Anda di halaman 1dari 4

Cerita Rakyat: Legenda Si Pahit Lidah dan Si Empat Mata | Dongeng Anak

by Muhammad Nashrul Aziz

Cerita rakyat si pahit lidah dan si empat mata merupakan cerita rakyat dari Lampung sekaligus
sebagai salah satu dari kumpulan cerita rakyat nusantara popler di masyarakat Lampung.

Adapun cerita rakyar ini bercerita mengenai 2 orang sombong sebab mempunyai kelebihan yang tak
dimiliki oleh orang lain. Untuk mendengarkan cerita rakyat ini, Anda bisa membacanya di bawah!

Si Pahit Lidah dan Si Empat Mata

Serunting merupakan salah seorang yang memiliki kesaktian. Dimana dirinya berasal dari kerajaan
Majapahit yang telah diusir di Istana kemudian berkelana hingga ke Sumatera. Kemudian adik ipar
dari Serunting, Arya Tebing pun akhirnya merasa iri akan kesaktian yang dimiliki Serunting.

Ia pun lalu membujuk sang kakak agar memberitahukan letak kelemahan dari Serunting.
Dikarenakan kasih sayangnya untuk sang adik, lalu istri Serunting pun akhirnya memberitahukan
dimana letak kelemahan kekuatan Serunting.

Sesudah mengetahuinya, kemudian Arya Tebing pun langsung mengajak adu kekuatan kepada
Serunting. Hingga akhirnya mereka berkelahi, pada saat itu sendiri Arya Tebing telah menusuk
Serunting langsung pada letak kelemahannya.

Lalu Serunting pun akirnya terluka parah dan mengasingkan dirinya ke Gunung Siguntang. Kemudian
dipengasingannya tersebut, Serunting pun mengobati semua lukanya lalu tak jemu untuk berdoa
kepada Sang Maha Pencipta agar segera mengembalikan kesaktian yang dimilikinya.

Akibat ketekunan Serunting, kemudian ia pun diberikan kesaktian dan kelebihan dimana apapun
yang dilisankannya atau diucapkannya akan menjadi kenyataan.

Suatu ketika Serunting pun tengah berjalan-jalan pada sebuah perkampungan. Dimana masyarakat
dari kampong tersebut tengah menanam padi. Kampung tersebut dikelilingi oleh hamparan sawah
menguning dengan begitu eloknya saat dipandang.
Akan tetapi, Serunting justru mengatakan bahwa pemndangan tersebut bukanlah sawah tetapi
hamparan batu. Karena ucapannya itulah, akhirnya menjadi kenyataan.

Dengan melihat peristiwa tersebut, warga pun menjuluki Serunting sebagai si Pahit Lidah. Akhirnya
masyarakat pun tak berani melawan Serunting sebagai si pahit lidah sebab mereka takut akan
kutukannya.

Lalu si pahit lidah pun menjadi kian kasar dan sombong, sampai-sampai warga tak menyukai dirinya.
Kemudian kesaktian dari si pahit lidah pun sampai terdengar ke telinga si Empat Mata yang juga
mempunyai kesaktian di negeri India.

Karena merasa kesaktiannya tersaingi, si empat mata pun bermaksud menantang Serunting atau Si
Pahit Lidah. Lalu ia berlayar ke Sumatera demi bertemu dengan si pahit lidah. Saat bertemu,
keduanya pun akhirnya berkelahi sampai berhari-hari.

Mereka berdua mengeluarkan semua kesaktian yang dimilikinya tetapi tak ada yang kalah ataupun
menang. Saat itulah, tetua dari kampong pun mengajukan pertandingan bagi kedua orang tadi.
Dimana mereka diharuskan untuk mengonsumsi buah aren.

Si Pahit Lidah memperoleh giliran pertama memakan buah aren tersebut. Karena kesombongan si
pahit lidah mengonsumsi buah tersebut sembari berfikir bahwa dirinya tak mungkin mati hanya
dengan memakan buah tersebut.

