Anda di halaman 1dari 13

Hal yang harus dipersiapkan PJ :

1. Juklak-juknis = sudah
2. Juri = sudah
3. Penilaian = sudah
4. Berita acara = sudah
5. CV
6. Plakat Juri
7. Bingkai
8. Map
9. No. Urut
10. Perlengkapan = sudah
11. Surat permohon juri
Sajak Pertemuan Mahasiswa

Oleh : W.S. Rendra

Matahari terbit pagi ini


mencium bau kencing orok di kaki langit,
melihat kali coklat menjalar ke lautan,
dan mendengar dengung lebah di dalam hutan.

Lalu kini ia dua penggalah tingginya.


Dan ia menjadi saksi kita berkumpul di sini memeriksa keadaan.

Kita bertanya :
Kenapa maksud baik tidak selalu berguna.
Kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga.
Orang berkata “ Kami ada maksud baik “
Dan kita bertanya : “ Maksud baik untuk siapa ?”

Ya ! Ada yang jaya, ada yang terhina


Ada yang bersenjata, ada yang terluka.
Ada yang duduk, ada yang diduduki.
Ada yang berlimpah, ada yang terkuras.
Dan kita di sini bertanya :
“Maksud baik saudara untuk siapa ?
Saudara berdiri di pihak yang mana ?”

Kenapa maksud baik dilakukan


tetapi makin banyak petani yang kehilangan tanahnya.
Tanah-tanah di gunung telah dimiliki orang-orang kota.
Perkebunan yang luas
hanya menguntungkan segolongan kecil saja.
Alat-alat kemajuan yang diimpor
tidak cocok untuk petani yang sempit tanahnya.

Tentu kita bertanya : “Lantas maksud baik saudara untuk siapa ?”

Sekarang matahari, semakin tinggi.


Lalu akan bertahta juga di atas puncak kepala.
Dan di dalam udara yang panas kita juga bertanya :
Kita ini dididik untuk memihak yang mana ?
Ilmu-ilmu yang diajarkan di sini
akan menjadi alat pembebasan,
ataukah alat penindasan ?

Sebentar lagi matahari akan tenggelam.


Malam akan tiba. Cicak-cicak berbunyi di tembok.
Dan rembulan akan berlayar.
Tetapi pertanyaan kita tidak akan mereda.
Akan hidup di dalam bermimpi.
Akan tumbuh di kebon belakang.

Dan esok hari matahari akan terbit kembali.


Sementara hari baru menjelma.
Pertanyaan-pertanyaan kita menjadi hutan.
Atau masuk ke sungai menjadi ombak di samodra.

Di bawah matahari ini kita bertanya :


Ada yang menangis, ada yang mendera.
Ada yang habis, ada yang mengikis.
Dan maksud baik kita berdiri di pihak yang mana !
ORANG-ORANG MISKIN
(W.S Rendra)

Orang-orang miskin di jalan,


yang tinggal di dalam selokan,
yang kalah di dalam pergulatan,
yang diledek oleh impian,
janganlah mereka ditinggalkan.

Angin membawa bau baju mereka.


Rambut mereka melekat di bulan purnama.
Wanita-wanita bunting berbaris di cakrawala,
mengandung buah jalan raya.

Orang-orang miskin. Orang-orang berdosa.


Bayi gelap dalam batin. Rumput dan lumut jalan raya.
Tak bisa kamu abaikan.

Bila kamu remehkan mereka,


di jalan kamu akan diburu bayangan.
Tidurmu akan penuh igauan,
dan bahasa anak-anakmu sukar kamu terka.

Jangan kamu bilang negara ini kaya


karena orang-orang berkembang di kota dan di desa.
Jangan kamu bilang dirimu kaya
bila tetanggamu memakan bangkai kucingnya.
Lambang negara ini mestinya trompah dan blacu.
Dan perlu diusulkan
agar ketemu presiden tak perlu berdasi seperti Belanda.
Dan tentara di jalan jangan bebas memukul mahasiswa.

Orang-orang miskin di jalan


masuk ke dalam tidur malammu.
Perempuan-perempuan bunga raya
menyuapi putra-putramu.
Tangan-tangan kotor dari jalanan
meraba-raba kaca jendelamu.
Mereka tak bisa kamu biarkan.

Jumlah mereka tak bisa kamu mistik menjadi nol.


Mereka akan menjadi pertanyaan
yang mencegat ideologimu.
Gigi mereka yang kuning
akan meringis di muka agamamu.
Kuman-kuman sipilis dan tbc dari gang-gang gelap
akan hinggap di gorden presidenan
dan buku programma gedung kesenian.

Orang-orang miskin berbaris sepanjang sejarah,


bagai udara panas yang selalu ada,
bagai gerimis yang selalu membayang.
Orang-orang miskin mengangkat pisau-pisau
tertuju ke dada kita,
atau ke dada mereka sendiri.
O, kenangkanlah :
orang-orang miskin
juga berasal dari kemah Ibrahim
HAI, KAMU !

