Anda di halaman 1dari 113

senja dan sajak

Kumpulan Puisi Para Pemenang


Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional
Genta Official dan Lintang Indonesia Tahun 2019

YAYASAN TASIK ZONA BAROKAH


senja dan sajak
Kumpulan Puisi Para Pemenang
Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional
Genta Official dan Lintang Indonesia Tahun 2019

Penulis:
Rozikoh, S.Pd.T

ISBN:
978-623-7298-22-9

E-ISBN:
978-623-7298-23-6

Desain Sampul dan Tata Letak:


Lintang Profesional Desain
Instagram: lintangprodesign
E-mail: lintang.or.id@gmail.com

Diterbitkan oleh:
Yayasan Tasik Zona Barokah
E-mail: tasikzonabarokah@gmail.com

Redaksi:
Markas Pusat Lintang, Serangsari No.54, Nagarasari,
Cipedes,Tasikmalaya 46132.

Hak cipta dilindungi Undang-undang


Dilarang memperbanyak, mengutip sebagian atau seluruh isi buku
ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Kata Pengantar
Oleh: Suherman Komara,S.Pd

Hanya kepada Allah swt, puji serta syukur ini kami tabur, karena
atas berkah-Nya,buku Antologi Puisi “Senja dan Sajak” ini dapat
kami selesaikan.

Senja tercipta kala sang bagaskara meninggalkan cakrawala,


menyisakan semburat syafak di ufuk barat, memendarkan untaian
rona jingga yang menggelorakan atma, menafsirkan berjuta
makna, walau hadirnya cuma sesaat, namun banyak yang menanti
dan memberi arti,bahwa di balik sinarnya yang redup bahkan
cenderung gulita, senja mengajarkan kepada kita bahwa tak
selamanya indah itu tercipta dari terang benderang dan gemerlap
cahaya yang menyilaukan, namun ternyata dari senja kita menjadi
mengerti akan indahnya kegelapan yang perlahan meninggalkan
terang.

Senja juga melahirkan rasa rindu dan cinta, yang memancar dari
pandangan aksa, yang jauh berkelana, menapaki relung hati,
membangkit berjuta kenangan yang mendalam, dalam tatap
pesona sang senja. Senja mengajarkan kepada kita, bagaimana
cara berpamitan dengan indah dan mempesona, meninggalkan
kesan mendalam dan menyisakan kenangan yang mempesonakan.
Semua tentang senja, kini kurangkai dalam aksara sajak, berharap
senja dan sajak menyimpan keabadian, mematri semua impian
dan kenangan.

iii
Daftar Isi
Kata Pengantar iii
Daftar Isi iv
Adik Sukmawati | Pangeranku 1
Afiyatus Salamah | Benteng Iman 2
Agnes Julianti Halim | Ijinkan Aku untuk Bercerita 3
Ahmad Saefullah | Nenek Tiri dan Menantu 4
Akhmad Asy'ari | Terlalu Berat 5
Aldina Hasti Putri | Berternak 6
Almas Virous Salsabilah | Candala 7
Alto Refa Chandra | Senja Indah Bersama Dia 8
Andi | Di Rupamu 9
Andika Fedro Nurmansyah | Lembayung Kurawa 10
Annisa Milati Azka | Maaf 11
Annisa Wardatun Firdaus | Cinta 12
Annisya Fitri | Anyaman Luka 13
Apriansyah | Replika Rindu 14
Arsa Auwalina | Teramat Segalanya 15
Arum Asyani | Siti 16
Asanayla Salsabyla | Semenanjung Perbatasan Pengabdi 17
Asmarawati Dian Ningrum | Empedu Cinta Syair Pujangga 18
Asterela Yolanda | Hujan Bisa Turun Tanpa Alasan 19
Aulia Nurrohmah | Wanita di kaca Senja 20
Azka Niyanur Adnan | Buruh Istana dan Renggananya 21
Cika Suryani | Sujud Terakhir 22
Cindyva Thalia Mustika | Sajak Gadis Kecil 23
Dadang Surya Atmaja | Bunga Tidur 24
Dede Rahma | Tanya Tanpa Tanda 25

iv
Defi Nor Izati | Takdir Kelam 26
Dewi Agustin | Keluarga Cinta 27
Dewi Sumidah | Suara Seram di Ufuk Selatan 28
Dhea Salsabila | Musnahkan Ilusi, Tanamlah Ambisi 29
Diah Novitasari | Siluet Nadir 30
Dias Yasmina Fajri | Bimbang 31
Dila Falentina | Tak Mengenalmu 32
Dinda Nur Hasanah | Jasa Para Pahlawan 33
Dinda Puspita Sari | Senjaku 34
Dini Nurhasanah | Monopoli Cahaya 35
Direity Lestari Utami | Dari suara 36
Dwi Puspanita | Je T’aime 37
Eftah Putri Hapsari | Pada Setiap Kata 38
Elfa Fidya Ningsih | Heximer Asmanya 39
Fadhilatun Nisa' | Akibat Berhati Batu, Saat Cinta Tak Kunjung Tiba 40
Fahmi Murad | Luka Senja 41
Fatma Khulashatul Karomah | Antara Matahari dan Bintang 42
Figo Fajar Aprian | Makan Kerupuk 43
Filman Arfan Wicaksono | Putus Asa Budakku 44
Gledys Oksecargra Heryadiani | Dari hati yang terluka dan kecewa 45
Gustin Meynindra Sasa Dilla | Dua Ribu Dua Ratus Dua Puluh 46
Heni Ratnasari | Antara Cinta Dan Ilusi 47
Hikmatul Ika Fajaryanti | Kepada Tuan dan Rindu 48
Ihsan Ardianto | Mengapa Harus Pergi 49
Ikhsanudin | Diastávrosi 50
Ima Dame Theresia Manalu | Elegi Kenangan 51
Indah Mutiara Tri Lestari | Masih kuingat dengan jelas 52
Indra Matitaputty | The City Of Music 53
Irna Vianti | Khilaf Tak Berujung 54
Juni Priani | Rintih Rindu 55

v
Juni Sari | Princess Akhir Zaman 56
Khairatul Annisa | Teruntuk Sang Arjuna 57
Khofiyono | Rawah Air Mata 58
Khoiruddin | Marina Menari Di Menara 59
Kristiawati, S.Pdi | Munajat Cinta Rembulan 60
Kristina Mariapul Nursita Sirait, S.Pd | Setelah Badai 61
Lely Eggei Ganisa | Rinduku 62
Leni Maryasih | Detik Perubahan 63
Lucky Trihadi | Pangeran Kodok 64
Maretno Sibarani | Si Cengeng Mak Bod 65
Marisa Anggraini | Kelak 66
Marleisa Papuara | Bulan Meranum, Madu Di Pipi Kirimu 67
Muhammad Rukhan Asrori | Menanti Kabar dari Ufuk Barat 68
Nabila Armidianti Nasywa | Mentari 69
Nivos Krisman Waruwu | Purnama Meranting Rindu 70
Nur Anis Fusana | Sebuah Awal 71
Nurhayati | Kutemukan Senja di Alexandria 72
Revie Novita Sari | Euforia Berbalut Kata 73
Reza Rosiana Gustiranny | Aku Bukan Cinta Sejatimu 74
Rismar Wahyu | Malaikat Tak Bersayap 75
Rita Yanti Rumbu | Detakan Nafas 76
Rozikoh, S.Pd.T | Tegar 77
Rozikoh, S.Pd.T | Sajak Daun Gugur 78
Rozikoh, S.Pd.T | RIP Kita 79
Rozikoh, S.Pd.T | Bimbang 80
Rozikoh, S.Pd.T | Doa 81
Safrida Irawati | Merindu 82
Sanca Bertly Mada | Kenyamanan Hati 83
Saniah Rahayu | Harmonisasi 84
Silvia Angelika Cahyadi | Engkaulah Yang Tersayang 85

vi
Silvina Adelia | Berpaling 87
Sindi Nurmaidah | Setulus Cinta Ibu 88
Siti Sunarsih Ef Fendy | Tempat Pelarian 89
Siti Ulpa Adawiyah | Hanya Ada Aku 90
Sonang Martua Ambarita | Melodi Kematian 91
Sri Ayuwandira | Sajadah Cinta 92
Suherman Komara,S.Pd | Kepingan Hati 93
Surya Darma, S.Pd.I | Gundah Kurasa 94
Talitha Utami | Bebas Kebablasan 95
Tantri Setiawati | Batas 96
Ufriza Maghbullah Noveriyanti | Bersama Hujan 97
Ulfa Almuhith | Derita Si Kecil 98
Viga Sagitarisma | Rintihan Rindu 99
Wahyuni Firma Aulia | Berpunggung Malang 100
Yozola Fitriani | Ghibah dan Hoax 101
Zannuba Shofiyanah | Suara Kicauan Burung Di Malam Hari 102
Zull Shakespeare | Sebuah Kenang untuk Hatimu yang Lupa 103

vii
senja dan sajak
Kumpulan Puisi Para Pemenang
Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional
Genta Official dan Lintang Indonesia Tahun 2019
Pangeranku
Karya: Adik Sukmawati

Bagiku
Kau adalah hal yang paling terindah
Yang diciptakan oleh Tuhan
Syukurku panjatkan kepada-Nya karenamu
Adamu hanya untukku
Saling melengkapi
Mengisi kekurangan ini
Mensyukuri apa yang ada
Senangmu kebahagiaanku
Sedihmu menyayat hatiku
Tawa renyahmu hal spesial bagiku
Murungmu tangis untukku
Tetaplah terjaga semua itu
Temani aku
Hingga akhir hayatku
Terima kasih pangeranku

Tentang Penulis
Adik Sukmawati, ia lahir pada tanggal 22 Desember 2003. Gadis yang
sering disapa Sukma itu tinggal di Ngawi Jawa Timur. Saat ini statusnya
sebagai siswi kelas 12 jurusa IPA di SMAN 1 Ngrambe. Ia menyukai
pelajaran matematika namun hobinya adalah menulis. Entah itu menulis
puisi, quotes maupun cerpen. Baginya menulis adalah hal yang
menyenangkan.

1
Benteng Iman
Karya: Afiyatus Salamah

Runcing kuku di ujung jari


Terlintas dosa yang amat keji
Berulang kali, lalu menyadari
Sejenak terdiam kepalsuan itu mengikuti

Memanggut, menepi, mendekap jadi saksi


Mengaku suci daksa yang ternodai
Benteng iman dianggap prasasti
Tegap kuat kokoh berdiri

Berlindung di balik aksama Illahi


Mengungkapkan ajun agar terbenahi
Namun atma rapuh tanpa asupan manusiawi
Lalu terhanyut seluruh menggerogoti

Yaa Illahi Rabbi...


Berlumuran nafsu diri ini
Merangkul iman menguatkan dalam hati
Segala astu agar terjaga dari kesesatan duniawi

Sabtu, 13 Juli 2019

Tentang Penulis
Afiyatus Salama, Beralamat di Ketapang, Pagerkasih RT/RW 05/01,
Kec. Bumijawa, Kab. Tegal, 52466. Dapat dihubungi melalui:
E-mail : nurrizkaalvi09@gmail.com
Instagram : afiyatus_salamah09
Facebook : Alvi Nurrizka

2
Ijinkan Aku Untuk Bercerita
Karya: Agnes Julianti Halim

Jiwa manusia membuat aku jatuh pada sebuah penerimaan


Berjuang untuk menerjang setiap liku rintangan dan godaan
Bagaimana bangkit dari hidup yang penuh kekalutan
Bagaimana merancang setiap rumitnya masa depan

Di kala logika menyuruh untuk pergi ke tempat yang sunyi


Namun hati tak ingin terus menggeliat di tempat yang sepi
Lalu kucoba melayangkan pandang pada siapapun yang
kutemui
Untuk membuat mereka tahu jika aku benci menyendiri

Pada mereka yang hanya singgah dan hanya sekedar tahu


Aku bercerita tentang bagaimana pahitnya masa lalu
Di mana saat orang – orang berlalu lalang di hadapanku
Namun sedikit pun teguran tak bisa menyapa aku

Kian lama kita tak lagi saling memberikan ruang


Sekarang yang ada hanyalah pintu yang terpalang
Dan kita sudah lupa bagaimana rasanya saling bertatapan
Walaupun kita tahu hitam dan putih tak dapat dipisahkan
Tentang Penulis
Agnes Julianti Halim. Kelahiran Ungaran, 21 Juli 1990. Bekerja
sebagai Guru Seni Musik. Mulai menyukai membaca dan menulis
dimulai sewaktu duduk di bangku SMA. Dapat dihubungi melalui:
Instagram : @ag.jh90
Facebook : Agnes Julianti Halim
No.HP/WhatsApp : 085716145403

3
Nenek Tiri dan Menantu
Karya: Ahmad Saefullah

Ketika menantu memasuki gubuk kecil Nenek


Dia melihat bola mata yang begitu tajam bagaikan jarum
Dan ketika mendengar akan istirahat sejenak
Nenek naik darah seakan bumi terguncang

Menantu yang begitu malang


Setiap jam, setiap menit, bahkan detik
Nenek terus menekan dengan sindiran

Apa salah menantu yang malang?


