Di lorong-lorong
Jantung matanya
Para pemuda bertangan merah
Serdadu-serdadu Belanda rebah.
Di mulutnya menetes
Lewat mimpi
Darah di cawan tembikar.
Dijelmakan satu senyum
Bara di perut gunung.
(Para pemuda bertangan merah
Adik lelaki neruskan dendam).
Dinihari bernyanyi
Di luar dirinya.
Anak lonceng
Menggeliat enam kali
Di perut ibunya.
Mendadak
Dipejamkan matanya.
Jangan terkecoh oleh mereka yang tersilaukan 'keindahan palsu' dari luar.
Mereka yang meremehkan dan berlagak asing di negeri sendiri.
Lawan!
Lawanlah mereka dengan kasih sayang,
Dengan akhlak Nabi-nabi!
Allah memberkahi kalian...
Wahai pemuda mana telurmu?
Karya: Sutardji Colzoum Bahri
Wahai bangsaku
Wahai pemuda
Mana telurmu?
Kepompong menetaskan
kupu-kupu,
Kuntum membawa bunga
Putik jadi buah
Buah menyimpan biji
Menyimpan mimpi
Menyimpan pohon
dan bunga-bunga
Setelah kupikir-pikir
Manusia ternyata burung berpikir
Setelah kurenung-renung
Manusia adalah
burung merenung
Setelah bertafakur
Tahulah aku
Manusia harus bertelur
Menetaslah
Seperti dulu
Para pemuda
Bertelur emas
Menetas kau
Dalam sumpah mereka
Sumpah Pemuda Masa Kini
O Allah !
Burung gagak menakutkan
Dan kelaparan adalah burung gagak
Selalu menakutkan
Kelaparan adalah pemberontakan
Adalah penggerak gaib
Dari pisau-pisau pembunuhan
Yang diayunkan oleh tangan-tangan orang miskin
O Allah !
Kelaparan adalah tangan-tangan hitam
Yang memasukkan segenggam tawas
Ke dalam perut para miskin
O Allah !
Kami berlutut
Mata kami adalah mata Mu
Ini juga mulut Mu
Ini juga hati Mu
Dan ini juga perut Mu
Perut Mu lapar, ya Allah
Perut Mu menggenggam tawas
Dan pecahan-pecahan gelas kaca
O Allah !
Betapa indahnya sepiring nasi panas
Semangkuk sop dan segelas kopi hitam
O Allah !
Kelaparan adalah burung gagak
Jutaan burung gagak
Bagai awan yang hitam
Menghalang pandangku
Ke sorga Mu
Sajak Seonggok Jagung
Karya: W.S. Rendra
Tetapi ini :
Aku bertanya :
Apakah gunanya pendidikan
Bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing
Di tengah kenyataan persoalannya ?
Apakah gunanya pendidikan
Bila hanya mendorong seseorang
Menjadi layang-layang di ibukota
Kikuk pulang ke daerahnya ?
Apakah gunanya seseorang
Belajat filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran,
Atau apa saja,
Bila pada akhirnya,
Ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata :
“ Di sini aku merasa asing dan sepi !”