Luka-luka di dalam lembaga,


intaian keangkuhan kekerdilan jiwa,
noda di dalam pergaulan antar manusia,
duduk di dalam kemacetan angan-angan.
Aku berontak dengan memandang cakrawala.

Jari-jari waktu menggamitku.


Aku menyimak kepada arus kali.
Lagu margasatwa agak mereda.
Indahnya ketenangan turun ke hatiku.
Lepas sudah himpitan-himpitan yang mengekangku.

Kumpulan Puisi Karya :  W.S RENDRA


EPIFAT KEHIDUPAN 2006
Puisi Irayatul M

Terjerat dalam kebingungan


waktu yang merenggut manisnya kehidupan
mengikis sisa keharmonisan
terlukis pada akhir goresan

Asma-Mu…….
Selalu terucap, dalam lirih lepas udara keaslian
jika nafas masih teratur berjalan
warna itu takkan pernah ternodai
perbuatan itu,pasti berakhir mati.

Jika Kau beri aku 1 harapan


pasti ku beri sejuta pancaran keabadian janji sejati

PANORAMA KEHIDUPAN
Puisi Siti Halimah

Angin bertiup kearah sang penghidupan


Menikmati panorama dipagi hari,
Merasakan sejuknya alam yang damai.

Para burung mulai keluar dari rumahnya,


Berterbangan dan mulai mencari apa yang harus dia cari

Awan hitam yg menyelimuti,


Kini berubah menjadi Awan Biru Keindahan
dan menjadi Langit yg menakjubkan.

Lukisan-Lukisan yg menghiasi Langit Pagi,


menambah kedamaian hati
dan membuat mata menjadi Kagum.

Itulah Tuhan,
Sang Pencipta abadi.
Menciptakan segala rupa,
dan menikmati hasil karyanya tentang
Indahnya Panorama Kehidupan.

PELABUHAN HIDUP
Puisi Dhena Maysar Aslam

Gelap yang kelam akan tiba dengan sendirinya


Raga dan ruhmu akan lepas sejenak melayang menjadi mimpi
Kibasan angin gelap merasuk menusuk setiap rongga kehidupan
Perlahan namun sengit, menjamahi apa yang ada
Terlupa sudah memori palsu itu
Hanya terlewat takkan abadi
Jiwa murka selalu ditengahi suka
Perangai buruk akan terbentuk

Kelam berubah
Muram kalah
Suram tak terjamah

Tanda mulai mengatas


Imaji jadi pasti

Teori akan jadi kondisi sesungguhnya


Terpikir dan terukir di pelipis mata
Hilang sekejap namun akan kembali mengenda

RENUNGAN MALAM
Puisi Boedhoet Keyboard

Malam ini begitu menerawang,,,,


bagikan gelap tak kunjung terang,,,
manakala hati sedang gundah gulana,,,
menuntun suatu isyarat untuk memenuhi,,,
yang dilalui untuk mengetahui,,,

Mulailah untuk menjadi akhir,,,


akhirilah untuk memulai yang baru,,,
dengan tujuan yang pasti,,,
akan sebuah gapaian yang indah,,,
naluri yang kita inginkan,,,
untuk sebuah ilusi,,,
yang terjadi kelak dalam kelam,,,,

Malam berganti pagi,,,,


mulai dengan lembaran baru,,,
untuk tujuan yang pasti,,,,
namun terjadi hal2 yang terlah menghalang,,,
dengan tujuan pasti,,,,
halangan tak terhiraukan,,,
dengan jauh melangkah kutrobosnya,,,
untuk menuntaskan dunia depan yang jauh,,,,

KEBAHAGIAAN
Puisi Gerbang Kayangan
Senyumlah..
andainya senyummu itu,
bisa menopengi kedukaan,
kerna kau akan lebih derita,
melihatkan wajahmu sengsara.

Ketawalah..
andainya tawa itu,
mampu mengusir kecewa,
kerna titisan luka pasti mengalir,
tanpa hati yang mengepam gembira.

Carilah bahagia,
biarpun sampai kehujung nyawa,
kerna itulah pengobat segala nestapa.

Andainya jasadmu kian longlai,


bertongkatkanlah dengan ucapan,
tasbih Ilahi dengan penuh harapan,
karna nyawamu takkan berkekalan.

HARTA DAN CINTA


Puisi Ens

Jangan Kau Melihat Wajah Karena Bisa Menipu


Jangan Pula Kau Melihat Harta Karena Bisa Hilang
Datanglah Kepada Orang Yang Bisa
Membuatmu Tersenyum,
Membuatmu Selalu Tertawa,
Dan Membuatmu Merasa Dia akan selalu disampingmu,
Melindungimu dan Menyayangimu.

