Arianonaka
Ariyana Sawitri
Ariyanti M. Said
Arfan Arafah
Asti Pratiwi
Ato Rachmat Saleh
Daisy Wu
Dirja Wiharja
Etika Maria
Fitri Ramadhani
Fadjriani Ramadhan
Hegel Avicena
Ibrah La Iman
Ilo. Id
Nurul Fadhilah M.
Nur Rahmah Safarina Hamzah
Relia Minerva
Muh Ridha Salam
Syahrani Said
R Wima Ariesta Natakoesoemah
Cemburu
Arianonaka
Pagi Di Parepare
Arianonaka
Khilafku...
Dosaku...
Adalah satu paket tak terpisahkan
Siang hari ku sibuk mengolok-olok sesamaku
Malam hari ku sibuk dengan permainanku
Hingga tak sedikitpun waktuku tersisa
Untuk mengingatNya
Masihkah ada celah di surgaMu?
Masih pantaskah aku mengharap ridhoMu?
Diriku yang berkawan dosa
Diriku yang hina dan rentah
Sepenggal tubuhku kaku
Ku terbaring lemah di atas tikar usang ini
Ku rasakan hidup bagai benalu
Ku bernafas tapi tak hidup
Sebelum ajalku tiba
Izinkan aku memelukNya
Ajari aku bertayammum
Bulukumba, 21 Desember 2014
Dialah Adam
Ariyana Sawitri
Harapan Kosong
Ariyana Sawitri
Kesetiaan Rasa
Ariyanti M. Said
Pernyataan Rindu
Sebelum Kau Kenal
Entah Siapa
Cinta Pelepas Identitas
Cinta Akan Pena
Pernyataan Rindu
Arfan Arafah
Entah Siapa
Arfan Arafah
Cinta,
Bagaimana harus kulukis cinta buatmu ?
Aku tak mampu merangkai bait terindah
Tuk melukis cinta dihatiku
Buat sang bidadariku
Aku ragu, seperti berada dipersimpangan
Aku kehilangan kompas
Aku telah kehilangan arah
Tapi taukah kau bidadariku
Aku tak getir, aku tak takut
Kau tau kenapa !!!
Karena cintamu yang kelak akan menuntunku
Hingga tujuan akhirku
Meski saat ini kau tak tau membedakan
Antara citna dan nafsu duniawi belaka
Tapi suatu saat nanti kekuatan cintaku
Akan menuntunmu pada kebenaran cinta
Sudihkah kau
jika kunyatakan kau sbgai cintaku
Stelah kudiamkan kau
Bersama kebisuanku
Kutahu kau rindu menari-nari
Diatas kertas kertas itu
Ku tahu kau menantikanku
Berteman erat bersama nyanyianku
Penaku...
Apa kau masih menyimpan semburat kisahku
Kisah saat kita tergenggam bersama
Menggoreskan masa lalu denganmu
Namun tak mampu menatap masa depan
R. i. n. d. ..
Asti Pratiwi
Sajak Coto
Sajak Jomblo
Kugenapkan Asaku dalam Enampuluh Kata
Jangan Diam
di atas bilah bambu
Sajak Coto
Ato Rachmat Saleh
Kantin, 080109
Sajak Jomblo
Ato Rachmat Saleh
RedViolet, 300109
Jangan Diam
Ato Rachmat Saleh
Sekelebat Ingin
Daisy Wu
Puang
Jaahil Murokkab
Puang,
apalagi yang kutuang disini
Bagiku Engkau bukan saja energi
tapi induk dari segala kesadaran kami
Pusat inspirasi medan magnet kosmik hati
yang selalu bergerak, bekerja terus
Hingga selalu mengusik tidur nyenyakku
Bangun dan bangkitkan aku, selalu
takkan aku sia-siakan puncak semesta ini
Akan kuhirup selama ia dikandung badan
Puang,
terima kasih kenapa-karena
Tadinya saya hanya barang mati
Tadinya dunia saya kecil
Tadinya kekuatanku bahkan nihil
Tapi dengan ini aku bisa terbang,
melayang
Kini kemana-mana sesuka hati
Melampaui diri
menembus kini
melewati nanti
bermeditasi di dasar laut mati
Melintasi kobaran api
berenang diamukan tsunami
Dengan ini
aku jadikan tiada menjadi ada
Yang mustahil ku sulap jadi nyata
aku bebas sebebas-bebasnya aku
Dengan Puang, aku takkan terluka
Tolong,
Jangan fitnah aku sebagai puisimu
aku tak akan pernah menjadi puisimu
jangan tulis aku menjadi puisimu
aku tak mau menjadi puisimu
jangan minta aku menjadi puisimu
aku tak rela menjadi puisimu
Awas,
jangan suruh aku menjadi puisimu
jangan paksa aku menjadi puisimu
jangan santet aku menjadi puisimu
jangan nikahi aku sebagai puisimu
jangan tiduri aku sebagai puisimu
jangan rampok aku sebagai puisimu
jangan jual aku sebagai puisimu
jangan kumohon jangan
aku bukan puisimu ...
