Anda di halaman 1dari 10

Antara Qom dan Basra

Karya: Diah Hadaning

Roh-roh menyerbu langit


Melepuh oleh gelombang api dendam
Roh-roh memberati udara bertuba
Tinggalkan dosa di puing-puing Qom dan Basra
“Tuhan bukakan pintu rumah-Mu”
Masih saja peluru mencabik-cabik matahari
Sepanjang tahun di tanah ini
Masih saja erang menyayati gurun-gurun
Kamp-kamp dan reruntuhan kota
Perdamaian tersisa dalam kepak burung-burung
Gema azan lama aib oleh debu
Qam dan Basra luluh dalam deru
“Tuhan bukakan pintu rumah-Mu”

Di bumi serdadu perang mengunci nurani


Merpati molek terbang sendiri
Berlumur darah ‘netes atas lembar Al Qur-an
‘ratapi bayangnya di kanvas Picasso
Qam dan Basra pun terus memanggil anak-anaknya
Mereka dendangkan prahara
Dengan peluru dalam mulut
Peluru dalam mata
Peluru dalam sukma
Dan roh-roh terus meniupkan dendam
Mesti habiskah cucu Sang nabi tersayang?
Qom dan Basra semakin telanjang
Ingin Kusentuh
Karya: Acep Zamzam Noor

Ingin kusentuh rambutmu dengan ciuman paling lembut


Dari gurun pasir masih kudengar deru panser dan meriam
Mari kubimbing langkahmu melintasi teluk yang panas
Memadamkan kemarahan purba yang menyulut hatimu
Lupakanlah kapal-kapal perang tak bernama itu
Dan biarkan lautan minyak terus bergolak di sana
Pertikaian bukanlah panorama indah untuk dikenang
Kini pejamkan matamu dan mengeranglah pelan
Dalam pelukanku. Aku akan membawamu ke sabana raya
Ke hamparan puisi yang luas, hijau dan terbuka—
Dunia ini terlalu keras untuk sorot matamu yang jenaka
Aku takut peluru-peluru liar itu menodai pipimu
Masukilah dunia baru dalam kata-kataku
Dunia yang diguyur anggur dan cahaya bulan
Penuh perlambang, nyanyian dan juga kekhusyukan
Sajak Orang Miskin
Karya: Ws. Rendra

Orang-orang miskin di jalan,


Yang tinggal di dalam selokan,
Yang kalah di dalam pergulatan,
Yang diledek oleh impian,
Janganlah mereka ditinggalkan.
Angin membawa bau baju mereka.
Rambut mereka melekat di bulan purnama.
Wanita-wanita bunting berbaris di cakrawala,
Mengandung buah jalan raya.
Orang-orang miskin. Orang-orang berdosa.
Bayi gelap dalam batin. Rumput dan lumut jalan raya.
Tak bisa kamu abaikan.

Bila kamu remehkan mereka,


Di jalan kamu akan diburu bayangan.
Tidurmu akan penuh igauan,
Dan bahasa anak-anakmu sukar kamu terka.
Jangan kamu bilang negara ini kaya
Karena orang-orang berkembang di kota dan di desa.
Jangan kamu bilang dirimu kaya
Bila tetanggamu memakan bangkai kucingnya.
Lambang negara ini mestinya trompah dan blacu.
Dan perlu diusulkan
Agar ketemu presiden tak perlu berdasi seperti Belanda.
Dan tentara di jalan jangan bebas memukul mahasiswa.
Orang-orang miskin di jalan
Masuk ke dalam tidur malammu.
Perempuan-perempuan bunga raya
Menyuapi putra-putramu.
Tangan-tangan kotor dari jalanan
Meraba-raba kaca jendelamu.
Mereka tak bisa kamu biarkan.

Jumlah mereka tak bisa kamu mistik menjadi nol.


