Anda di halaman 1dari 11

10 PUISI PILIHAN KARYA PENYAIR INDONESIA

ASASMEN SUMATIF SEKOLAH PRAKTIK


BAHASA INDONESIA
KELAS XII SEMUA JURUSAN
TAHUN PELAJARAN 2023-2024

SMKN 39 JAKARTA

PENGUJI:
Penguji 1: PONY SEPTIAN NARYATI
Penguji 2: ELVINA SAFNI
1

Kerendahan Hati
Karya Taufik Ismail

Kalau engkau tak mampu menjadi beringin

Yang tegak di puncak bukit

Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik,

Yang tumbuh di tepi danau

Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,

Jadilah saja rumput, tetapi rumput yang

Memperkuat tanggul pinggiran jalan

Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya

Jadilah saja jalan kecil,

Tetapi jalan setapak yang

Membawa orang ke mata air

Tidaklah semua menjadi kapten

Tentu harus ada awak kapalnya….

Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi

Rendahnya nilai dirimu

Jadilah saja dirimu….

Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri


2

Dari Suatu Perpisahan


Karya Ayat Rohaedi

Terkadang ada baiknya kita berduka


Agar terasa betapa gembira
Pada saatnya kita bersuka

Terkadang ada baiknya kita menangis,


Agar terasa betapa manis
Pada saatnya kita tertawa

Terkadang ada baiknya kita merana


Agar terasa betapa bahagia
Pada saatnya kita bahagia

Dan jika sekarang kita berpisah


Itupun ada baiknya juga
Agar terasa betapa mesra
Jika pada saatnya nanti
Kita ditakdirkan bertemu lagi
3

Perempuan-Perempuan Perkasa
karya Hartojo Andangdjaja

Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta, dari manakah mereka

Ke setasiun kereta mereka datang dari bukit-bukit desa

sebelum peluit kereta pagi terjaga

sebelum hari bermula dalam pesta kerja

Perempuan-perempuan yang membawa bakul dalam kereta, ke manakah mereka

Di atas roda-roda baja mereka berkendara

Mereka berlomba dengan surya menuju ke gerbang kota

merebut hidup di pasar-pasar kota

Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta, siapakah mereka

Mereka ialah ibu-ibu yang perkasa

akar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke kota

Mereka: cintakasih yang bergerak menghidupi desa demi desa


4

Peringatan
Karya Wiji Thukul

Jika rakyat pergi

Ketika penguasa pidato

Kita harus hati-hati

Barangkali mereka putus asa

Kalau rakyat bersembunyi

Dan berbisik-bisik

Ketika membicarakan masalahnya sendiri

Penguasa harus waspada dan belajar mendengar

Bila rakyat berani mengeluh

Itu artinya sudah gawat

Dan bila omongan penguasa

Tidak boleh dibantah

Kebenaran pasti terancam

Apabila usul ditolak tanpa ditimbang

Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan

Dituduh subversif dan mengganggu keamanan

Maka hanya ada satu kata: lawan!.


5

Interlude Perjalanan
Karya Wayan Jengki Sunarta

Bunga-bunga Cahaya merekah

Sejauh perjalanan menujumu

Sekilas kenang demi kenang

Memaknai hidup dari kota ke kota

Dari dusun ke dusun

Pepohonan berkilau

Disepuh punama

Tak ada yang mampu

Menghentikan rindu yang luruh

Di setiap pertemuan

Perjalanan itu menyatu

Dalam alur nadiku

Dan bunga-bunga Cahaya

Menuntun jiwa

Menujumu

(2013)
6

Nyanyian
Karya Wing Kardjo

Jungjungan, aku tahu

Apa yang mesti kucintai. Hidup.

Tetapi udara yang mesti kuhirup

Gemetar dan lapar

tak sampai ikut membusuk. Arti.

…cumbuan kuntum dan duri

Nyanyian surgawi, pedih

Dunia terancam dan pergo. Letih.

Hanya hatiku. Jalan samapai badai

Nyanyi, walau tahu

Tinggal sunyi melambai

Junjungan. Aku tahu

Apa yang mesti kucintai. Hidup.

Biar titik makin sayup….


7

Pada Suatu Hari Nanti


Karya Sapardi Djoko Damono

Pada suatu hari nanti,

jasadku tak akan ada lagi,

tapi dalam bait-bait sajak ini,

kau tak akan kurelakan sendiri.

Pada suatu hari nanti,

suaraku tak terdengar lagi,

tapi di antara larik-larik sajak ini.

Kau akan tetap kusiasati,

pada suatu hari nanti,

impianku pun tak dikenal lagi,

namun di sela-sela huruf sajak ini,

kau tak akan letih-letihnya kucari.


8

Sajak Putih
Karya Chairil Anwar

Bersandar pada tari warna pelangi


Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda

Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba


Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku

Hidup dari hidupku, pintu terbuka


Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita mati datang tidak membelah
9

Tuhan, Kita Begitu Dekat


Karya Abdul Hadi W.M.

Tuhan

Kita begitu dekat

Sebagai api dengan panas

Aku panas dalam apimu

Tuhan

Kita begitu dekat

Seperti kain dengan kapas

Aku kapas dalam kainmu

Tuhan

Kita begitu dekat

Seperti angin dengan arahnya

Kita begitu dekat

Dalam gelap

Kini aku nyala

Pada lampu padammu


10

Tidak Ada New York Hari Ini


Karya M. Aan Mansyur

Tidak ada New York hari ini.


Tidak ada New York kemarin.
Aku sendiri dan tidak berada di sini.
Semua orang adalah orang lain.

Bahasa ibu adalah kamar tidurku.


Ku peluk tubuh sendiri.
Dan cinta—kau tak ingin aku
mematikan mata lampu.
Jendela terbuka
dan masa lampau memasukiku sebagai angin.
Meriang. Meriang. Aku meriang.
Kau yang panas di kening. Kau yang dingin di kenang

Hari ini tidak pernah ada. Kemarin tidak nyata.


Aku sendiri dan tidak menulis puisi ini. Semua
kata tubuh mati semata.

Puisi adalah museum yang lengang. Masa remaja


dan negeri jauh. Jatuh dan patah. Foto-foto hitam
putih. Aroma kemeja ayah dan senyum perempuan
yang tidak membiarkanku merindukan senyum lain.
Tidak ada pengunjung. Tidak ada pengunjung.
Dibalik jendela, langit sedang mendung.

Tidak ada puisi hari ini. Tidak ada puisi kemarin.


Aku menghapus seluruh kata sebelum sempat menuliskannya.

Anda mungkin juga menyukai