Mengapa dia harus menerima penderitaan ini?
Begitu jahat Nenek yang hanya pengganti yang dulu

Dan tiba saatnya


Sang Maha Kuasa memanggilnya
Nenek pun terbaring pucat tak bisa apa-apa
Dan menantu mendoakan yang tebaik setiap saat

Tentang Penulis
Ahmad Saefullah, saya lahir di Jakarta tanggal 27 Agustus 1997. Saya
tinggal di Desa Hutapadang Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru
Kota Padangsidimpuan. Hobi saya membaca, menulis dan bersepeda.
Saya lagi menyelesaikan kuliah S1 saya di Institut Agama Islam Negeri
Padangsidimpuan Jurusan Ekonomi Syariah. Saya mempunyai cita-cita
sebagai Dosen. Hidup ini jangan dibuat susah. Jalani dan jalan terus
dengan mengikuti alurnya sendiri.

4
Terlalu Berat
Karya : Akhmad Asy'ari

Terlalu berat untukku, memendam lagu terbaru


Jemari peluhku terbakar selepas rayu
Menggoda dawai, memanjang jajaran perdu
Sisik bisik Pantai Badur, berpola sungguh

Tanah-tanah mengukur mengukir kabur


Angin mengabar hambar berlembar-lembar
Pepohonan ketakutan memagut kalut
Bebatuan bersatu menyepuh kusut

Lihatlah, ruang bercengkerama lenyaplah sudah


Terperas bergelas pedas nestapa
Memang, sesaat teramat nikmat berlipat ganda
Dandani wajahnya berdupa pucat sekarat

Terlalu berat untukku, menganyam buih tatih


Sebentar datang dan pergi jajaki perih
Seperti raung merdeka di negeri penjajah
Berkalung sorban darah di mana-mana.
Batuputih, 9 Juli 2019
Tentang Penulis
Akhmad Asy'ari, Lahir di Sumenep, 28 Desember 1979, Alumni PP.
Annuqayah Daerah Lubangsa, Guluk-Guluk Sumenep Madura (1996-
2007) Penyuka literasi, tinggal di Jl. Toghur Billah, Madaris Darul
Ulum, Dusun Pondok Laok RT. 02 / RW. 04 Desa Batuputih Kenek,
Kec. Batuputih Kab. Sumenep Madura 69453. HP/WA 08175249599.

5
Berternak
Karya: Aldina Hasti Putri

Lempar dadu itu sebaik mungkin


Terus tergerus kekalahan
Malu dilihat tetangga
Gelagat mirip anak kecil
Fasih berpidato kekayaan

Ah sudah banyak emas yang hilang


Tergadai di atas papan permainan
Lihat negara ini
Memberi banyak suplemen peninggi gedung
Mencekik pasokan pupuk
Mengoleksi banyak hutang

Masyarakat berternak kemiskinan


Pejabat berternak emas
Apa semua negara berkembang bernasib sama?
Negriku selamat berternak

Tentang Penulis
Aldina Hasti Putri, mahasiswi disalah satu perguruan tinggi. Tumbuh
pada hiruk Kota Gresik, menyukai dunia literasi untuk mengabadikan
hidupnya, untuk mengenalnya lebih lanjut melalui
aldinaputri481@gmail.com

6
Candala
Karya: Almas Virous Salsabilah

Labirin Suryakanta
Patahkan hati, goresan luka
Semacam tak terinjak
Tak terjamah, tak menjejak

Tuan … bagimu aku Candala


Rasaku kau cecap hina
Katamu melumatkan luka
Sebilas pisau menjadi nista

Aku terpuruk, kau hujat remuk


Aku terdiam, kau hina kelam
Aku terseok lumpuh, kau acuhkan serapah
Aku mati rasa, kau bertepuk bahagia

Tuan … aku Padmarini yang kau buang


Bersama belati yang kau tancapkan
Tak berdarah, namun terluka rentang
Semacam bahtera tak bermuara

Madiun, 05 Juli 2019

Tentang Penulis
Almas Virous Salsabilah dengan nama pena Alsabilah ini lahir di
Madiun, 12 Oktober 2000. Gadis penyuka kata-kata, cerita pendek,
novel, modeling, dan berimajinasi ini memiliki Hobi yang cukup
banyak, salah satunya adalah menulis. “Jangan mengeluh untuk hal-hal
yang jenuh.” Instagram@alsabilah_12 Email: anilabirta@gmail.com

7
Senja Indah Bersama Dia
Karya: Alto Refa Chandra

Ketika Sore telah tiba


Aku duduk di depan rumah tua
Duduk berdua, hanya bersama dia
Dia wanita yang begitu anggun nan mempesona

Kami berdua larut menunggu senja


Senja yang merah merona
Kami berdua sangat suka melihat senja
Karena senja selalu membawa cerita

Namun senja sering membuat kami kecewa


Karena senja tak mampu bertahan lama
Senja selalu hilang di depan mata
Saat gelap sudah mulai tiba

Saat senja menemani kita berdua


Aku selalu mencoba mengungkapkan kata
Kata tentang cinta kepada dia
Dia menjadi merasa wanita paling istimewa

Tentang Penulis
Alto Refa Chandra. Saya bertempat tinggal di Kabupaten Kediri. Lebih
tepatnya RT 02 RW 02 Dusun Sitimerto, Desa Sitimerto, Kecamatan
Pagu, Kabupaten Kediri. Saat ini saya menjadi Mahasiswa Universitas
Brawijaya angkatan 2016. Nomor kontak aktif saya yang dapat di
hubungi, nomor handphone: 081514240590.

8
Di Rupamu
Karya: Andi

Aku tersingkap oleh lentik sabdamu yang tenang


Menyusuri setapak kenang
Di persimpangan malam
Kau mengalun di ceruk mataku dalam-dalam
Menyempurnakan sirna
Bertudung sutra senja
Semerbak harsa

Kau adiwarna
Begitu afsun dan sani
Meluruhkan senja tanpa arumi
Bersandar pada tari warna payoda
Menyusut dalam kalbu
Menyisakan sendu
Aksamu berdebu
Berambu malu dan kelu
Hujan tak juga kusambut rayu: di rupamu.

Sumber Gempol, 18 Juli 2019

Tentang Penulis
Andi, lahir di Indramayu, 01 Juli 1999. Saat ini sedang menempuh
pendidikan S1 di IAIN Tulungagung. Punya hobi musik, membaca dan
menulis. No.Tlp/WA: 083824802431, Email: Andiafwan14@gmail.com
Instagram: @idna_nawfa

9
Lembayung Kurawa
Karya: Andika Fedro Nurmansyah

Resing deru yang merentas akan birawa lintar


Pada segenap mandala terah yang terdiam akan rumbawa
Layaknya Putri Kirana yang terbungkam akan pandawa
Dari sudut khatulistiwa yang berbeda

Cakra Kumbala yang tak lagi mampu tuk menapak jejak


Meresik beranjak pergi pada mahkota dewa
Yang seakan enggan tuk melepasnya
Pada kuala tumpuh yang tertanam mati dinadinya

Penarik serpih pada belanga angin yang berderu


Tak terakit bagai umpama perahu kecil sebujur bambu
Yang terguna untuk menjauh
Pergi dan meninggalkan sebuah cerita di masa lalu

Kata di kala itu


Yang tak lagi mampu tuk terurai secercah makna yang
tertunai
Pada janji sebuah nyata
Yang berujung luka teramat dalam
Tanjungpinang, 11 Juli 2019

Tentang Penulis
Andika Fedro Nurmansyah. Asal Dabo Singkep Provinsi Kepulauan
Riau. Ia kelahiran 21 Maret 1999. Ia seorang Mahasiswa Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi (STIE) Pembangunan Tanjungpinang. Dan ia juga
seorang musisi muda yang berbakat dalam menciptakan lagu cinta
untuknya bergenrekan Pop Music. Alamat E-mail:
Andikafedronurmansyah@gmail.com & Akun Instagramnya:
@Andhika_Dirga F.N86.

10
Maaf
Karya: Annisa Milati Azka

Maaf,
Sepatah kata, namun menyiratkan rasa
Rasa sesal yang dalam
Rasa bersalah yang semakin besar
Maaf,
Andai waktu bisa kuputar
Aku hanya ingin mengingat kebaikanmu
Dan melupakan keburukanmu
Maaf,
Apa kita bisa kembali seperti dulu?
Hanya ada canda dan tawa antara kita
Bukannya malah seperti orang asing
Maaf,
Karena aku rindu kebersamaan kita
Dan maaf,
Karena aku merindukanmu, teman

Sukabumi, 31 Juli 2019

Tentang Penulis
Annisa Milati Azka. Saya lahir di Sukabumi, tepatnya tanggal 14
Januari 2001. Alamat saya, Kp.Tegallega Rt.28/05, Des.Tegallega,
Kec.Lengkong, Kab.Sukabumi, Jawa Barat. Jika ada kritik atau saran
yang ingin disampaikan, bisa hubungi saya melalui:
Facebook: Annisa Milati Azka, gmail: Annisamilatiazka01@gmail.com,
IG: Annisamilatiazka01.

11
Cinta
Karya: Annisa Wardatun Firdaus

Cinta kau menjadi perpaduan,


Antara hati dan perasaan
Yang artinya sangat bermakna,
Yaitu untuk saling menyatukan

Cinta akan selalu indah,


Karena dia ada dan nyata
Tanpa adanya cinta,
Kedamaian takkan pernah ada

Tentang Penulis
Annisa Wardatun Firdaus, kelahiran Jember,3 Agustus 2005. Tinggal
di Semboro Kidul, Jember, Jawa Timur.
Dapat dihubungi melalui:
Instagram: annisafirdaus993375
Email: annisafirdaus212@gmail.com
WhatsApp : 082313584234

12
Anyaman Luka
Karya: Aysinna Irtif

Rindu tatkala menyapa


Menggali luka-luka yang tertimbun derita
Rindu tatkala menyiksa
Menganyam luka menjadi duka

Puing-puing masa lalu menyeruak


Bak puzzle meminta disatukan
Kenangan kepedihan terkoyak
Mengembun di atas daun kesakitan

Daku anyam luka yang engkau beri


Sebagai saksi bisu pengkhianatan
Daku simpan luka yang engkau titipkan
Menjadi bukti daku pernah tersakiti

Tak perlu engkau datang kembali


Membawa pergi sakit yang engkau hadiahi
Diri ini tak perlu dikasihani
Anyaman luka sebagai pijakanku berdiri
Bukittinggi, 8 Juli 2019
Tentang Penulis
Aysinna Irtif, nama pena dari seorang gadis bernama Annisya Fitri.
Lahir dan dibesarkan di Bukitinggi, sekarang berstatus mahasiswi di
Universitas Andalas. Hobi menulis puisi dan novel, sehingga
menjadikannya sebagai suatu kewajiban. Bisa dihubungi melalui
Instagram @annisya.fitri dan @aysinnaaf.