Mengaji Ikhlas
Jaahil Murokkab
Beri Aku
Jaahil Murokkab
Purnama Cinta
Getar Dawai Cinta
Caraku Merinduimu
Berpulangnya Mawar
Pesan Hujan
Purnama Cinta
Etika Maria
Di purnama esok,
Aku ingin engkau ada disini,
Merajut peradaban yang telah membelantara,
Di balik semak belukar kebiadaban zionis,
Antara jeruji para teroris kebajikan,
Hingga purnama berubah sabit,
Yang dengannya kita menenung
Larik-larik mimpi dengan cinta sebenar,
Mengurai semua benang kusut dihati para biadabis,
Mengintai hari indah tanpa perang,
Melahirkan bidadari dan pejuang-pejuang surge,
Dan saat bulan tak lahi muncul,
Bumi telah terang oleh cinta
Caraku Merinduimu
Etika Maria
Berpulangnya Mawar
Etika Maria
Mawar meregang nyawa
Terbujur kaku dalam dilema kehidupan
Memilih berkalang kubur
Lepas bebaskan diri dari derita di lupakan
Mawar telah berpulang
Bukan karena tak ada lagi sumber kehidupan
Bukan karena tak mampu melewati pergantian musim
Tapi penyakit dilupakan menjadi kanker terganas
Yang merenggut nyawanya
Mawar mati dalam derita kerinduan dan penantian
Cinta tak menanyakan kabarnya
Mawar telah mati
Sebelum bisa mengerti bahasa air
Innalillaahi wa inna ilaihi rojiun
Pesan Hujan
Etika Maria
Seperti Salju
Afira
Aku mendekat
Aku merayu
Aku terpesona
Aku bahagia
Melihatmu bagaikan putri salju
Wajah yang anggun
Akhlak yang mulia
Tutur kata yang baik
Hati seputih salju
Meski langit runtuh
Meski bintang berjatuhan
Meski lautan diluapkan
Meski daratan digoncangkan
Hatiku takkan berpaling
Karena dinda
Seperti salju
Mendinginkan hati
Menenangkan pikiran
Bersamamu
Surga dunia kumiliki.
Seorang Gadis
Afira
Ku Temui Kau
Panggil Aku Cinta
Di Mariso, Kau Pinang Aku dengan Syahadat
Pergilah Cinta
Kepada Suamiku
Ku Temui Kau
Fadjriani Ramadhan
Pergilah Cinta
Fadjriani Ramadhan
Kepada Suamiku
Fadjriani Ramadhan
Hari ini
Adakah nyanyian merdu melebihi nyanyian hati?
Adakah bahagia yang bertasbih melebihi bahagiaku tentang
hadirmu?