Mereka akan menjadi pertanyaan
Yang mencegat ideologimu.
Gigi mereka yang kuning
Akan meringis di muka agamamu.
Kuman-kuman sipilis dan tbc dari gang-gang gelap
Akan hinggap di gorden presidenan
Dan buku programma gedung kesenian.
Orang-orang miskin berbaris sepanjang sejarah,
Bagai udara panas yang selalu ada,
Bagai gerimis yang selalu membayang.
Orang-orang miskin mengangkat pisau-pisau
Tertuju ke dada kita,
Atau ke dada mereka sendiri.
O, kenangkanlah :
Orang-orang miskin
Juga berasal dari kemah Ibrahim
Jangan Bilang
Karya: A. Rahim Qahar

Jangan bilang : Indonesia hanya Soekarno-Hatta berteriak merdeka


Di Pegangsaan Timur tujuhbelas Agustus empatlima

Indonesia adalah ratusan kaki napaktilas di daerah selatan


Bersandingbahu bergantian menandu paru-paru Pak Dirman
Tak satu pun urung atau menoleh ke belakang

Jangan bilang : Indonesia hanya Rudy bersama kawan berkibar


Habis-habisan di gelanggang menimba airmata menang

Indonesia adalah Gombloh yang ompongkurus berteriak serak


Merah darahku putih tulangku
Kristi menugal tanah merdeka melepas dara putih ke awan luka

Jangan bilang : Indonesia hanya Salim ahli sihir yang mahir


Menyulap desa menjadi kotaraya atau melukis peta
Sejarah purba menjadi peta semesta

Indonesia adalah iman meretas tali jajahan bersaksi bambu


Mengalahkan meriam namun Nashar masih terus puasa malam
Kanvasnya enggan tersentuh tangan dan Buyung menambal nasib
Ke seberang teringat kalpataru jauh melayang

Indonesia adalah jutaan tangan siang malam mengemis asma Tuhan


Minta sawah berbunga dan kebun tebu kukuh dalam petatua dunia
Di mana pendekar sejarah bersumpah tak akan merubah
Tanah pusaka di garis khatulistiwa

Indonesia adalah uratnadiku airmandiku gardujagaku jua


Chairil menjaga Bung Karno menjaga Bung Syahrir
Menjaga Bung Hatta
Aku menjaga siapa bila penerus mimpi dan pertapa
Terlena diayun bunga-bunga surga

Jangan bilang : Indonesia harimau singa atau badak Sumatera


Indonesia bumijejakku tungkuapiku payungteduhku jua
Indonesia adalah nyawaku nyawamu nyawa ratusan juta jiwa
Yang peluhlepuhnya bahana merdeka
Kutanam Benih Kutanam Pedih
Karya: A. Rahim Qahar

Kutanam bibit kutanam benih


Kutanam pedih kutanam sedih kutanam jerih kutanam risih
Kutanam padi berhari-hari
Kutanam budi berpanen duri

Kutanam sirih rangkai berangkai


Pupuk kukasih dihantam badai
Ulah siapa ulah siapa

Kucangkul kurangkul tanah merdeka ini


Begitu rentan mengusung beban
Kusemai kubelai ranah sawah ini
Bak perawan menyulam kelam
Kicau burung telah terkunci
Saat pohon randu berkabung nyeri
Menggemuruh guruh tengah hari
Kilat melesat di ubun api
Kusimpan petir di relung dada
Tak sempat bertanya kenapa
Sang dara belum datang juga
Mengantar cangkir dan bejana
Barangkali rindunya terkapar
Disandera
Kutanam bibit kutanam benih
Kutanam luka kutanam noda kutanam duka kutanam dosa
Kutanam ketan tumbuh ilalang
Curah hujan terasa garam

Kutanam cabai dekat pematang


Belum kutuai banjir pun datang
Ulah siapa ulah siapa
Perkara Tubuh dan Bayang
Karya: Hasan Al Banna

Perkara pertama:
Tatkala tubuh dan bayang menolak di belakang
Siapa yang pantas berdiri di depan

Tergantung cahaya
Sepihak mata atau sekutu tengkuk

Perkara kedua:
Manalah tubuh ada di kanan
Kalau cahaya menoleh dari kiri

Jangan harap bayang pulang ke kiri


Sebelum cahaya pergi ke kanan

Perkara ketiga:
Panjang mana tubuh ketimbang bayang
Sejauh cahaya memilih derajat ketinggian

Tak usah tubuh dan bayang takut pendek


Segegas cahaya terbit di kepala atau di kaki
Cari perkara:
Jika tubuh atau bayang tak di depan tak di belakang
Di kiri tiada di kanan alpa

Serahkan saja
Pada keserongan cahaya

Anda mungkin juga menyukai