Anda di halaman 1dari 4

Ringkasan Kidung Harsawijaya

Luthfi Meidianto
1806209853
luthfi.meidianto81@ui.ac.id
Sastra Daerah Untuk Sastra Jawa 2018
Universitas Indonesia

1. Ringkasan Cerita

Kidung Harsawijaya merupakan sebuah kisah pendirian kerajaan Majapahit yang didirikan
oleh Raden Wijaya. Kidung ini diperkirakan dibuat pada abad 16 dan 17 dan diteliti oleh P.J
Zoetmoelder. Dicertikan Raja Narasigha yang berasal dari Singhasari dengan sang Prameswa
diberikan anugrah dari tuhan, seorang putra yang bisa dikatakan sempurna dia memiliki muka
rupawan, kecerdasan, dan keberanian yang kuat. Anak ini diberikan nama Harsawijaya,
ketika kecil dia juga berkawan dengan Lawe, Nambi, Sora, Pedang, Dangdi, Gajah Pagon,
dan Lembu Peteng. Waktu dari waktu telah berlalu Raja sakit parah dan mengangkat saudara
sepupunya untuk menjadi raja sementar menunggu Harsawijaya tumbuh besar. Di bawah
masa kepemimpinan Raja Kertanegara, kerajaan mengalami masa kemunduran, pihak istana
banyak yang mengundurkan diri karena tidak sepemahaman, tetapi pada akhirnya raja
sementara memilih untuk menjadi seorang pertapa dan mengambil keputusan untuk menjadi
Harsawijaya untuk menjadi raja karena umurnya sudah cukup. Ketikaa dalam masa
kepemimpinan Raja Harsawijaya, patih Anêgah memberi usul untuk ekspedisi ke Melayu
serta meminta raja negerinya memberikan dua putrinya, Dara Pêtak dan Dara Jingga untuk
dijadikan sebagai istri. Saat itu juga Wiraja, seorang pejabat di bawah Narasingha yang
disingkirkan oleh Krtanagara dan menjadi Adipati di Madura, merencanakan untuk membalas
dendam. Kekosongan Singhasari digunakannya sebagai kesempatan untuk melakukan
penyerangan. Wiraja segera memanngil Wirodnya untuk menghasut Jayakatwang agar
membantunya, Patih Kebo Mundarang memberikan nasihat dan berkata bahwa ayahnya
merupakan raja terakhir di Kadiri dan dikalahkan.

Singhasari mendapat kabar bahwa akan ada sebuah malapetaka yang akan menimpa kerajaan,
Raja akhirnya meminta bantuan para pendeta untuk segera melaksanakan upacara mengusir
malapetaka. Waktu yang bersamaan daatang kabar bahwa akan ada serangan dari
Jayakatwang dan datangnya pengungsi dari utara yang datang membawa pesan kalau pasukan
Daha sudah dekat dengan ibu kota. Harsawijaya segera berangkat dengan pasukan kecilnya
untuk menghentikan pasukan Daha, setelah mengalahkannya, dia mulai menuju ibu kota
dengan keadaan yang sudah kacau. Harsawijaya berhasil untuk menyelamatkan diri dari
pasukan Daha dan membawa putri sulung dari Krtanagara, mereka ak yhirnya menyelatkan
diri ke hutan dekat pantai utara, sampai di pertapaan Santasmrti yang merupakan kawan ayah
Harsawijawa. Setelah sempat tinggal di pertapaan, mereka akhirnya melanjutkan perjalanan
menyebrangi Madura sesuai dengan saran dari Santasmrti untuk meminta bantuan Wiraja.
Ketika Daha telah dikuasai oleh Jayakatwang, dia menguasai seluruh pulau Jawa dan di sisi
lain Harswawijaya dengan Wiraja untuk merebut kembali kerajaan.