13
Replika Rindu
Karya: Apriansyah

Pagi itu, Ibu berjalan memikul ingatan;


Rumput liar, desau angin atau daun-daun, khusyuk menamai satu
persatu air matanya dengan rindu.
Doa-doanya menusuk langit; memintaku pulang, menziari wajah
bapak yang disesaki dendam; pada lolong anjing di simpang
gang, yang pernah merobek-robek matanya, telinganya, seisi
dadanya.
Jalan setapak menuju rumah, membangun replika masa kanak-
kanak
Mataku sunyi, melubangi kubang terdalam sebuah puisi
Ibu memotong perca-perca waktu, lalu melambaikan tangan pada
pertemuan singkat di pelabuhan
Masih kuingat bagaimana engkau merimbunkan segala rindu pada
laut; kemudian engkau ceritakan sekubik asa yang dipecah
ombak, jari-jarimu ditumbuhi gambar sofa dan marwah;
lambungmu di sesaki selembar kain ihram; ‟‟ besok kita
berangkat, Nak. Celengan ayam ibu sudah sesak.‟‟ Katamu
berbisik di telinga kanan.
Di muka jendela, kau tatap punggungku yang tengah melangkah
gembira; mempuisikan dengan mesra doa-doa yang kaulangitkan
setiap hari. Di sini, di puisi yang tak lagi sunyi.

Pagar Alam, 12 Agustus 2019

Tentang Penulis
Apriansyah Sang Puisi, adalah nama pena dari Apriansyah,S.Pd
penulis kelahiran sidorejo 24 November 1990 ini kesehariaannya
adalah guru matematika di MTs GUPPI PagarAlam, gemar
membaca puisi, menulis puisi. Penulis dapat dihubungi di FB
Apriansyah Sang Puisi atau IG @ApriansyahSangPuisi.

14
Teramat Segalanya
Karya: Arsa Auwalina

Di saat kelak bilangan bayaku nyaris usai,


Aku akan bercermin pada wajahmu
Untuk terakhir kali.

Menatap utuh netraku pada netramu:


Membesuk ulang terik kemarau
Serta hujan lebat di dalamnya
Menjelma iklim yang berhasil menciptakan kita.

Kepada sosok selain dirimu


Aku berbisik sepenggal pernyataan,
“Aku akan bercermin pada netramu
Yang mengarsipkan bayanganku teramat segalanya”.

Ngawi, 06 Juli 2019


Puisi ini didedikasikan kepada:
Bapak Susilo Bambang Yudhoyono
Untuk: Ibu Almh. Ani Yudhoyono.
Tentang Penulis
Arsa Auwalina, seorang pelajar yang lahir di Jeddah, Saudi Arabia
pada 26 Oktober 2003. Menyukai dunia sastra sejak duduk di bangku
kelas VIII. Ia tergabung di komunitas online Rumah Membaca
Indonesia.
Kontak komunikasi:
Nomor whatsapp : +6281391546082
Email : arsapuspita@gmail.com

15
Siti
Karya: Arum Asyani

Sata terduduk di tengah lamunannya -Siti-


Kudamba-damba sang puan
Lemah gemulai nan menawan
Ulas bersih birai pipih surai terurai
Peris cantik merias gerik
Sekar megar dirumung kumbang

-Siti-
Sekian lama aku menanti
Tak satupun jawaban kau beri
Adakah hatimu telah tersinggahi
Ataukah aku yang tak berarti?

-Siti-
Aku mendambakanmu
Kuingin menua bersamamu
Meminang batin menjadi satu
Hanya bersamamu -Kekasih hatiku-

Tentang Penulis
Arum Asyani. Lahir di Wonosobo, 21 Desember 1998. Seorang
Mahasiswi PGMI UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. IG:@arumasyani,
Wa:0895387324289, Email: arumasyani@gmail.com

16
Semenanjung Perbatasan Pengabdi
Karya: „Asanayla Salsabyla

Seru suara adzan berkumandang


Sang surya menyinsing menata ilusi
Belaian manja air wudhu mengusap lelah
Getir pahit hinggap di negeri orang
Bisikan adam membesit rungu
Dara takkan salah menemui sang kasih
Tepisan keras mengguncang semesta
Belenggu mengusap debar sukma
Tiada kata jatuh cinta dalam taruna
Netra berkhianat pada raga
Mengerjap menatap petarung
Butiran bening berselancar riang
Sungguh tak adil
Panca Prasetya kian mencekikku
Mengiris sebait kisah dalam kalimat
Sang kasih setia menanti dalam barisan taruna.

Tentang Penulis
‘Asanayla Salsabyla. Lahir di Bojonegoro, 11 Agustus 2003. Saat ini
mengenyam pendidikan di SMA Negeri 2 Sangatta Utara. Kelas 12 IPA
1 Brawijaya. Alamat sementara asrama SMA Negeri 2 Sangatta Utara
dan alamat aslinya di PBR, Kecamatan Bengalon, Kabupaten Kutai
Timur, Provinsi Kalimantan Timur.

17
Empedu Cinta Syair pujangga
Karya: Asmarawati Dian Ningrum

Di saat cinta menganga menggetarkan jiwa


Pemuda tangkas datang dengan hasrat janji-janji setia
Mengadu kidung semerbak aroma cinta
Mewarisi syair sang pujangga

Dengan meramal nujum sang pemuda berkata


"Aku melihat bintang yang kuramal di kelopak mata"
Namun, Aku hanya tertawa sebab percaya akan rayuan dan
canda tawa
Tak kusangka tiruan Dilan berada di kelopak mata

Aku menelusuri bait-bait cinta menggugah jiwa


Tak kusangka memoar bait terkait milik kasih semata
Paradoks cinta terbagi dalam berantai syair sekeping jiwa
Seharusnya aku tidak termakan janji pengarang cinta

Inilah musabab hati terluka


Dalam muskil balutan hati kembali sempurna
Tidak akan kumakan kiasan empedu serangkai kata cinta
Karena belum tentu kata sejalan dengan hati semata

Tentang Penulis
Asmarawati Dian Ningrum, lahir pada 28 Februari 1999 di Tegal,
Jawa Tengah. Menjadi bagian dari generasi ke-2 santri Pondok
Pesantren Ahmad Dahlan angkatan alumni (2017), mengenal dunia tulis
menulis sejak duduk di bangku Tsanawiyah kelas 2. Penulis bisa
dihubungi melalui email: pnjsetiadi@gmail.com, WA: 083130024549

18
Hujan Bisa Turun Tanpa Alasan
Karya: Asterela Yolanda

Malam itu mendung kelabu menyelimuti bumantara


Diiringi rintikan air hujan yang perlahan membasahi buana
Anila malam yang dingin, waktu itu juga ikut serta
Memberikan kesan haru juga sedih yang tak pernah
kusangka

Aku pun mulai berjalan melangkah dengan ragu


Mulai terasa tetes air hujan mengguyuri tubuhku
Seakan-akan semesta tahu duniaku hari ini sangat pilu
Ia menghadirkan sahabat, dengan ribuan tetes yang
membasahiku

Bersama hujan yang hadir dari langit malam itu


Hujanku juga turun tanpa beralasan sedikit pun padaku
Hujan itu menarik atmaku untuk jujur pada alam
Bahwa hatiku sedang hancur dan butuh pengakuan yang
dalam

Hujan bisa turun tanpa menghadirkan alasan terlebih dahulu


Seperti orang bisu yang memaksa bicara, namun tak mampu
Bahagia juga tak akan sirna, tanpa ada hati yang dibelenggu
Tapi aku tak akan, bahkan tak akan pernah sirna walau luka
selalu menimpaku
Dabo singkep, 28 Juni 2019
Tentang Penulis
Asterela yolanda seorang gadis kelahiran Dabo singkep, Kepulauan
Riau pada tanggal 05 Agustus 2004. Adalah seorang pelajar yang masih
duduk di bangku SMA. Ia adalah seorang umat beragama Budha.
Baginya menulis adalah sebuah hobi dan bisa dikatakan sebagai tujuan
dan kebiasaan. Menulis adalah sebagian dari hidupnya.

19
Wanita di kaca Senja
Karya: Aulia Nurrohmah

Tatkala semburat jingga telah nampak dinetra


Menyilaukan setiap pasang mata yang mendambakannya
Duduklah pada serambi tua sembari memandang kaca
Seorang wanita penunggu senja
Pada lamunan dalam kaca senja, padangan matanya sayu
Jiwa terkulai lemah tak lagi berseteru dengan waktu
Jari-jarinya merabah menjalar pada kelopak mata
Menggeluti lipatan kulit keriput sisa-sisa muda
Yang membuat jiwa hitamnya terbangun pada tidur
panjangnya
Meronta pada nasib yang tak lagi bahagia
Namun kini telah tiba saatnya, Sang senja hadir dalam
hidupnya
Menutup pintu wanita penunggu senja
Membuatnya harus menepi dari kehidupan yang ada
Dan pergi menunggangi kereta kencana
Yang telah disiapkan sang senja
Guna meninggalkan kehidupan yang fana

Tentang Penulis
Aulia Nurrohmah namanya. Ia kerap dipanggil Lia. Kecintaannya
dengan dunia tulis menulis sejak ia kelas 9 SMP, namun kini ia telah
duduk di kelas 1 SMA. Ia lahir dan besar di Kota Surakarta pada 13
April 2003. Sekarang ia tinggal di Jalan Aru no.13 Kepatihan wetan,
Solo.

20
Buruh Istana dan Renggananya
Karya: Azka Niyanur Adnan

Kau tahu, Renggana?


Kuciptakan kau bukan tanpa maksud
Kau bisa seindah ini karena sesuatu yang kusebut cinta kau
tahu
Kau pasti berpikir ini cerita cinta biasa
Awalnya aku juga begitu
Buruh istana yang mengharapkan cintanya permaisuri
Tapi kau tahu apa, Renggana?
Biarkanlah permaisuriku itu meninggalkanku, Renggana
Yang penting kau jangan
Kau dan rasaku padanya
Temanilah aku di sini
Karena besok algojo-algojo itu akan menjemputku

Tentang Penulis
Wanita kelahiran Lintau, Sumatera Barat ini bernama Azka Niyanur
Adnan. Tetapi, kota tempat ia tumbuh dan besar adalah Batam, Yap,
kini dia tinggal di Batam. Hobinya adalah tidur dan mengkhayal.
Menurutnya, karena hobi-hobinya itu, dia merasa mampu mengubah
kata-kata biasa menjadi sedikit lebih indah. Sekarang, dia adalah salah
satu mahasiswi semester 3 Universitas Negeri Padang. Oh iya, kalau ada
apa-apa langsung aja kontak gadis ini lewat emailnya:
aazkaniyanur@gmail.com.

21
Sujud Terakhir
Karya : Cika Suryani

Terlalu jauh aku pergi tinggalkan Sang Kekasih


Terlena oleh gemerlapnya dunia yang buatku buta
Hingga terkadang yang salah pun kuanggap benar
Dan yang benar aku tinggalkan seolah acuh

Panggung sandiwara ini begitu hebat mengubahku


Ciptakan lakon yang selalu haus pujian sanjungan
Menjadikanku orang yang tinggi penuh keangkuhan
Lupa diri, padahal aku hanyalah terbentuk dari tanah

Sebenarnya apa yang aku cari ?


Terlalu sibuk aku mencari penilaian manusia
Aku hilang arah, lupa tempatku berpulang
Lupa akan tujuan awalku diciptakan oleh-Nya

Aku rindu sujudku di sepertiga malam


Penuh keheningan, curahkan rasa pada pemilik hati
Begitu lama jiwa ini asing, lupa kapan sujud terakhirku
Mungkinkah sujudku kali ini menjadi sujud terakhirku ?
Bandung, 02 Agustus 2019
Tentang Penulis
Cika Suryani. Kelahiran Bandung, 24 Oktober 1996. Baru
menyelesaikan pendidikan S1 di Universitas Bale Bandung (UNIBBA)
program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian. Penikmat karya sastra
dan mempunyai hobi menulis. Email : chikasuryani89@gmail.com, IG :
@chikasuryanii dan WA : 089661289748.

