Anda di halaman 1dari 16

Nama : Nabilla khairanii

Kelas : 2C

20 puisi karangan sastrawan Indonesia

1.Doa – Chairil Anwar

Doa

Kepada pemeluk teguh

Tuhanku

Dalam termangu

Aku masih menyebut namamu

Biar susah sungguh

mengingat Kau penuh seluruh

cayaMu panas suci

tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

aku hilang bentuk

remuk

Tuhanku

aku mengembara di negeri asing

Tuhanku

di pintuMu aku mengetuk

aku tidak bisa berpaling

2. Sajadah Panjang – Taufiq Ismail

Sajadah Panjang
Ada sajadah panjang terbentang

Dari kaki buaian

Sampai ke tepi kuburan hamba

Kuburan hamba bila mati

Ada sajadah panjang terbentang

Hamba tunduk dan sujud

Di atas sajadah yang panjang ini

Diselingi sekedar interupsi

Mencari rezeki, mencari ilmu

Mengukur jalanan seharian

Begitu terdengar suara azan

Kembali tersungkur hamba

Ada sajadah panjang terbentang

Hamba tunduk dan rukuk

Hamba sujud dan tak lepas kening hamba

Mengingat Dikau

Sepenuhnya

3.Atas Kemerdekaan – Sapardi Djoko Damono

Atas Kemerdekaan

kita berkata : jadilah

dan kemerdekaan pun jadilah bagai laut


di atasnya : langit dan badai tak henti-henti

di tepinya cakrawala

terjerat juga akhirnya

kita, kemudian adalah sibuk

mengusut rahasia angka-angka

sebelum Hari yang ketujuh tiba

sebelum kita ciptakan pula Firdaus

dari segenap mimpi kita

sementara seekor ular melilit pohon itu :

inilah kemerdekaan itu, nikmatkanlah

4.Jakarta 17 Agustus 45 Dinihari – Sitor Situmorang

Jakarta 17 Agustus 45 Dinihari

Sederhana dan murni

Impian remaja

Hikmah kehidupan

berNusa

berBangsa

berBahasa

Kewajaran napas

dan degub jantung

Keserasian beralam

dan bertujuan
Lama didambakan

menjadi kenyataan

wajar, bebas

seperti embun

seperti sinar matahari

menerangi bumi

di hari pagi

Kemanusiaan

Indonesia Merdeka

17 Agustus 1945

5.Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu – Widji Thukul

Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu

apa guna punya ilmu

kalau hanya untuk mengibuli

apa gunanya banyak baca buku

kalau mulut kau bungkam melulu

di mana-mana moncong senjata

berdiri gagah

kongkalikong

dengan kaum cukong

di desa-desa

rakyat dipaksa

menjual tanah

tapi, tapi, tapi, tapi


dengan harga murah

apa guna banyak baca buku

kalau mulut kau bungkam melulu

6.Musium Perjuangan – Kuntowijoyo

Musium Perjuangan

Susunan batu yang bulat bentuknya

berdiri kukuh menjaga senapan tua

peluru menggeletak di atas meja

menanti putusan pengunjungnya.

Aku tahu sudah, di dalamnya

tersimpan darah dan air mata kekasih

Aku tahu sudah, di bawahnya

terkubur kenangan dan impian

Aku tahu sudah, suatu kali

ibu-ibu direnggut cintanya

dan tak pernah kembali

Bukalah tutupnya

senapan akan kembali berbunyi

meneriakkan semboyan

Merdeka atau Mati.

Ingatlah, sesudah sebuah perang


selalu pertempuran yang baru

melawan dirimu

6.Musium Perjuangan – Kuntowijoyo

Musium Perjuangan

Susunan batu yang bulat bentuknya

berdiri kukuh menjaga senapan tua

peluru menggeletak di atas meja

menanti putusan pengunjungnya.