Sesuai dengan hasil yang disepakati dengan Wiraja, Harswaijaya datang ke Daha dan
ditempatkannya ke Tamansari. Pasukan Singhasari datang dari ekspedisi yang telah
diakukannya dan membawa kedua puteri mereka, tetapi setelah mendengar kabar saat ini,
mereka siap untuk membantu Harsawijaya. Para tamu undangan dan Harsawijaya di berika
sebuah tempat untuk bermukim di sebidang tanah penuh hutan, tepi sungai, dan tidak jauh
jaraknya dari Daha. Tempat itu dinamakan Majapahit, karena buah maja yang tumbuh terasa
pahit semua, Tempat itu semakin lama semakin meluas, karena banyaknya penduduk yang
saling berdatangan dan menempati tempat itu, sampai suatu ketika Harsawijaya sudah yakin
untuk menyerang dan sudah mengikuti saran dari Rangga lawe yang meminta saran dari
Wiraja terlebih dahulu. Raja Tatar diminta untuk membantu juga. Ketika sebelum serangan
dimulai Jayakatwang sudah mengetahuinya dan memberitahukan kepada wanita dan
puterinya, bahwa dia ingin gigur dalam medan perang.

Keesokan harinya Harsawijaya menuju Bobotsari dan menghadapi pasukan lawan,


perlawanan sengit mmebuat pasukan Jayakatwang pun dapat dikalahkan. Ketika Raja Daha
datang dia menggunakan gajahnya mengamati keadaan dan bersemedi setelah itu tanpa ada
hitungan waktu dia lenyap di angkasa, semua orang terpana melihat kejadian itu. Pasukan
dari kerajaan Tatar disuruhnya untuk kembali ke pemukiman masing-masing dan
Harsawijaya mengurus abu dari para pasukan yang gugur. Raja Tatar dalam hal ini meminta
imbalannya karena telah membantu, tetapi dia kecewa karena imbalannya sudah tiada dan
bertekad untuk mengambil putri kerajaan dengan kekerasan. Penyerbu dari Tatar datang ke
Majapahit dan meminta secara paksa, sampai pertempuran tidak dapat dielakan, pasukan
Tatar kalah dengan rajanya juga.
Penobatan Raja dilakukan oleh Santasmrti, untuk dilakuakn sebagai penobatan raja Abiseka,
raja diberikan nama Krtajasa dan Harsawijaya sebagai pejabat tinggi, Rangga lawe menjadi
Patih Mangkubumi. Kekuasaan kerajaan pahit meliputi Nusantara.

2. Siapa yang pernah membahas karya ini?


Untuk penulis saya sudah mencari mencari di beberapa sumber data yang ada di Internet.
Saya tidak menemukan penulisnya, tetapi yang pernah membahas Kidung Harsawijaya ada
P.J Zoetmulder dan C.C Berg

3. Apa yang dibahas oleh peneliti/penulis?


Dalam kidung ini Zoetmulder membahas tentang linguistik yang ada di dalam kidung seperti
contoh dalam penelitian “Kidung Tantri Kediri. Kajian Filologis Sebuah Naskah Jawa
Pertengahan”. Di dalam karya tulis ini menerangkan bahwa Zoetmulder menjelaskan Kidung
Harsawijaya merupakan sebuah kidung represntatif, namun dikatakan terlalu sempit bila
korpusnya hanya terdiri dari satu teks saja.

4. kutip satu bait untuk penerapan metrumnya.

ZANG I (Demung)

la. Quddha ning hyun pinujing kawya umunggw ing sari kamala sthitya jating *)
makajiwa ning sang sampun parartha putus ing kawi angawi rum ning kalangon.

lb. Tuhu n dinyusan de ning rereb ni.dak dhuparum panghreng2) ning bhrahmareng
sari ya stuti marum hrit alon3)

2a. Jati bhattara wiguddha murti prabhu ring Yawanusadi wibhuh maharddhika ring
rat noraniringi salwa nikang Yawadwipabhisekanira ratu bhattara Narasingha tuhu
Hariwanggajanurun.

2b. Lewih c^obha purmireng Singhasantun ri wetan ing Kawi langu lwir
Smarabhawananurun angalih ana sanakiramisan pinakaaryanulus apekik sulaksana
twan Krtanagara winuwus4).
Daftar Refrensi:

BERG, C. C. (1931). KIDUNG HARṢA-WIJAYA MIDDEL-JAVAANSCHE HISTORISCHE ROMAN


UITGEGEVEN. Retrieved from jstor.org: https://www.jstor.org/stable/20770564
Uman, H. (2019, April 3). Kerajaan Lamajang Tigang Juru (Akulturasi Antara Jawa, Madura,
dan Islam) . Surabaya, Jawa Timur , Indonesia.
Soekatno, R. A. (2009, Desember 17). Kidung Tantri Kediri. Kajian Filologis Sebuah Naskah
Jawa Pertengahan . Leiden, Netherland.

Anda mungkin juga menyukai