Suamiku
Kini ku tak muda lagi, pun kau sayang
Mungkin tak pernah lagi kau membaca sepucuk surat tentang
kerinduanku
Tak pernah lagi berlari di bawa rinai hujan sambil bergenggaman
tangan
Entahkeriput di kulit ini yang membuatnya senyap
Tapi suamiku
Detak jantung ini terus berlari riang dikeabadiannya
Bersama hati mendendangkan cinta yang terpenjara untukmu
Meski lukisannya tak lagi secerah warna pelangi
Namun namamu tetap terpahat pada bingkainya
Suamiku sayang
Jika bunga yang kupersembahkan, durinya menusukmu
Maka kutancapkan durinya di hatiku agar kau paham
Aku tak ingin melukaimu
Benih
Hegel Avicena
Nafas
Hegel Avicena
Semilir
Hegel Avicena
Sepoi-sepoi bertiup
Menyejukkan malam yang redup
Lembutnya angin tak mau kalah
berhembus gagah tanpa lengah
Ya ia beriringan tak mau sendiri
Membawa hela dan detak agar sehati
Hela nafas menyatu seakan tersihir
Bersamaan hadir dalam semilir
Cinta terselip bersamanya
Yang kuberi nama semilir cinta
Cinta Cenninrara
Ibrah La Iman
Berita Cinta
Ibrah La Iman
Semangatlah Cinta
Ibrah La Iman
Lentera
Jika Aku Kamu Cinta
Tentang Cinta
Menjadi Bijak
Harmoni Cinta
Lentera
Ilo Id
Bacalah,
Aku Pengasih Tak Terlihat
Aku Pemerhati Tak Tergugat
Aku Perindu Tak Bertepi
Aku Pemuja Rahasia Seorang Bidadari
Memilih Bungkam Pada Realita
Pada Cinta Tak Berpelita
Kini Hati Meridukan Sentuhan
Adakah Lentera Senantiasa Menerang
Menjaga Qalbu Untuk Hubungan Terlarang?
Tentang Cinta
Ilo Id
Menjadi Bijak
Ilo Id
Harmoni Cinta
Ilo Id
Seruni
Cintaku Ditelan Malam
C
Kenangan
Kunantikan Cinta
Seruni
Nurul Fadhilah M
C
Nurul Fadhilah M
Berani kubersajak
Menguntai dan menyulam di atas selebaran suci
Berani kubersajak
Menguntai dan merajut mesra bersama pemikiran sederhana
dari seorang wanita
Aku adalah wanita
Merajut dan menyulam
Bersama sajak yang ingin selalu bercengkrama di atas selebaran tipis
Hingga rajutan itu kurasakan ternyata ini adalah sulaman Cinta
Rasa seorang wanita ini telah menjadi raja
Terasa rasa itu hidup di setiap sela- sela jemari ini
Yang ingin kugenggam namun belum halal
Rasaku malu, malu akan rasa dari seorang wanita
Duhai Cinta
Tersulamlah engkau bersama sarung sutera di hadapanku
Kurajut bunga- bunga merah jingga yang serasi
dengan sutera putih ini
Duhai Cinta
Cintaku akan kurajut dan kusulam
dengan kesabaran di atas sutera putih
Kenangan
Nurul Fadhilah M
Kunantikan Cinta
Nurul Fadhilah M
Bisikan Cinta
Lukisan
Penyempurna
Cinta itu Anugerah
Menuai Cinta
Bisikan Cinta
Nur Rahmah Safarina Hamzah
Lukisan
Nur Rahmah Safarina Hamzah
Penyempurna
Nur Rahmah Safarina Hamzah
Engkau ada
Engkau ada ketika matahari terbit
Matahari terbenam serta
Bulan menampakkan sinar terangnya
Engkau selalu mencoba melintasi langitNya
Mengetuk pintu surgaNya
Kini keadaan membuatmu pasrah
Rinai hujan membasahi jalanmu
Memudarkan khayalan tuk berbuat dosa
Engkau menggapai penderitaan
Terobos nestapa menuju tujuan
Cinta dari semua makhlukNya
Tak akan membeku
Tak akan menghilang
Dan akan selalu memberi arti
Menuai Cinta
Nur Rahmah Safarina Hamzah
Kamu Matahari
Menghangat Kasih Di Pagi Hari
Memupuk Sejuta Rindu
Menghias Setumpuk Mimpi
Kamu Matahari
Menderang Menuju Senja
Menyambut Mesra Sang Petang
Membiaskan Jutaan Warna
Mengetuk Jendela Pujaan Hati
Selamat Datang Cinta
Tetaplah Terang Di Nadiku
Tetaplah Tenang Di Sukmaku
Tetaplah Tentram Di Kalbuku
Syukur
Tak Sampai
Bintang Hatimu
Pemuja Rahasia
Hujan Bulan Februari
Syukur
Ridho
Tak Sampai
Ridho
Bintang Hatimu
Ridho
Pemuja Rahasia
Ridho
Candu
Melodi Tak Bernada
Kisah Sang Pagi
Dia Akan Kembali
Tanah Air Terkasih
Candu
Syahrani Said
Ada mata seindah senja
Ada hati selembut kapas
Ada tutur semegah dunia
Itu kamu
Kucoba meraba apa ini hanya ilusi
Ataukah kenyataan kepalsuan rasa
Namun tetap saja senyummu merobohkan iman
Menggunung sudah kekagumanku padamu
Laksana berada di atas gunung
Puncaknya sedikit lagi kuraih
Kubalikkan badan menolak berada di puncak itu
Sebab puncak itu tak lagi member candu
Candu oleh rindu seuntai senyum mu
Candu saat hilang waras karena mu
Aku
Sepenggal Kisah Hujan
Nafas
Seserpih Kata Untuk Bulan
Melankolis Batas Senja
R Wima Ariesta
Natakoesoemah biasa dikenal
dengan nama RWAN. Sekolah SD, SMP, SMA di
Parepare dan aktivitas sekarang Mahasiswa di UNJ
dan VGM (Video Game Music) maker.