22
Sajak Gadis Kecil
Karya : Cindyva Thalia Mustika

Di bawah rahim langit berjuta bintang


Kupersembahkan sajak ini teruntuk abi di pembaringan
sunyi
Diiringi rembulan yang tak henti berdzikir penuh harmoni
Harap hati terdengar sampai haribaan Illahi

Abi, aku gadismu yang bersaksi di hadapan semesta


Murni mewarisi nuranimu yang bebas tertata
Bukanlah gadis yang diperbudak air mata
Dan tak pula membuka ladang neraka

Abi, aku gadismu yang bersaksi dihadapan semesta


Ikatan ini bukanlah fana melainkan hakikat realita
Tak pula rumit seperti kumpulan aksara
Kasihmu ada sebelum Tuhan menghendakiku ada

Abi, aku gadismu yang dihajar rindu


Namun tak perlu khawatir dan penuh prihatin
Tak perlu murung dan resah melulu
Senantiasa damailah di surga-Nya

Tentang Penulis
Cindyva Thalia Mustika lahir 22 tahun yang lalu tepat tanggal 12
September 1996 di Banjarmasin. Saya gadis berkepribadian melankolis
yang nekat bercita-cita menjadi penulis buku puisi & ahli hukum. Saat
ini sedang menempuh pendidikan di Magister Hukum UNLAM.

23
Bunga Tidur
Karya: Dadang Surya Atmaja

Seseorang menyemai benih di taman


Berpapasan dengan mentari ia di jalan pulang
Mereka saling bertukar sapa
Mengingat kelak di Masyhar diharuskan
Duduk satu meja

Ketika tiba di relung malam


Ia dihampiri rembulan
Yang membawa pesan
“Tuhan memintamu segera tidur, dan nama-Nya
jangan sesekali luntur dalam tutur‟

Dalam tidur ditemuinya


Bunga tumbuh subur serupa mimpi
Yang tak dikenali
Sejumput hal yang ia pahami
Mungkin ini benih yang ditanam seseorang tadi pagi

Tentang Penulis
Dadang Surya Atmaja, merupakan mahasiswa Universitas Jambi dan
anggota FAM (Forum Aktif Menulis) Indonesia. Buku kumpulan
puisinya yang telah terbit berjudul “Sebelum Menjadi Aku” (Ellunar,
2018). Saat ini berdomisili di Desa Pematang Gajah, Kec. Jaluko, Kab.
Muaro Jambi. Dapat dihubungi melalui kontak Hp. 082285834917 dan
email: dadangsuryaatmaja27@gmail.com.

24
Tanya Tanpa Tanda
Karya: Dede Rahma

Apa
Bagaimana
Begitu kau tanya
Tanpa tanda

Orang lain berkata


Kau masih tak mau dengar juga
Tapi kau masih tanya
Tetap dengan tanpa tanda

Mengapa
Lalu
Kau masih mengulangnya
Dengan tanya yang sama

Acuh tak acuh kau mengulangnya


Kau mau orang lain mendengarnya
Ah! kau saja tak ambil peduli
Masih. Kau masih dengan tanyamu yang tanpa tanda

24 Maret 2019, di Masjid Nurul A‟la


Tentang Penulis
Dede Rahma biasa dipanggil Dera, lahir di Bogor, 27 Oktober 20 tahun
silam. Asli urang Bogor. Namun saat ini sedang menempuh studi di
Universitas Siliwangi Kota Tasikmalaya. Penyuka warna abu dan
pemburu kata dengan segepok mimpinya.

25
Takdir Kelam
Karya: Defi Nor Izati

Di sini, telah berdiri raga nan rapuh


Tak memahami secara harfiah apa itu utuh
Sebab telah tertimpa fondasi runtuh
Meratapi pertikaian laksana musuh

Aku panggil Tuan, Ayah


Aku panggil Puan, Ibu
Mengapa aku menerima goresan tak berdarah?
Mengapa masa hidupku hambar bagai tanpa bumbu?

Sang bumantara menghitam


Tiada kedudukan cerah pada lingkaran suram
Kalian sebut wajar bak hukum alam?
Mari, bertukar posisi bagaimana rasanya menelan duri
kelam

Binasa seluruh asa


Membunuh percaya, dikunci egoisnya sanubari
Jika Tuan dan Puan tidak suah menaruh rasa
Untuk apa melanjutkan ikrar perikatan suci?

Banjarmasin, 11 Agustus 2019

Tentang Penulis
Defi Nor Izati biasa dipanggil Defi. Lahir di Banjarmasin 10 Januari
2002 dan masih menetap di tanah kelahiran, Kalimantan Selatan. Umur
17 tahun. Menyukai bidang sastra dan seni. Pecinta kpop dan
menjadikannya salah satu motivasi. Gadis berkacamata yang dikenal
dengan nama pena Nyai_Kwon. Kerap dipanggil Nyai.

26
Keluarga Cinta
Karya: Dewi Agustin

Namaku adalah cinta


Yang setiap saat mengusik jiwa
Berharga seperti emas permata
Dan bernilai seluas bak samudra
Adikku bernama rindu
Yang selalu menggugah kalbu
Kadang membuat hati sendu
Berkibar dalam dada yang kelabu
Ayahku bernama sayang
Jika bertemu, dada berdegup kencang
Tak bertemu, wajahnya selalu terbayang
Suaranya seperti ayunan gendang
Ibuku bernama kasih
Cinta, rindu, dan sayangnya selalu bersih
Tak pernah berkata sedih
Karena dia membenci kata bersedih

Tentang Penulis
Gadis berumur 18 tahun ini bernama Dewi Agustin Panggil saja dengan
Dewi. Ia bercita – cita menjadi seorang penulis terkenal. Kalian dapat
menghubunginya melalui akun instagram @dewiagustin2001 atau Email
: dewiagstn2001@gmail.com

27
Suara Seram Di Ufuk Selatan
Karya: Dewi Sumidah

Lelaki paruh itu menggigil


Ia sehat, tapi gugur kemudian
Namun lembut hujan serasa menjahit kulit
Berteduh, namun suara itu terus menyebut
Di mana, ia menoleh kemudian takut sendiri
Ia di kejar hening
Lalu menyesal tak berkesudahan
Memohon pada Tuhan, kemudian memaki
Memutuskan pemberontakan siang
Lelaki paruh itu melemah jatuh
Terguling, kalah oleh pikirannya
Ufuk selatan semakin mendekat
Belum waktunya mati, umpatnya marah
Usianya masih 20 tahun
Di bawah senja, bersama angin ia menghilang begitu saja
Bahkan namanya pun tak sudi yang mau mengenang,
dilupakan

Tentang Penulis
Dewi Sumidah, lahir pada tanggal 7 April 1999 di Ngawi, Jawa Timur.
Mulai aktif menulis pada tahun 2015. Beberapa karyanya dapat di
temukan di media sosial dan beberapa majalah dengan nama pena Dewi
Sumidah.

28
Musnahkan Ilusi, Tanamlah Ambisi
Karya: Dhea Salsabila

Pada langit gelap gulita


Yang lelap disekap semesta
Batinku bertanya-tanya apakah iya
Aku bermimpi diajak kencan olehnya?
Ah, itu hanya sebuah mimpi
Yang belum tentu akan terjadi
Karena sampai saat ini
Masih belum memulai komunikasi
Dia nyata adanya
Namun, hanya tampak dalam mimpi
Karena pada realitanya
Ada jarak yang terbentang di antara kami
Ilusiku untuk bisa memiliki
Kini telah berubah menjadi sebuah ambisi
Berharap kami tak hanya menjadi sekedar cerita fiksi,
Melainkan menjadi pasangan hakiki yang diridhai Sang
Illahi.

Lhokseumawe, 9 Juli 2019


Tentang Penulis
Nama Dhea Salsabila. Biasa dipanggil Dhea. Lahir pada tanggal 16
Oktober tahun 2000. Tepatnya 18 tahun yang silam di Kota
Lhokseumawe, Aceh. Punya hobi membaca, menulis, dan menonton.
Bercita-cita menjadi seorang Guru. Saat ini baru saja menyelesaikan
sekolah menengah akhir di MAN Lhokseumawe. Jejak saya bisa dilihat
melalui akun instagram @dheasalsabila16

29
Siluet Nadir
Karya: Diah Novitasari

Harapku diam tercekat


Dalam stigma antah-berantah
Merenung dalam luasnya samudra hati
Entah bagaimana aku akan berlabuh

Singgah dalam mimpi nan semu


Terbujur lemah, bergelimang peluh
Tak sampai batin untuk mengeluh
Hanya denganmu jiwa mengadu

Menepis ego dalam makmurnya rasa


Saat bara lenyap dan menjadi abu
Tiada alasan untuk menggema rindu
Berdamai adalah pilihan yang nyata

Dengarlah jeritan laraku


Di sana, kau akan menemukan sukma
Dalam getir pahitnya kisah
Saat semua hilang dalam sekejap mata
Tentang Penulis
Assalamu‟alaikum semua, perkenalkan namaku Diah Novitasari. Saat
ini aku sedang menimba ilmu di salah satu perguruan tinggi daerah Solo.
Dapat dihubungi melalui:
WhatsApp: 081215736394
Email: diah36090@gmail.com.

30
Bimbang
Karya: Dias Yasmina Fajri

Denyut rindu dalam raga


Perlahan andam karam ditikam anca
Bersemayam di peluk semunya akara
Membancang pilu dalam rongga dada

Detik masa membilang dalam gamang


Rahsa akan kehilangan pun mencapai matrik duga
Mengusung rindu asing yang jeremba
Mengaliri laraku dengan lafal bersuka
Derita menganga pun terkesima
Menampar sesak yang kian merana

Malam di saban hari menghadapkan rasa pada pilihan


Perihal dua insan yang menetap di selang masa berbeda
Haruskah rinduku menunggu jarak mengajukan aksara temu
Lalu kembali pada retisalya
Atau menerima hangatnya gelitik tawa
Dan kembali pada asmaraloka?

Tentang Penulis
Dias Yasmina Fajri, seorang siswi dari sekolah menengah atas di
Banten. Dias, panggilan akrab siswa perempuan ini lahir di Pandeglang,
19 Januari 2004.

31
Tak Mengenalmu
Karya: Dila Falentina

Di mana tidak kutemukan dirimu yang kini.


Menjauh dan tak ada bayangan untuk kembali
Tertinggal secercah kenangan.
Dalam secarik kertas yang basah akan air mata
Yang kutuang dalam sebuah alunan musik sendu.
Yang kian menyayat kalbu
Sebuah kerinduan,
Yang akan lenyap dalam pelukan air hujan
Mengapa alam seakan tidak adil?
Menyiksa hidup ini dengan berbagai kegundahan hati
Bahagia yang hanya sekejap!
Tangisan yang terus menghujat!
Entahlah,
Dirinya pergi untuk mencari cinta sejati
Atau malah untuk menebar benci ?
Sebagian orang akan memilih untuk tetap menunggu
Dengan luka dan segenap rindu
Mungkin juga sebaliknya mereka akan pergi
Untuk melanjutkan hidupnya kembali.
Tentang Penulis
Dila falentina yang kerap disapa Endel ini lahir di Blitar 09 Mei 2001. Hobinya
mendengarkan musik, membaca dan juga menulis. Setiap apa yang dipikirkan
akan selalu dituangkan menjadi kata meski tak bisa menjadi seorang yang sangat
puitis namun setiap kata yang dirangkai akan mengandung makna yang dalam.
Instagram: dilafalentina
Line: dilafalen
Wattpad: dilafalentina

32
Jasa Para Pahlawan
Karya: Dinda Nur Hasanah

Tanah ini dahulu menjadi medan perang


Tanah yang dibanjiri genangan darah
Tanah yang menimbun jasad para pahlawan
Kini, menjadi saksi bisu sejarah kemerdekaan

Ingar bingar peperangan menusuk telinga


Ratusan peluru menghunjam raga tanpa jeda
Membuat penduduk hilir mudik mencari perlindungan
Sambil berair mata kala dirundung duka

Meraih kemerdekaan seperti ranum mimpi


Tetapi, ambisi para pahlawan takkan pernah surut
Kini, negeri ini telah merdeka
Menyisakan bahagia yang tak berjeda

Tentang Penulis
Dinda Nur Hasanah. Lahir di Subang, Jawa Barat, pada 15 Maret
2002. Saat ini menjadi siswi jurusan Mipa di SMA Negeri 1 Purwadadi.
Seorang siswi yang aktif mengikuti ekstrakurikuler Paskibra. Dan
bercita-cita ingin menjadi seorang Psikolog.