Aku tahu sudah, di dalamnya

tersimpan darah dan air mata kekasih

Aku tahu sudah, di bawahnya

terkubur kenangan dan impian

Aku tahu sudah, suatu kali

ibu-ibu direnggut cintanya

dan tak pernah kembali

Bukalah tutupnya

senapan akan kembali berbunyi

meneriakkan semboyan

Merdeka atau Mati.

Ingatlah, sesudah sebuah perang

selalu pertempuran yang baru

melawan dirimu.
7.Kepada Bunda – Sanusi Pane

Kepada Bunda

Terkenang di hati mengarang sari,

Yang kupetik dengan berahi

Dalam kebun jantung hatiku,

Buat perhiasan Ibunda-Ratu.

8.Ibuku Dahulu – Amir Hamzah

Ibuku Dahulu

Ibuku dehulu marah padaku

diam ia tiada berkata

aku pun lalu merajuk pilu

tiada peduli apa terjadi.

Matanya terus mengawas daku

walaupun bibirnya tiada bergerak

mukanya masam menahan sedan

hatinya pedih kerana lakuku.

Terus aku berkesal hati

menurutkan setan, mengkacau-balau

jurang celaka terpandang di muka

kusongsong juga – biar cedera.


Bangkit ibu dipegangnya aku

dirangkumnya segera dikucupnya serta

dahiku berapi pancaran neraka

sejuk sentosa turun ke kalbu.

Demikian engkau;

Ibu, bapa, kekasih pula

berpadu satu dalam dirimu

mengawas daku dalam dunia.

9.Hari Ibu – Andy Sri Wahyudi

Hari Ibu

Ibu, aku tak cukup lelaki menjadi ibu.

10.Ranjang Ibu – Sutardji Calzoum Bachri

Ranjang Ibu

Ia gemetar naik ke ranjang

sebab menginjak ranjang serasa menginjak

rangka tubuh ibunya yang sedang sembahyang.

Dan bila sesekali ranjang berderak atau berderit,

serasa terdengar gemeretak tulang

ibunya yang sedang terbaring sakit

11.Hujan Bulan Juni – Sapardi Djoko Damono

Hujan Bulan Juni


tak ada yang lebih tabah

dari hujan bulan Juni

dirahasiakannya rintik rindunya

kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak

dari hujan bulan Juni

dihapusnya jejak-jejak kakinya

yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif

dari hujan bulan Juni

dibiarkannya yang tak terucapkan

diserap akar pohon bunga itu

12.Biru Bukit, Bukit Kelu – Taufiq Ismail

Biru Bukit, Bukit Kelu

Adalah hujan dalam kabut yang ungu

Turun sepanjang gunung dan bukit biru

Ketika kota cahaya dan dimana bertemu

Awan putih yang menghinggapi cemaraku.

Adalah kemarau dalam sengangar berdebu

Turun sepanjang gunung dan bukit kelu


Ketika kota tak bicara dan terpaku

Gunung api dan hama di ladang-ladangku.

Lereng-lereng senja

Pernah menyinar merah kesumba

Padang ilalang dan bukit membatu

Tanah airku.

13.Sajak Matahari – W.S. Rendra

Sajak Matahari

Matahari bangkit dari sanubariku.

Menyentuh permukaan samodra raya.

Matahari keluar dari mulutku,

menjadi pelangi di cakrawala.

Wajahmu keluar dari jidatku,

wahai kamu, wanita miskin !

kakimu terbenam di dalam lumpur.

Kamu harapkan beras seperempat gantang,

dan di tengah sawah tuan tanah menanammu !

Satu juta lelaki gundul

keluar dari hutan belantara,

tubuh mereka terbalut lumpur

dan kepala mereka berkilatan


memantulkan cahaya matahari.

Mata mereka menyala

tubuh mereka menjadi bara

dan mereka membakar dunia.

Matahari adalah cakra jingga

yang dilepas tangan Sang Krishna.

Ia menjadi rahmat dan kutukanmu,

ya, umat manusia !