Jangan Kau Sia-siakan hidup untuk hari ini,


Hidup ini Terlampau Singkat
Bila dilewatkan Bersama Pilihan Yang Salah

Inspirated By Song Terry – Janji Manismu

BINGKAI KEHIDUPAN
Puisi NNMasa demi masa berlalu sudah
Kemana kaki jalan melangkah
Liku-liku kehidupan mengukir sejarah
Kini saatnya berpotret diri
Berbenah dari segala keburukan
Meningkatkan semua kebaikan
Ramadhan sebentar khan tiba
Kini saatnya tuk membuka pintu hati
Memaafkan semua kehilafan
Mari kita sambut dengan gembira
Dengan memperbanyak ibadah
Tuk menggapai tingkatan taqwa
Derajat tertinggi disisi khalik
Semoga Allah selalu membimbing kita
Dan nanti memasukkan kita dalam surga-Nya
Amiin

LUKISAN BERNYAWA
Oleh Rara Mu’asyroh

Mata itu belum jua lelah menatapku


bernyanyi dalam alam
bersenang dalam detik-detik berpulangnya
menatap tajam semakin dalam
mengingatkan pada masa kelam

Bibir merah tanpa diucap


peluh menetes tanpa keringat
ku sentuh walau tangan tak meraba
ku lihat kosong tapi ada sosok jauh yang mengintai
tetes bening nyatak bisa ku rasa
pilu itu tak bisa ku nikmati

Mati rasa? ya kuyakin itu yang benar terjadi


aku melihat bayangan yang tak pernah ku sadari
aku mendengar tak ku resapi
aku bertanya walaupun tak bersyarat
seketika riuh berbernada parau
ketika detik itu telah tiba
ku sadari,
aku laksana lukisan yang tak berbuat apa-apa

DIPERKOS* TAKDIR
Oleh Nurahmadaniah

Hidup itu takdir


seperti air dengan tenangnya mengalir
seperti aku yang bernafas dengan sederhana
menikmati setiap tangis dalam jiwa yang tak sempurna
Takdir ini kejam bagiku
tak membiarkan ku memilih yang ku mau
Memperkos* hidupku dengan pilu
Hanya bisa menerima yang telah berlalu

Jika kau bertemu dengan-NYA disurga


katakan pesan dari ku
penguasa mengapa buatku menangis?
ditengah orang-orang yang bahagia

Inikah takdirku?
Bolehkah aku marah pada-MU?
Aku memang tak sempurna
Tapi aku ingin sepeti mereka yang bahagia
Bisakah KAU kabulkan itu untukku?

INILAH AKU ADANYA


Oleh Setia Ekawati

Ketika ku harus melangkah


Pergi meninggalkanmu
Namun, aku tak sanggup
Aku tak ingin jadi pecundang
Melepas masalah yang menghadang di antara kita

Aku bukan malaikat


Yang senantiasa mampu menyelesaikan semua masalah
Yang menerpa
Yang menghadang
Yang menghalang

Aku hanya sebuah tulang


Yang diselimuti sel-sel
Yang diciptakan sang Khalik
Aku ingin ini, dan ingin kita tak sama

Kita berbeda
Masalah ini bukan cuma aku yang punya
Aku punya cara yang beda

Begitu juga dirinya


Aku ingin jadi seperti diriku sendiri
Tak ingin dikekang
Tak ingin diperbudak
Tak ingin mengeluh
AKU DI PENGHUJUNG MALAM
Oleh Herlambang

Segelas kopi panas terhidang dalam perjamuan senyap,


telah surut hingga setengah. sebagian darinya menguap
bersama kepul dan hembus, lainnya tersesap dan melebur
dalam aku. pekatnya seolah tak sedikitpun memberi ruang
pada rembulan untuk membias kedalaman, kecuali bayang
yang nampak kabur.

Pada langit tak berbintang, sejenak kutitip tatap.


lingkar sepasi rembulan yang tenang meratap
sepi, mengaisi hamparan kosong tak pasti ukur
antara aku yang terjeda spasi. dan alam kenang
bertandang seiring semilir cemburu kembang
yang ingin membaur.

Setengah gelas kubiarkan tak tersentuh, ia semakin tersekap


pada pergumulan pekat yang terus lekat. sejenak sebelum lelap,
kusisipkan renung bersama sayu wajah rembulan
yang sedang sibuk menarik awan,
merupa selimut di batas senjang.

Perihal pekat, bukan semata sebab penyebab akibat


kiranya lebih dari satu dua rangkai peristiwa.
seperti adaku yang terakumulasi masa lalu

Kenyataannya, waktu hanyalah detak menerus


esok atau lusa, dalam ragam kemungkinan:
setengah gelas akan tenggelam ke dalam ampas,
membawa pekat lalu kering dan mengerak.
atau lenyap termakan gerimis magis pada esok
yang tak selalu cerah.

ELEGI DIMENSI REALISTIS


Oleh Wisnu Ahmad

Aku adalah pejalan takdir duniawi


Merenda mimpi demi yang hakiki
Tiada lidah bohongi nurani
Esok pagi adalah pasti kembali

Aku adalah pandangan mata burung


Selepas kicau tanpa selubung
Resapkan nilai tak pernah murung
Hingga kemarin terasa gemilang
Aku adalah teduh sang awan
Menaungi setiap bilik perasaan
Akankah mulia kami para insan
Sedemikian hari kan terjaga lisan

Anda mungkin juga menyukai