33
Senjaku
Karya: Dinda Puspita Sari

Langit kala itu begitu jingga


Hingga seolah memaksa perhatian setiap orang
Untuk ikut mengantar kepergian sang surya
Tenggelam di cakrawala

Namun senja saat itu


Tidak benar-benar mampu menarik perhatianku
Dari laki-laki yang tengah menunduk di kursinya
Tertidur dengan lelapnya

Laki-laki yang entah dengan cara apa


Mampu membuatku mengabaikan senjaku kala itu
Seseorang yang membuat hatiku menghangat seketika
Seolah aku tengah menatap langit senjaku di sana

Hening kemudian
Hingga suara degup jantungku bagaikan memantul ke
seluruh angkasa raya
Memberitahukan kepada seluruh alam semesta
Bahwa seorang gadis keturunan Hawa telah jatuh cinta

Tentang Penulis
Dinda Puspita Sari, lahir di Gisting Bawah, Tanggamus, Lampung,
pada 26 September 2000. Akrab disapa dengan nama panggilan Dimda.
Alumni SMAN 1 Pringsewu. ini sedang menjalani kuliah semester 3 di
Universitas Lampung program studi S1. Gadis melankolis pencinta
hujan yang memilih menuangkan perasaannya dalam suatu karya tulis.
Penulis favoritenya adalah Tere Liye. Dapat ditemukan dalam akun
social media instagram di @puspitadinda26.

34
Monopoli Cahaya
Karya: Dini Nurhasanah

Dalam guratan cahaya ia berdiri


Menarik rambatannya pergi ke ujung negeri
Mengumpulkan dan menjual cahaya berseri
Hanya untuk ia seorang diri

Sungguh hina perangainya


Merebut cahaya saudaranya
Menyeruput energi dari jerih payah dan doa
Berlagak mereka hanyalah debu di udara

Illahi tak mengajarkan itu wahai manusia


Tak ada guna memonopoli cahaya
Karena hakikat berlaku tuk semua
Berubah karena jeritan doa dan jerih payah usaha

Ah, aku lupa


Ucapan tak pernah menembus hatinya
Seolah ia sang pemeran utama
Aku lupa, ia hanya serigala berbulu angsa

Tasikmalaya, 19 Juli 2019


Tentang Penulis
Dini Nurhasanah, akrab disapa Teh Din. Lahir di Tasikmalaya pada
tahun 2000. Mahasiswi prodi PGSD di salah satu PTN di Kota
Tasikmalaya. Penggemar matematika yang terjun ke dunia sastra.

35
Dari suara
Karya: Direity Lestari Utami

Kala rentang masa pemilihan jabatan baru


Masing-masing pasangan calon berlomba menyuarakan janji
Sayup-sayup kebencian dan fitnah mulai ditebar
Suara pembuktian untuk merebut kata "pantas" menjadi
miliknya.

Lembaran kertas itulah yang menjadi saksi bisu


Mewakili suara pilihan manusia untuk pemimpinya
Masa depan sepenuhnya ada di tangan rakyat
Tapi si tikus tak pernah hilang cara untuk menyuap

Tapi ketika musim telah berganti


Sang suara terkumpul menjadi satu
Rakyat kini menemukan tambatan hati
Terbius kata "damai" sang penyair mimpi

Akankah janji itu ditepati?


Atau bohong belaka juga menanti?
Hanya Tuhanlah yang tahu jawabannya
Kita para hamba hanya bisa berdoa

Pare, 20 juli 2019

Tentang Penulis
Direity Lestari Utami, lahir pada 17 0ktober 1999 adalah seorang tutor
di salah satu lembaga di Kampung Inggris Pare dan Guru Les Bahasa
Inggris di SDN 02 Tulungrejo Pare.

36
Je T’aime
Karya: Dwi Puspanita

Bersama terbitnya sang surya di ufuk timur


Kuucapkan selamat pagi untuk dirimu
Yang tak pernah kembali menjemputku
Membuatku merasa sendiri di dunia ini

Sanubari hatiku selalu merindukan dekapanmu


Tapi aku tahu diri jikalau rasa rindu ini takkan pernah
berbalas
Hanya melalui doa diriku bisa melampiaskan rasa rinduku

Karena sampai kapanpun kita telah berpisah


Bukan tentang bentang antar benua
Bukan tentang ribuan mil jarak
Bukan tentang perbedaan jam dan menit
Namun, aku dan kamu sudah berbeda dalam hal dunia

Kali ini aku akan mengucapkan sesuatu untukmu di sana


Bukan I Love You dalam bahasa Inggris
Bukan Saranghaeyo dalam bahasa Korea
Tapi Je T’aime dalam bahasa Perancis yang artinya aku
mencintaimu
Bogor, 02 Agustus 2019
Tentang Penulis
Dwi Puspanita dan biasanya dipanggil Dwi. Lahir 17 September, 19
tahun yang lalu di Jakarta. Dan saat ini saya sedang menempuh studi di
jenjang starta satu (S1) di salah satu universitas di Kota Depok, Jawa
Barat dengan mengambil program studi Psikologi. Jika kalian pada kepo
dengan saya silahkan cek instagram: @d_puspanitha /
@dwi_puspanita9. Kalau ingin mengetahui karya – karya saya silahkan
kunjungi wattpad: @sangtajukpuspa_

37
Pada Setiap Kata
Karya: Eftah Putri Hapsari

Pada setiap kata yang tertulis


Ada janji yang terucap manis
Tak jarang berisi ungkapan sadis
Hingga mata menyumbang tangis

Pada setiap kata yang terbaca


Bagi jiwa - jiwa yang bersuka ria
Hati berwarna bagai di taman bunga
Mengalahkan kemilau pelangi senja

Pada setiap kata yang terukir


Tak terasa begitu cepat waktu bergulir
Rasa yang pernah hinggap enggan terusir
Walau hanya tersisa dalam butir – butir

Pada setiap kata yang tertuang


Ada raga yang merindukan kasih sayang
Berharap yang di sana segera pulang
Saling berbagi dalam suka cita penuh riang

Tentang Penulis
Eftah Putri Hapsari. Biasa dipanggil Eftah atau Putri. Penulis lahir di
Wonogiri, 3 Mei 1994. Hobi penulis adalah membaca novel, menulis
puisi, dan mendengarkan musik. Penulis tertarik dengan dunia sastra
sejak di bangku SMA. Penulis dapat dihubungi melalui akun instagram
@eftah_putri atau email eftah_hapsari@ymail.com.

38
Heximer Asmanya
Karya: Elfa Fidya Ningsih

Laksana ringer lactat menentramkan pelupuk dermis


Rerintikan air mampu menghujani kebakaran papila
Dan menjadikan luapan emosi semolek salju
Di dasar hati yang semula waham menghinggapi
Tak tersadar namun menjadi resistensi
Mengubah pra menjadi post layaknya operasi
Penyejuk duka, penyembuh luka, bukan hanya ilusi
Oleh lantunan asma-Nya sebagai obat heximer di hati
Bukan pil koplo yang disalahgunakan
Menjadikan tabu sebagai penyakit kronis
Jemu hingga tak berefek oleh obat pun herbal
Meracik kegelapan dalam hati dan sanubari
Kalamullah

Tentang Penulis
Elfa Fidya Ningsih, lahir di Sragen pada tanggal 02 Maret 2001.
Memiliki nama pena Syifa Delion. Saat ini sedang mempersiapkan
segala keperluan untuk studi di salah satu kampus ternama di Indonesia.
Hobinya adalah membaca, menulis dan mendegarkan murrotal Al-
qur‟an. Karyanya dapat dikunjungi di akun instagramnya @elfa_fi, atau
blognya https://penasyifadelion.blogspot.com.

39
Akibat Berhati Batu, Saat Cinta Tak Kunjung Tiba
Karya: Fadhilatun Nisa'

Engkau sengaja mencintaiku lalu kau tinggalkan


Seumpama sepotong tebu yang kau hisap lalu kau
singkirkan sepahnya.
Engkau sengaja mencintaiku lalu kau sia-siakan
Seumpama waktu terbaik yang kau biarkan percuma tanpa
sedetikpun kau gunakan untuk berdoa

Laguku indah tercipta dengan bayang-bayangmu


Dengan ketiadaan
Dengan kesendirian
Saat rembulan berganti terik mentari

Kemarin engkau menghias cinta, dan akhirnya menghapus


cinta
Kemarin engkau menjadikan rindu itu tiba, dan akhirnya
rindu itu tabu
Sepertinya aku harus sadar, tanpa cinta yang mendasar
Sepertinya aku tak berhati batu, yang menunggu cinta tak
kunjung tiba
Tuban, 3 Juli 2019
Tentang Penulis
Fadhilatun Nisa', aku lahir dan tinggal di Senori, Tuban. Aku
menyukai kepenulisan dan menyanyi, sesekali aku membaca novel
romance. Keinginanku memiliki buku sendiri belum tercapai. Namun
aku akan berusaha untuk gemar membaca dan menulis, semoga kelak
aku bisa membangkitkan semangat literasi di daerahku, terutama di
Tuban sendiri.

40
Luka Senja
Karya: Fahmi Murad

:pasongsongan

Saat senja masih seperempat untuk meredup


Cerita kemaren pecah di antara serpihan teras rumah
Menusuk berbagai benda-benda
Tapi sayang, para tiang-tiang, kursi, sampai ikan-ikan
mendiam
Menyepi di antara pojok sana
Sedang aku?
Aku terlantar di antara kegelapan berselimut sepi
Hanya luka jeritan serangga yang aku rekam
Saat senja sudah mulai melambai untuk pergi
Suara benturan tak aku tahu
Antara lubang-lubang jendela
Mereka semakin menyiksa jiwa
Dan aku memilih menutup mata
Walau telinga terus berjalan
Mencari, meraba dan terus meraba
Dan benar, ada kisah yang masih belum selesai
Gelap malam menjadi saksi dalam drama ini
Tentang Penulis
Fahmi Murad, lahir di sumenep desa para pelaut Pasongsongan, dan
sekarang sedang menempuh jenjang pendidikan di UIN Sunan Ampel
Surabaya fakultas FISIP, dan pernah aktif di Sanggar AIDS
(IKSAPUTRA) dan IKMASS (Ikatan Mahasiswa Sumenep Surabaya). .
Nomor kontak 087878621887, e-mail: fahmias016@gmail.com

41
Antara Matahari dan Bintang
Karya : Fatma Khulashatul Karomah

Fajar telah terbit menggelorakan rebah malamku


Burung-burung berkicauan menghadirkan pagi yang kirana
Puspita di sekitar mandala menyaksikan suasana pagi hingga sore
Mentari telah menyinari seluruh alam semesta
Matahari menyandang banyak manfaat bagi makhluk hidup
Baskara menerangi di kala pagi hingga tenggelamnya waktu senja
Bintang menerangi gelam gulita malam hari
Antara matahari dan bintang saling menyempurnakan satu sama
lain

Hariku penuh dihiasi dengan hangatnya mentari,


Malamku selalu ditemani oleh sang bintang
Hidup akan indah karena adanya mentari dan bintang
Sungguh luar biasa ciptaan Tuhan
Matahari bagaikan bulan yang digugus seolah cerah benderang

Bintang bagaikan binar yang mendamari gelapnya malam


Di antara mereka, sama-sama berfungsi di kehidupan
Syukurku, kuucapkan kepada Tuhan yang telah menciptakan tata
surya

Kebumen, 05 Juli 2019

Tentang Penulis
Penulis adalah seorang gadis yang dilahirkan di Kebumen pada tanggal
28 April 2003 dengan nama lengkap Fatma Khulashatul Karomah,
biasa dipanggil Fatma. Saat ini tercatat sebagai siswi SMK Negeri 1
Kebumen. Ia tinggal di Jalan H.M Sarbini No.47 A, Kebumen, Jawa
Tengah. Ia mempunyai hobbi menulis dan cita-cita ingin menjadi
seorang pengusaha sukses. Akun facebook Fatma Khulashatul Karomah,
instagram @fatma_kk28, dan email fatmakaromah56@gmail.com

42
Makan Kerupuk
Karya: Figo Fajar Aprian

Anak-anak riuh, kepenginan mengalahkan keheningan:

Anak yang berambut ikal paling bersemangat, digigitnya


sampai kerupuk itu jatuh ke tanah
penuh debu dan kuman-lalu dia ambil lagi dan memakannya
kemudian berteriak lantang, “Lebih baik kami makan
kerupuk ini, daripada kalian memakan belas kasihan kami!”