Akan tetapi, apa yang telah terjadi pada dirinya dimana ia pun akhirnya menggelepar kemudian
mati. Menyaksikan si pahit lidah yang telah mati, maka si empat mata pun senang sebab kini dialah
yang tersakti di negeri tersebut.

Akan tetapi, si empat mata pun kebingungan kenapa si pahit lidah sampai mati hanya memakan
sebiji dari buah aren saja. Lalu si empat mata pun menimang-nimang aren tersebut sisa dari si pahit
lidah, dan ia pun memakan buah tersebut lalu tak lama berselang si empat mata pun menggelepar
dan mati.
Sampai akhirnya mereka berdua pun mati karena kesombongan yang mereka miliki dan keduanya
telah dimakamkan di tepian Danau Ranau.

Baca Juga: Cerita Rakyat Si Pitung

Cerita Si Pahit Lidah dan Si Empat Mata Versi 2

Dikisahkan si pahit lidah dan juga si empat mata merupakan kedua jawara yang gagah berani serta
terkenal di masyarakat Bandung Agung, tepatnya di Sumatera Selatan.

Dimana keduanya begitu disegani oleh para lawannya. Si Empat Mata ataupun Si Pahit Lidah,
keduanya merasa dirinya paling hebat. Hingga akhirnya, untuk membuktikan siapa diantara
keduanya yang paling hebat, maka mereka pun sepakat bertemu serta mengukur kekuatannya.

Adapun caranya yaitu, satu dari mereka harus menelungkup tidur di bawah rumpun pada bunga
aren. Kemudian bunga aren yang ada di atas pun dipotong lawan.

Siapa yang dapat menghindari bunga aren tersebut maka ia yang disebut jawara sakti. Lalu mereka
pun akhirnya menentukan hari untuk bertanding dengan tepat.

Saat hari yang telah ditentukan sudah tiba, maka si mata empat pun mendapati giliran yang pertama
untuk telungkup. Lalu di pahit lidah yang memanjat pohon lalu memotong bunga aren. Dan
tentunya, mata si kepala empat dapat melihat sebab di belakang kepalanya memiliki 2 mata lagi.

Dengan begitu, si Mata Empat pun dapat melihat bunga di atas telah jatuh meluncur. Makai a pun
dapat langsung menghindar secara mudah, dan si Empat Mata pun telah selamat.

Sekarang giliran tantangan si Pahit LIdah. Kemudian Si Empat Mata pun memanjati pohon tersebut
kemudian si Pahit LIdah menelungkupkan bagian badannya tepat di bawah rerumpunan pohon aren
tersebut. Saat bunga aren tersebut dipotong, maka gugusan bunga meluncur deras hingga ke bawah.

Namun si Pahit Lidah tidak dapat mengetahui hal tersebut. Badannya tetap saja berada d bawah
luncuran tadi. Tentu saja bunga tersebut langsung menghujam tubuhnya sampai luluh, dan ia pun
tewas dengan seketika.
Melihat kejadian tersebut si Empat Mara pun merasa puas dan senang karena dirinya merasa paling
hebat. Ia akhirnya dapat membuktikan bahwa dirinyalah yang paling sakti.

Akan tetapi, karena rasa penasarannya tiba-tiba saja muncul. Ia ingin mengetahui kenapa lawannya
tersebut dijuluki sebagai si Pahit LIdah. Tapi karena penasaran tadi, ia pun mmasukkan jarinya pada
mulut lawannya yang telah tewas tadi, yakni si Pahit Lidah.

Kemudian dicicipinya jarinya yang telah dimasukkan tadi yang telah terkena oleh air liur dari si Pahit
Lidah. Hingga ternyata benar, rasanya sanga pahit sekali serta rupanya tersebut merupakan racun
mematikan. Akhirnya si Mata Empat pun tewas.

Baca Juga: Cerita Bawang Merah dan Bawang Putih

Anda mungkin juga menyukai