Aku
Wima
Diam
Mendua pada parasnya
Memadu demi dustanya
Palsu dalam cerita
Mengadu tiap derita
Padam..
Kelana fana, telikung buntung ketika kemarau parau, kau sibuk
terpukau kilau danau..
Malam..
Datang
Terang
Menantang
Menghadang
Namun gulita yang kau pandang
Tikam..
Menghujam dalam
Iris, miris, gerimis, darah menguar amis, nadi terkuras habis, hati
menyapa tangis
Apa?
Bagaimana?
Jikalau mana?
Siapa?
Aku
Ya, aku
Hilang dalam sembilu
Ya, aku
Bukan kau, bangsat
Bukan kau
Aku!
Nafas
Wima
Dalam satu tarikan nafas..
Aku terlibat dalam kemelut hati dan otak yang sedari dini hari tak
berhenti membabibuta meneriakkan definisi posibilitas dan memori..
Dalam satu tarikan nafas..
Waktu bergerak mundur, jiwa meredup teratur, kemungkinankemungkinan tentang mimpi indah yang berangsur nyata terlelap
jauh-jauh dalam kubur..
Dalam satu tarikan nafas..
Siang berganti malam, kata beranjak dusta, walau itu berarti sang
kata harus rela membunuh makna nyata mereka sendiri, walau itu
berarti sang surya harus tabah meringkuk tanpa daya di balik senja.
Dalam satu tarikan nafas..
Aku kehilangan nyawa yang berpuluh tahun aku percaya untuk
mengisi dan menyisi angkuhnya mayat hidup yang kini tak berjiwa.
Lalu...
Dalam satu hembusan nafas..
Keputusasaan yang membahana serta-merta hilang, bertukar posisi
dengan kepastian akan bahagianya masa depan, meyakinkanku
bahwa semua yang indah bisa mengganti mimpi buruk dengan begitu
cepat, bahwa hidup tak semestinya hancur oleh waktu.
Kemudian..
Aku sadar..
Bahwa suatu saat di depan sana, aku kembali harus menarik nafas..
Hai senja :)
Entah sudah yang ke-berapa, pun batinku bercengkrama pada
nestapa, kembali lagi kita saling sapa, lalu aku mau bilang apa? Kali
itu kau serbu aku hingga lupa, sejenak berlalu realita yang buruk
rupa, kau tatap tatapanku yang buta, bangunkanku menuju mimpi
tentang semesta. Pada detik yang berjalan terbata, aku berkata, atas
kata-kata yang kian kau tata, ada mata-mata rasa tanpa makna yang
nyata, namun ada pada tiadanya. Aku percaya, kau-lah senja yang
membaca arah cahaya, membentang kepastian dalam ragu yang
meraya, selalu penuh daya, tanpa tanya, menyeru qualia kian kaya,
mengajakku beranjak sejenak melupa bahaya. Lalu aku tersimpuh
entah untuk yang ke-berapa, entah demi sesiapa. Liukan memori itu
kerap menyala, tanpa cela, dan aku tersesat dalam kala.
Hai senja :)
Bila patut aku meminta, jangan pernah menghilang dalam gulita.
Jika pantas aku bercerita, izinkan ku meminang derita, yang begitu
dalam kau kubur dalam dusta...