Negeri Katon, 17 Agustus 2019

Tentang Penulis
Selain menulis, hobinya berakting pernah mengantarkan pemuda
kelahiran Lampung 28 April ini terbang ke Makassar untuk belajar dan
pentas bersama Maestro Teater. Seremonia Kekasih (2019) dan
Menenun Rinai Hujan (2019) adalah buku antologi bersama yang pernah
diterbitkan.

43
Putus Asa Budakku
Karya: Filman Arfan Wicaksono

Di kala hari...
Gelapnya malam menutupi bulan safir
Dan raga ini,
Tak mampu menopang jiwa yang tersakiti

Perlahan tapi pasti


Kubuka tirai hitam yang menyelimuti
Di bawah cahaya ilahi
Kumelangkah menuju garis api

Jadi, incar dan tebas!

Kurung dan ikat aku sebagai legenda


kan kubuka jeruji jendela

Jadi, incar dan tebas!

Buah yang ranum nan manis


Tak kubiarkan dirusak habis

Jadi, incar dan tebas!


Lihatlah diriku saat berada di atas

Tentang Penulis
Filman Arfan Wicaksono. Jenis kelamin saya adalah laki-laki. Saya
lahir di kota Tangerang pada tanggal 20 April 2004. umur saya 15 tahun.
Kewarganegaraan saya adalah Indonesia. Agama saya adalah islam.
Saya sedang menempuh pendidikan di tingkat sekolah menengah atas.

44
Dari hati yang terluka dan kecewa
Karya: Gledys Oksecargra Heryadiani

Pagi telah pergi


Senja menuju gelap pun tiba
Dalam keresahan ini aku bersandar
Memikirkan dia yg menghilang
Menghilang.... dan aku terus mengharapkan dia agar selalu
di sisiku

Mentari tak bersinar lagi


Entah sampai kapan?
Di saat itulah aku terjatuh dalam lubang jurang yang sangat
dalam
Di saat itu aku tahu bahwa
Kau tak peduli denganku
Kau hanya diam melihatku dan mentertawakan kesedihanku
Dan aku bodohnya mengharapkan kamu kembali denganku

Ya... memang aku bukanlah seorang wanita yang sempurna,


kaya, dan terhormat seperti ekspektasimu
Aku hanya hamba Tuhan yang selalu mengharap dan berdoa
agar tujuan kabulkan
Aku merasa sia-sia memperjuangkanmu, yang
menghabiskan waktu dan pikiranku
Aku ingin menyudahi semua perjuanganku yang sia-sia,
yang mengharapkan satu lelaki untuk menjadi awalku dan
akhirku.
Bontang,18 september 2019
Tentang Penulis
Gledys Oksecargra Heryadiani. Usia 16 tahun. Hobi menulis cerpen, puisi dan
bernyanyi. Sering mengikuti lomba menulis nasional. Bersekolah di SMK Putra
Bangsa Bontang jurusan keperawatan.

45
Dua Ribu Dua Ratus Dua Puluh
Karya: Gustin Meynindra Sasa Dilla

Dirimu sebagai lakon pembuka


Beraksi di bagian prolog lalu hilang begitu saja
Kisah ini terus berlanjut seakan dirimu fatamorgana
Namun, rasa ini nyata
Beserta kepingan asa yang tersisa

Rindu tertancap pada dua ribu dua ratus dua puluh kata.
Tenggelam dalam jalan angan-angan cerita
Rangkaian aksara bagaikan bernyawa
Gaya bahasanya menghipnotis setiap embusan sukma.

Empat puluh lima ribu di akhir narasi


Kutemukan titik kata yang terselip di antara seribu janji
Setiap kalimatnya membisikkan kata hati
Sajak-sajak tanpa bukti membuatku hampir mati

Epilog bersandiwara
Berdialog kepada jiwa, bahwa semua rekaan semata
Tetapi yang kubaca adalah cerita nyata
Di mana aku menjadi tokoh utama

Madiun, 12 Juli 2019

Tentang Penulis
Gustin Meynindra Sasa Dilla atau yang akrab disapa Dilla adalah
penulis kelahiran Madiun, 4 Mei 2002. Dia sekarang duduk di bangku
SMK program kehalian kimia analis kelas X. Cita-citanya menjadi
laboran di laboratorium Jepang.

46
Antara Cinta Dan Ilusi
Karya: Heni Ratnasari

Senada gemericik hujan yang membasahi bumi


Selembut angin malam di tengah sunyi
Di tengah kebekuan antara angin malam dan hujan
Di sana, ada cinta yang butuh kehangatan

Sederet diksi yang menyempurnakan bait puisi


Menyemai janji takkan membiarkanku sendiri
Janji itu hidup kala cinta berapi-api
Namun perlahan lenyap meninggalkan mimpi dan ilusi

Ini bukan perihal sebuah ketidakpastiaan


Ini hanya tentag diirimu yang membuang berlian demi
segenggam perhiasan
Membersamai nafsu yang menggelora
Yang menggelapkan antara hina dan mulia
Dunia tertawa, seketika hina yang tersisa
Meski pada aksara, aku menahan secuil harapan dan asa

Tentang Penulis
Heni Ratnasari, lahir di Bogor. Berdomisili di Salatiga. Menyukai hal
baru dan senang berpetualang. Imajinasi dan ilusi adalah permainan
pikiran dan hati tanpa mengusik jiwa-jiwa yang keronta. Membersamai
takdir Tuhan, berharap ada secuil Rahmat Tuhan yang tersemai dalam
hati.

47
Kepada Tuan dan Rindu
Karya: Hikmatul Ika Fajaryanti

Tuan, berbalaskah rindu ini?


Serak batin memanggilmu
Tertatih langkah bertemu
Jauh sungguh jauh tuan

Kini, tak ada payung terbaik selain mendung


Tak ada dekapan terhangat kecuali kabut pagi
Tuan, sudahkah kau bertemu mentari?
Tersampaikankah salamku padamu?

Tuan, setiap waktu aku berjumpa bunga bermekaran di


taman
Mereka begitu mesra menyambut tatapanku
Seperti tuan yang selalu merengkuh rindu
Pada jeda–kasih yang melintasi garis waktu

Untukmu Tuan (aba)


Jember, 11 Agustus 2019

Tentang Penulis
Hikmatul Ika Fajaryanti, lahir di Lumajang 1 Mei. Dia memiliki hobi
di bidang literasi, dan salah satu gadis penikmat senja juga cappuccino.
Dia bisa dihubungi via facebook: Hikmatul Ika Fajaryanti, atau email:
ika.hikmatul@gmail.com dan blog:
www.hikmatulikafajaryanti.blogspot.com.

48
Mengapa Harus Pergi
Karya: Ihsan Ardianto

Kau buat aku seperti ini


Kau siksa hati aku setiap saat
Kau beri luka pada hidupku ini

Mengapa aku harus pergi?


Aku siap menerima semua itu
Karena kau adalah bagian dari hidupku ini

Mengapa harus pergi?


Akan kuperjuangankan
Rasa cintaku ini

Tentang Penulis
Ihsan Ardianto, umur 17 tahun, hobi membuat puisi-puisi pendek ala
anak muda sekarang. Bagi saya puisi adalah media baru untuk
berdakwah, dengan puisi saya dapat memberi pemahaman mengenai
rasa cinta, kasih sayang, dan yang utama rasa sosial kebersamaan.
Email: ihsanardianto8@gmail.com IG: @ihsan_ardianto WA:
085201328717.

49
Diastávrosi
Karya: Ikhsanudin

Di batas hijaunya rumput yang riang di ambang harapanmu


Batu-batu kecil berbisik kepada kayu sebelum berubah
menjadi abu
Panas nian membakar sisa-sisa detik dan waktu
Aku santun terbungkam
Sepeninggal mendiang perasaan

Langkahmu pernah sejalan dengan doa yang membekas


Tetapi usang dengan hati yang terbatas
Layaknya jalan yang telah kita lewati
Dan semua cerita tentang langkah kaki dan arah yang tak
bersambut
Hilang perlahan terbawa arus begitu lembut

Perjalanan ini aku mulai


Aku lanjutkan lewat sela-sela jemari yang pernah
mendoakan
Menguntai makna yang pernah aku abadikan
Setidaknya telah terisi satu cerita
Perihal selanjutnya, serahkan kepada-Nya
Din Ikhsanudin , 2019

Tentang Penulis
Ikhsanudin, Din Ikhsanudin nama penanya. Saya lahir di kota satria 24
tahun yang lalu.

50
Elegi Kenangan
Karya: Ima Dame Theresia Manalu

Aku cemburu
Cemburu pada mega
Cemburu pada udara
Dan cemburu pada keelokannya

Tempo lalu, ketika langit menjadi saksi


Dan hujan menjadi bukti
Kita berdiri di bawah rinainya
Terlalu kuno memang bagi para pengelana cinta

Kini, aku penasaran


Seperti apa rasanya menyimak rinduku di balik layar
Sambil kamu asyik menyandarkan pipi di bahu dia?
Dan aku menyadari banyak yang hilang dari kota ini
termasuk kamu

Di hilangmu kali ini, tuan


Kunikmati saja perih yang meraja
Mungkin engkau tak berkehendak menengok hatimu
Namun, kutahu istanamu tak lagi terasa sama
Sejak kau hempas serta hatiku pulang ke sana
Medan, 17 Agustus 2019
Tentang Penulis
Ima Dame Theresia Manalu lahir di Dumai. Ima lahir pada tanggal 11
Oktober. Ima tercatat aktif dalam organisasi kemahasiswaan yang
berbau tulis-menulis yang dikenal dengan nama Komunitas Veritas.
Facebook atas nama Ima Dame Theresia Manalu, nomor Whatsapp dan
Hp 082381125182.

51
Masih kuingat dengan jelas
Karya: Indah Mutiara Tri Lestari

Rerumputan hijau dibasahi gemericik hujan


Perkemahan tenda berwarna
Menulis segala kesenangan menjadi kenangan
Kurasa ada yang hilang

Tapi senyummu masih kuingat jelas


Tawa manis dari tulang putihmu
Membuatku terperanjak kagum
Dengan jelas aku mengamati
Hanya pada dia si gadis berhati

Semua derita dan asa tak akan cepat sirna


Semua terhampar bagai pasir yang putih
Semua berintik bagai air hujan gemericiki rumput
Selalu aku beranjak yakin dan menunggu
Senyuman manismu melayang untukku

Bila kamu ingin tahu, pemanis senyum


Separuh hatiku tertinggal di sana
Entah ingin menatapmu lebih lama
Hanya sisa-sisa kenangan tertinggal utuh
Di balik dinginnya angin dan berwarnanya tenda

Tentang Penulis
Indah Mutiara Tri Lestari, gadis 16 tahun yang sekarang berdomisili
di Bandung. Cita-cita saya menjadi seorang diplomat. Hubungi saya di
Email indahmutiara376@gmail.com , WhatsApp 0895338648653 , ID
Line aliamihia , dan Instagram @indahmutiaraa_

52
The City Of Music
Karya: Indra Matitaputty

Pulau kecil nan elok dibelah laut biru


Terbentang ke dalam membentuk sebuah teluk yang indah
nan permai
Hamparan pasir putih di tepian bibir pantai
Dan hijaunya perbukitan kecil yang menghiasi atasnya

Lambaian nyiur menyapa dengan gembira ketika di tiup


oleh angin
Tempat suburnya cengkeh dan pala
Hasil perkebunan yang ternilai harganya di mata dunia
Dengan sejuta kicauan suara emasnya dipadu dengan
petikan ukulele di setiap sudutnya

Terlihat mahakarya manusia yang terbentang sepanjang


1140 meter
Membelah daratan setinggi 34 meter dari muka air laut
Kota yang disebut kota musik dunia
Kota dengan sejumlah pesona alam dan budaya yang
menjanjikan

Itulah kota kami, kota Ambon


Ambon Manise
City of Music
Ibu negeri tanah Maluku
Tentang Penulis
Penulis lahir di Amahusu pada tanggal 30 juli 1993. Pendidikan Strata
satu di tempuh pada Program Studi Agribisnis, Jurusan Agribisnis,
Fakultas Pertanian Universitas Pattimura Ambon.