14.Lereng Merapi – Sitor Situmorang

Lereng Merapi

Kutahu sudah, sebelum pergi dari sini

Aku akan rindu balik pada semua ini

Sunyi yang kutakuti sekarang

Rona lereng gunung menguap

Pada cerita cemara berdesir

Sedu cinta penyair

Rindu pada elusan mimpi

Pencipta candi Prambanan

Mengalun kemari dari dataran ….

Dan sekarang aku mengerti

Juga di sunyi gunung


Jauh dari ombak menggulung

Dalam hati manusia sendiri

Ombak lautan rindu

Semakin nyaring menderu ….

15.Malam Laut – Sudarto Bachtiar

Malam Laut

Karena laut tak pernah takluk, lautlah aku

Karena laut tak pernah dusta, lautlah aku

Terlalu hampir tetapi terlalu sepi

Tertangkap sekali terlepas kembali

Ah malam, gumpalan cahaya yang selalu berubah warna

Beginilahh jika mimpi menimpa harapan banci

Tak kusangka serupa dara

Sehabis mencium bias mendera

Karena laut tak pernah takluk, mereka tak tahu aku di mana

Karena laut tak pernah dusta, ku tak tahu cintaku di mana

Terlalu hampir tetapi terlalu sepi

Tertangkap sekali terlepas kembali

16. Cinta yang Agung – Kahlil Gibran

Cinta yang Agung


Adalah ketika kamu menitikkan air mata

dan masih peduli terhadapnya..

Adalah ketika dia tidak mempedulikanmu dan kamu masih

menunggunya dengan setia..

Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain

dan kamu masih bisa tersenyum sembari berkata ‘Aku

turut berbahagia untukmu..

Apabila cinta tidak berhasil

…Bebaskan dirimu…

Biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya

dan terbang ke alam bebas lagi..

Ingatlah…bahwa kamu mungkin menemukan cinta dan

kehilangannya..

Tapi..ketika cinta itu mati..

kamu tidak perlu mati bersamanya

Orang terkuat BUKAN mereka yang selalu

menang..MELAINKAN mereka yang tetap tegar ketika

mereka jatuh
17. Malam Rabiul Awal – Remy Sylado

Malam Rabiul Awal

Kuingin

Malam-malam bersua denganmu

Kala hujan turun

Membasah kalbu.

Ia sempurna

Tapi bukan dewa

Bukan juga Pencipta

Ia manusia seperti kita.

Kuingin

Malam-malam bersua denganmu

Kala hujan turun

Membasah kalbu.

18.Surat Cinta – Goenawan Mohamad

Surat Cinta

Bukankah surat cinta ini ditulis

ditulis ke arah siapa saja

Seperti hujan yang jatuh ritmis

menyentuh arah siapa saja


Bukankah surat cinta ini berkisah

berkisah melintas lembar bumi yang fana

Seperti misalnya gurun yang lelah

dilepas embun dan cahaya.

19.Guruku – Mustofa Bisri

Guruku

Ketika aku kecil dan menjadi muridnya

Dialah di mataku orang terbesar dan terpintar

Ketika aku besar dan menjadi pintar

Kulihat dia begitu kecil dan lugu

Aku menghargainya dulu

Karena tak tahu harga guru

Ataukah kini aku tak tahu

Menghargai guru

20.Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua – Taufiq Ismail

Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua

Pada Anaknya Berangkat Dewasa

Jika adalah yang harus kaulakukan

Ialah menyampaikan kebenaran

Jika adalah yang tidak bisa dijual-belikan


Ialah ang bernama keyakinan

Jika adalah yang harus kau tumbangkan

Ialah segala pohon-pohon kezaliman

Jika adalah orang yang harus kauagungkan

Ialah hanya Rasul Tuhan

Jika adalah kesempatan memilih mati

Ialah syahid di jalan Ilahi.

Anda mungkin juga menyukai