemani oleh bintang – bintang menghiasi langit malam.
3. Raja malam mulai mengitai mangsanya.
4. Raja hutan sedang menandai wilayah kekuasaannya.
5. Hati – hati dengan tikus berdasi yang berada disekitar Anda
6. Raja siang terik dari sisi Timur.
7. Angin puting beliung itu membabi buta tanpa ampun.

Hujan turun selembut embun

 Angin yang berbisik seolah menyampaikan pesanmu untukku Ayah.


 Dengan lihainya penulis itu berimajinasi dengan pena yang menari-nari diatas kertas.
 Langit ikut menangis dengan beberapa bencana yang melanda Indonesia beberapa waktu ini.
 Ombak berlarian semakin menambah eksotisnya pantai Lovina
 Pikirannya pasti melayang kemana-mana karena banyak masalah beberapa waktu
belakangan
 Memang cantik rupa si Aisyah, bagaikan mawar pesonanya menyihir kumbang-kumbang
lelaki di sekitarnya
 Hatinya pasti seprti disayat sembilu saat mendengar hinaan itu.
 Senja ini begitu manis
Senja ini begitu indah
Senja ini sangat berkesan
 Wajahnya tampan
Wajahnya memang menawan
Wajahnya begitu rupawan
 Hujan turun selembut embun
b. jam satu malam cuaca gelap gulita
c. sepotong cendawan berpijar di pegunungan
d. makin besar sungai itu, makin besar pula keharuan yang menggetarkan sanubarinya
 1. Malam ini bulan menatapku dengan penuh kehangatan.
 2. Angin membelai rambutku begitu lembut.
 3. Matahari mulai membakar kulitku.
 4. Tanaman itu seakan melahap habis pagar yang berada di dekatnya.
 5. Pohon itu seakan saling berbisik satu sama lain saat angin kencang menghampirinya.
 6. Dinding kamarku mendengar dan melihat apapun yang aku lakukan saat berada di sana. 
 7. Pagar tembok itu menghalangiku saat mengejar pencuri yang hendak kabur.
 8. Boneka itu begitu setia menemaniku sepanjang jalan menuju Yogyakarta.
 9. Daun itu terbang bebas tertiup angin.
 10. Itu itu menemaniku setiap aku bermain basket.
 11. Hanya rumah ini yang bisa melindungiku dari serangan panas dan hujan.
 12. Lampu-lampu jalan seakan mengawasi langkah kakiku ke manapun aku beranjak pergi.
 13. Ombak itu menggulung para peselancar saat acara peringatan kemerdekaan RI.
 14. Sirine ambulan meraung-raung di tengah malam dan membuatku terbangun seketika.
 15. Handphone itu kadang diam saja kadang bernyanyi tiba-tiba.
 16. Boneka harimau itu menatapku seakan-akan hendak memangsaku.
 17. Senja kali ini membawaku ke dalam lamunan masa lalu.
 18. Layangan itu terbang bebas di langit biru.
 19. Gedung tinggi itu seakan menantang langit luas.
 20. Daun-daun itu memanggilku dan memintaku untuk segera berteduh saat hujan turun
dengan lebatnya.
 21. Mentari pagi kala itu membangunkanku dari tidur nyenyak.
 22. Rembulan itu tersenyum padaku kala aku sedih di kamar sendirian.
 23. Langit pun menangis mendengar berita kematian artis terkenal itu.
 24. Mobil tua it uterus saja batuk-batuk meskipun sudah diperbaiki berulang kali.
 25. Ombak itu berlomba-lomba untuk sampai di pantai terlebih dahulu.
 26. Saat awan menangis, semua sibuk mencari payung.
 27. Ketika musim hujan, hanya awan hitam yang menyelimuti seluruh desa ini.
 28. Pena itu menari-nari di atas kertas putih itu.
 29. Biarkan hanya pena yang membantuku mengerjakan tugas Bahasa Indonesia itu.
 30. Saat bulan bangun, matahari mulai tertidur kala senja.
 31. Awan itu terlihat murung saat berita duka itu mulai tersebar.
 32. Angin bisikkan rindukan pada dia yang jauh di sana.
 33. Batu itu hanya bisa menangis saat banyak orang yang melemparinya dengan batu.
 34. Surat cinta itu membuatku begitu bahagia dan menghiburku saat aku sendirian.
 35. Sandal ini mulai menjerit kesakitan saat salah satu talinya putus.
 36. Uang itu bisa membuatku tertawa sepanjang malam.
 37. Radio itu mulai marah dan hanya diam saja.
 38. Sepasang sepatu itu sudah melintasi berbagai kota di Indonesia.
 39. Spatula itu menari di atas penggorengan itu.
 40. Motor itu berlari mengejar dengan kencangnya.
 41. Suara piano itu menerorku setiap malam.
 42. Computer itu menyelesaikan semua tugas-tugas yang diberikan padaku selama aku
kuliah.
 43. Baju itu menggodaku untuk memakainya.
 44. Lukisan itu menatapku penuh dengan kebencian.
 45. Jendela itu memberikanku udara sedar kala ruangan ini terasa panas.
 46. Kayu itu hanya pasrah melihat sebagian tubuhnya telah berubah menjadi abu.

Anda mungkin juga menyukai