53
Khilaf Tak Berujung
Karya: Irna Vianti

Waktu menipis masih tetap terjaga dalam kenistaan


Insan lalai terbuai rayuan fananya jagat buana
Kuakui kelemahan dan balutan kesalahan nafsi
Menelusiri dunia jejak kaki di rumah Allah tak terpakai

Air mataku menghujam menenggelamkan kegelisahan


Sajadah terhampar di desahan hidup jadi hamba ingkar
Terbuai oleh cinta yang terlampau bias nafsu dunia
Maksiat menyelubungi diri jauh dari ridho semesta

Hamba bersimpuh dalam belai kuasa Maha Hidup


Mematikan hasrat nafsu meruah yang tak tentu arah
Ingin tenggelam di samudra tauhid tak kenal batas
Sejumput jiwa pinta melarungkan limpahan ampunan

Nelangsa hati memupuk rindu teramat dalam


Merindu bertahta penantian di istana surga-Mu
Pantaskah untuk pendosa ini menjadi penghuninya
Tapi takut azab menimpa lagi berdiam di neraka
Parepare, 07 Juli 2019
Tentang Penulis
Irna Vianti perempuan yang lahir di Parepare, Sulsel tepat 06 Mei
1996. Telah menamatkan diri di Universitas Negeri Makassar jurusan
PGSD, 8-8-2018. Membaca dan menggambar menjadi bagian dari
kegemaran. Tetap aktif berkutat di organisasi KSR-PMI sebagai
pendamping. Jejak bisa dilacak E-mail: Irnavianti88@gmail.com Wa:
082292681881.

54
Rintih Rindu
Karya: Juni Priani

Udara semakin turun mengembun


Menaburkan segenap kebekuan
Bermandikan dinginnya nafas malam
Bertamu kesunyian yang kian membelenggu
Menyapa setiap insan yang masih terjaga
Di antara insan yang terbaring lemah
Terbuai indah nyanyian sendu
Terlelap ditelan bayang-bayang semu
Hawa daba kenanga menambah lagu
Selembut cindai membasuh kalbu
Kini terasa hangat belai jemari
Lelehkan segenap beku di hati
Lalu rindu, menghunus bagai candrasa
Mengungkung daku dalam dewala
Hingga desur malam mengalun pergi
Tinggalkan daku mengulum rindu

Tentang Penulis
Juni Priani bungsu dari 5 bersaudara. Saya lahir di sebuah kota kecil di
Sumatera Utara pada 21 tahun yang silam. Saya hanyalah anak dari
kampung nun jauh dan tak terkenal yang mencoba melukiskan dunia
lewat secarik sajak yang sarat akan makna. Saya berharap jika puisi ini
dimuat akan menggunakan nama pena saya yaitu M.J.

55
Princess Akhir Zaman
Karya: Juni Sari

Aku Cinderella yang sepatu kacanya tak hilang tapi lekang


Yang penindasnya bukan ibu tiri tapi juragan
Yang pendengkinya bukan kakak tiri tapi rekan
Yang pangerannya tak berasal dari istana tetapi dunia maya

Aku Jasmine yang mahkotanya bukan ruby tapi gelar


Yang kerabunya bukan emas tapi sindiran
Yang pengabulnya bukan jin teko tapi gebetan
Yang terbangnya bukan karena karpet Aladin tetapi
angkutan umum

Aku Snow White yang surainya tak pendek tapi belang


Yang tak diracuni nenek sihir tapi digunjing kekasih mantan
Yang sahibnya bukan kurcaci tapi media sosial
Yang tidur panjangnya bukan karena buah apel beracun
tetapi buah tutur pahit insan

Tentang Penulis
Juni Sari. Ia lahir pada bulan Juni tahun 1997 di Medan. Ia mengenal
literasi sejak duduk di bangku SMA, namun baru menekuni dunia tulis-
menulis selama setahun belakangan. Sejauh ini dirinya sudah menjadi
kontributor dalam 10 buku antologi cerpen dan puisi, serta akan terus
bertambah. Dirinya dapat disapa lewat akun instagramnya yang bernama
junisarijune. Dia dapat pula dihubungi melalui alamat surel
junisarimenulis@gmail.com.

56
Teruntuk Sang Arjuna
Karya: Khairatul Annisa

Upuk fajar yang menyaksikan cinta


Angin damai yang menghembuskan kasih sayang
Kicauan burung bersimponi indah
Menyapa senyum yang melekat sempurna
Sekarang aku sangat bahagia, berdampingan dengan arjuna
nyata
Aku sempat takut, semua berujung hancur dan sia-sia
Dan maut cinta menghampiri lagi, lagi, dan lagi
Tapi hati tak dapat meninggalkan
Meski perbedaan kerap menindas mencekam dan menikam
Meski aral selalu berusaha menerjang
Meski jarak dan waktu tak ingin berteman
Namun takdir tak ingin memutuskan
Kau buktikan kau berdiri hanya untukku
Kau pastikan aku, untuk menjadikanmu pilihan terakhirku
Tuhan biarkan dia menjadi persinggahan ternyaman, hingga
ujung usiaku…
Tuhan biarkan rasa ini terjaga dan saling menjaga, hingga
sang maut memisahkan
Seikecil, 03 Juli 2019

Tentang Penulis
Khairatul Annisa, biasa di panggil Acha. Lahir pada tanggal 27
Februari 2003 di Kalimantan Tengah, namun sekarang saya tinggal
menetap bersama orang tua di Simpang Empat, Tanah Bumbu,
Kalimantan Selatan.

57
Rawah Air Mata
Karya: Khofiyono

Selamat menikmati sepi, Dik


Dari aku yang merindukan matamu
Untuk sebuah kabar gelap
Menyerupai jalan, kenangan, bahkan luka-luka.

Selamat merindukan sunyi, Dik


Kali ini aku kabarkan sebuah usaha mendesah air mata
Merangkul hina waktu
Dalam tabah bermunajatkan doa.

Selamat menempuh bahagia, Dik


Sebab di mataku sepanjang sungai mengalir
Sejauh arah berjalan memeluk sunyi
Mengisyaratkan kepergian menghinakan diri.

Bali, 2019

Tentang Penulis
Khofiyono, asal pulau giliyang sumenep madura, Kelahiran 11 februari
1999. Pernah belajar di pondok pesantren Aqidah usyimuni terate
pandian sumenep. Mendedikasikan diri di organisasi FOKSAGITA
(Forum Komunikasi Santri Giliyang Terate), LENSA (Lentera Santri
Kepulauan). Aktif di sanggar KOREK (Komunitas Revolusioner
Kepulauan), MEDISS (Media Insan Pesantren). Kontributor dalam
antologi Negeri Di Atas Kertas yang di monopoli oleh Komunitas Sastra
Nusantara. Puisi-puisinya dimuat di berbagai media cetak, salah satunya
Jawa Pos dan Radar Bali.

58
Marina Menari Di Menara
Karya: Khoiruddin

Marina menari di menara


Gadis manis yang tersengat merana
Penuh tangis lara retisalya
Kala dayita mengasingkannya
Di menara Marina menari
Suaranya memenuhi nabastala
Berkidung sendayu tembang asmaradhana
Dengan nada bersulingkan luka
Marina menari di menara
Di menara Marina menari
Menari Marina di menara
Marina menari merana
Marina kini semakin merana
Lukanya melebar memenuhi asmaraloka
Marina kini kembali merana
Tak sudi lagi menari di menara

Surabaya, 26 Juli 2019

Tentang Penulis
Khoiruddin, pemuda kelahiran Pekalongan 1 Maret 1996 ini sekarang
harus menghirup udara Kota Surabaya. Mempunyai nama pena Ratnakar
Muda membuat saya lebih berusaha dan belajar lagi mengembangkan
ilmu Literasi.

59
Munajat Cinta Rembulan
Karya: Kristiawati, S.Pd.I

Wahai malam!
Apa kau tahu? mengapa bulanmu tampak suram
Apakah tiada bintang yang menari riang?
Mencengkramai bulan dalam temaram

Wahai malam!
Apa kau tahu? mengapa bulanmu tampak suntuk
Apakah tiada pungguk yang merindu menunduk?
Melewati kegelapan sepi sampai menjelang ufuk

Apakah mungkin bulanmu sedih?


Melihat makhluk penghuni bumi sibuk berdalih
Karena malamnya bukan lagi keramat
Sehingga tiada waktu tersisa untuk bermunajat

Wahai malam!
Bujuk dan belailah bulan indahmu
Sampaikan padanya… tidak semua makhluk begitu
Masih ada yang mengaguminya dalam diam
Setia menemani di kejahuan malam
Tertunduk sendu bermunajat kepada Tuhan
Tentang Penulis
Kristiawati, lahir di Semarang, 24 Desember 1983. Telah
menyelesaikan studi D2 dan S1 nya di STAI Lubuk Sikaping YDI
Pasaman (2011). Sedang menempuh pendidikan Pasca Sarjana (S2)
Program Studi Magister Pendidikan Dasar di Universitas Terbuka.

60
Setelah Badai
Karya: Kristina Sirait

Petikan gitarmu bersama alunan


Aliran riak air sungai
Yang perlahan membentur kerakal
Setelah badai tadi malam

Telinga penikmat nada tercipta


Antara gitar dan sungai
Telinga yang jatuh cinta
Pada keharmonisan gabungan keduanya
Tuk jadi pengiring puisi-puisiku

Yang tetiba lahir dan terilham


Menjadi padu padan syair
Syukur pada Sang Khalik
Pastikan badai punya akhir

Setelah badai malam tadi,


Mari jalani hari demi hari
Dengan optimis dan pasrah diri
Seperti melodimu yang indah menghipnotis.
Sukabumi, 1008201

Tentang Penulis
Kristina Sirait yang bernama lengkap Kristina Mariapul Nursita Sirait,
S.Pd ini lahir di Rantauprapat, 41 tahun yang lalu.

61
Rinduku
Karya: Lely Eggei Ganisa

Seperti menggenggam mawar yang berduri


Apakah kau mengerti arti rindu ini?
Rasa rindu yang harus kutahan sendiri
Terasa sangat sakit, sakit sekali

Seperti jiwa yang berjalan di atas awan


Apakah bertemu dirimu hanyalah sebuah angan?
Aku tak tahu mengapa rasa ini selalu menggebu-gebu?
Untuk menemui dirimu

Seperti kupu-kupu yang berterbangan di atas angkasa


Aku di sini selalu ingin menjadi sumber kebahagiaan yang
kau damba
Yang selalu kau jadikan tempat mencurahkan segala rasa
Entah itu rasa suka, duka, bahkan cinta

Ya, inilah aku


Seorang wanita yang candu akan rasa rindu
Yang selalu ingin berada di sisimu
Sampai akhir hayatmu

Tentang Penulis
Lely Eggei Ganisa, sering di panggil Lely. Umurku 19 tahun dan aku
seorang mahasiswi di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Aku
sangat menyukai membaca buku, fotografi, dan juga musik. Bisa
dihubungi melalui lelyganisa@gmail.com

62
Detik Perubahan
Karya: Leni Maryasih

Roda kehidupan yang selalu berputar


Sesuai dengan poros ketentuan-Nya
Merubah semua kenyataan
Sesuai apa yang diinginkan

Kejahiliahan yang selalu menerpa diri


Melalaikan akan kewajiban yang diberi
Mengejar segala keinginan hati
„Tak peduli dengan teguran sang Illahi

Hingga tiba luka yang menyayat hati


Menyadarkan diri yang hina ini
Membuat diri meratapi semua yang terlewati
Dan memutuskan untuk membenahi diri

Segala puji kepada-Mu Yaa Rabbi


Yang telah menyadarkan diri ini
Memberikan waktu yang berharga
Menuju perubahan di usia remaja
Palembang, 04 Juli 2019

Tentang Penulis
“Hanya gadis kecil yang memiliki sejuta harapan dan impian besar, dan
berusaha menciptakan karya dari rangkaian emosi yang muncul dari
teguran sang Illahi”.

63
Pangeran Kodok
Karya: Lucky Trihadi

Pangeran rindu menyambut setelempap hari


Mengetuk hati menggerakan kaki bumi
Tanpa jelaga nurani berkata-kata
Hidup ini indah untuk berbagi cinta

Tidak ada percikan api di tepi telaga, damai lestari hutan


rimba
Merangkul pagi-pagi pelangi pujaan hati
Harum mewangi tersaji dalam secangkir kopi
Kamu jangan kawin lagi Le! tegur Eyang tiba-tiba
Awan mulai menutup mata, sinar mentari meredup di ujung
petala
Nikah saja belum, kenapa larang Leo kawin lagi?

Leo hanya ingin sedikit bercinta, bukan bermain sandiwara


Cinta pertama menjadi Barista, cinta kedua bebas berbuat
apa saja
Tekadnya kuat melamar anak penyihir desa
Menjadi kodok tidak mengapa
Jakarta, 18 Juli 2019

Tentang Penulis
Lucky Trihadi. Tukang ngopi, jujur dan sederhana. Penghargaan
menulis baru beberapa, lokal dan nasional. Suka nulis Quote, Puisi,
Cerpen & Novel. Buku belum ada yang pernah terbit sendiri, ikut lomba
agar bisa mencetak buku novel, seperti Harry Potter. Salam kopi sastra.

64
Si Cengeng Mak Bod
Karya: Maretno Sibarani

Melawan kemilau dunia tidaklah berat untukmu


Melawan kemilau Jumanji adalah kepahitan bagimu
Berjuang demi keutuhan bersama adalah semangatmu
Berjuang meniti masa depan adalah pujaanmu
Kau bertahan dalam kesesakan adalah demi kebahagiaanmu

Derain lagu malang menghiasi hari


Bertahan dalam terpaan angin sepi
Menuai cacian dalam balutan maki
Kau hanya ingin kedamaian diri
Tapi semua hanya sepantas mimpi

Penantian akan adanya buah hati


Tak terwujud walau tersakiti, gunjingan orang akan cacat
diri
Menunduk malu tak daya jiwa ini
Tangisan menghiasi pipi
Semoga jalan menuju bahagia abadi
Tak ada kecengengan pengenal diri lagi
Tentang Penulis
Maretno Sibarani lahir di Laguboti, 24 Maret 1990. Lulusan dari
Universitas Sriwijaya Palembang Jurusan Ilmu Administrasi Negara dan
bekerja di PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG sebagai Underwriter MRI.
Saya sangat suka menulis dan membaca. Dan blog saya dapat dilihat di
maretnosibarani.wordpress.com, FB @maretnosibarani, email
maretnosibarani4@gmail.com, dan IG @maretnosibarani.

65
Kelak
Karya: Marisa Anggraini

Pada hujan yang menikamku hingga tersungkur lebur di


bumi
Kelak, kau akan melihat orang yang mencintaimu sepenuh
hati
Akan menjauhkan diri
Bahkan tak mengenali dirimu lagi.

Kelak, kau akan menyadari


Betapa nyerinya hati ini
Memberanikan diri untuk menyakiti diri sendiri.

Kelak, kau akan merindukan salam


Yang terlantunkan
Sebelum kau meninggalkan malam.

Kelak, kau akan ingat


Betapa hangatnya alasan yang kau berikan
Agar aku terjatuh dan terluka dalam perasaan.

Banjarmasin, 17 Agustus 2019

Tentang Penulis
Marisa Anggraini, lahir pada 17 Maret 2002. Anak pertama dari tiga
bersaudara. Masih menikmati masa-masa SMA di SMA Negeri 11
Banjarmasin sebagai seorang siswi kelas XI MIPA.

66
Bulan Meranum, Madu Di Pipi Kirimu
Karya: Marleisa Papuara

Malam ini, cahaya remang bermandikan nada syahdu


Mataku terasa perih menyaksikan alunan lagu rindu
Hujan tak lagi bermakna
Hanya bulan yang sudi menemani malamku

Rembulan malam tampak bulat dengan pipimu yang ranum


Kemerahan menyapa merpati yang sedang menari di tengah
malam
Di angkasa membentuk lingkaran bunga asmara
Laksana lengkungan pelangi yang membelit awan

Lihatlah, di taman langit beribu bintang menari-nari


Aku hanyut pada senyummu yang manis
Di atas dahan dan kelopak bunga yang basah
Ada hasrat rinduku yang kian membegal
Ingin kau hadir meniti angin sedingin kelam

Rebahlah duhai resah


Meleburlah dikau dalam keluh kesah
Luruhlah pada pangkuan khusuk di setangkup doa
Dibawah bulan separuh yang ranum, di pematang bibir
basahmu
Ribuan kata tertutup embun menggenggam berjuta rindu
Yogyakarta, 13 Agustus 2019
Tentang Penulis
Marleisa Papuara, lahir di Sorong pada tanggal 17 Juni 1998, anak
kedua dari tiga bersaudara, asal daerah Maluku Utara, agama Kristen
Protestan. Menempuh pendidikan strata-1 di Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRIND
Yogyakarta sejak tahun 2015 hingga mendapatkan gelar sarjana (S.T)
pada tahun 2019.

67
Menanti Kabar Dari Ufuk Barat
Karya: Muhammad Rukhan Asrori

Sang surya menunjukkan wajah senyum kepadaku


Begitu sedap dipandang saat kulangkahkan kaki di ujung negeri
Mencoba berpura-pura tertunduk seperti padi yang menua di
ujung senja
Berpikir sejenak menanti kabar dari ufuk barat

Sayup mata kian berat menyelimuti raga yang semakin rapuh


Lesu tak kuasa berdiri …
Semakin meluapkan hati, semakin rapuh ragaku ini
Sesungguhnya tak berdaya raga ini menanti, menyongsong
dinginnya malam

Saat senja menatapku dengan tajam, kupejamkan mata


Saat malam menusuk raga, ku lenyapkan hati yang menyedihkan
Wahai sang pelita malam, ku bersimpuh dalam gelap terdiam di
ufuk barat
Ku memohon limpahan rezeki dalam tetesan air mataku

Kejamnya dingin tak kuasa menghujani raga yang rapuh ini


Lewat untaian ayat-ayat malam ku panjatkan dalam heningku
Sungguh tak lepas raga ini dengan sukma yang Kau ciptakan
Dalam sajian doa dan harapan yang berjalan sampai di ufuk barat

Tentang Penulis
Muhammad Rukhan Asrori lahir di Surabaya pada 10 Desember 1988
yang merupakan lulusan dari Universitas Negeri Surabaya tahun 2011 di
Fakultas Bahasa dan Seni dengan mengambil jurusan Sastra Inggris.
Dengan ijin Allah, dia pernah mengabdi menjadi Guru Indonesia Luar
Negeri selama lima tahun (2013-2018) di perbatasan negara Malaysia -
Indonesia. Kini, dia mengajar di SMP Muhammadiyah 7 Surabaya.

68
Mentari
Karya: Nabila Armidianti Nasywa

Mentari menimbulkan wajahnya


Untaian doa kupanjatkan
Memohon keberkahan dunia pada-Nya
'Tuk pekan ini dan seterusnya

Kehangatan kusambut
Dengan riang gembira
Terbesit hati 'tuk cari ilmu

Cahaya kali ini


Hangat kurasakan
Masa depan gemilang
Kuukir dari sekarang

Pontianak, 19 September 2019

Tentang Penulis
Nabila Armidianti Nasywa. Lahir di Kota Khatulistiwa pada tanggal
10 Oktober 2005. Menulis quotes dan puisi adalah keseharianku di
waktu luang. Selain menulis, aku juga senang mrmbaca novel.

69
Purnama Meranting Rindu
Karya: Nivos Krisman Waruwu

Kupunguti satu persatu namamu di antara semilir angin


Dari peraduan yang riuh berderai
Kurajut pada cahaya purnama dengan rapal doaku
Susut kelam dalam malam kian terpejam kelabu

Pada persimpangan rembulan, menuju napas dan hatimu


Ada sungai yang mengaliri air mata dari kedua bola mata
Berkelebat menjelma dalam bahasa kalbu, yang ragu-ragu
meninggalkan perih
Menyesak dada dan tak mampu membuatku bertahan
mengutarakan asmara

Api yang menjulurkan lidahnya membakar rindu


Terpadam dari lambaian angin yang bertiup mesra
Meredam gejolak asa mendekap syahdunya rembulan
Terlelaplah aku pada palungan malam di atas ranjang berbunga
yang ditimang cinta

Cahaya purnama bersarang di atas dahan dengan dua ekor burung


kedasih yang berpagutan
Bertandang dengan rayu pada ranting-ranting
Terkulai melumuri gigilnya angina malam
Kudendang dalam candu berkelut, menghirapkan rindu nian
membiru
Kepulauan Nias, 20 Juli 2019
Tentang Penulis
Nivos Krisman Waruwu, kelahiran Sisarahili, 13 Oktober 2002.
Penulis sedang menempuh bangku pendidikan pada tingkat SMA di
SMAN 1 Lahewa. Saat ini berdomisili di Kepulaun Nias. Menyukai
literasi dengan memperkaya ilmu dengan membaca dan menulis. Sampai
saat ini, penulis telah menerbitkan satu buku solo dan sekitar 60 antologi
bersama.

70
Sebuah Awal
Karya: Nur Anis Fusana

Langit biru melambung di udara


Bersama cakrawala nan indah
Pemuda-pemudi merapikan barisan
Dengan gagah dihiasi senyum terbaiknya

Dikibarkan sang pusaka diiringi nyanyian Indonesia Raya


Penuh khitmat hingga tak terasa bercucuran air mata
Bayangnya larut dalam ruang waktu perjuangan
Para pahlawan rela mati di tangan, demi bebasnya tanah air
tercinta

Menyibak selangkang rasa takut mati seketika


Tekadnya begitu melegenda
Walau hanya berbekal bambu runcing melawan senapan
Karena mereka tahu mati dijalan kebenaran hadiahnya surga

Dan kini... terbayar sudah dengan kemerdekaan


Awal dari setiap tetesan darah juang
Dan sejarahnya takkan pernah sirna
Karena sejarah adalah tonggak lahir sebuah bangsa

Pekalongan, 17 Agustus 2019

Tentang Penulis
Nur Anis Fusana. Seorang gadis biasa dengan mimpi-mimpinya yang
lahir tepat 19 tahun lalu. Hobi saya menggambar, menyanyi dan
menulis. Jika berkenan berteman dengan saya bisa memulainya di IG:
@anisfusana, Wattpad: @anisfusana. Bisa juga lewat email:
anisfusana12@gmail.com, wa/Telepon: 085729122485/085293981148.

71
Kutemukan Senja di Alexandria
Karya: Nurhayati

Tetesan embun mengalir indah


Hembusan kapas putih menari merdu
Tenggelam dalam memoriku
Membawa anganku menyusuri irama waktu
Menuju negeri impianku
Alexandria...
Di sana kutemukan awal baru
Ketika senja datang saat itu
Dengan sejuta sorotan cahayanya
Menghiasi kejernihan imajinasiku
Bersama para kekasih-Mu
Dengan kemuliaan kalam-kalam-Mu
Ku mengais mutiara ilmu-Mu
Penuh harap dalam benakku
Mencapai rida-Mu

Tentang Penulis
Nurhayati. Saya berasal dari Sumenep, Madura, Jawa Timur. Saya
mahasiswa IAIN Madura Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, Prodi Ilmu
Al-qur‟an dan Tafsir. Saya bisa dihubungi melalui FB: Nurhayati,
Website: http://yatiza.blogspot.com dan E-mail: nh666302@gmail.com.

72
Euforia Berbalut Kata
Karya: Revie Novita Sari

Bagiku, sepi adalah candu


Nikmati bebasnya bercengkrama dengan sang waktu
Berteman pena merangkai bait puisi
Tuk cipta euforia di lubuk hati

Bagiku, puisi itu kedamaian


Tatkala ku berimajanasi dalam angan
Bebas berkelana merangkai kata
Kadang nyata kadang hanya sebatas aksara

Bagiku, berteman pena itu kenyamanan


Di mana jemariku bebas curahkan bait kehidupan
Berbagi rahasia bertopeng diksi nan bermakna
Suguhkan inspirasi berbalut kata pada segala jiwa

Bagiku, secarik kertas adalah sahabat sejati


Kawan setia yang tak bertopeng ilusi
Tatkala loka banyak di huni tokoh sandiwara
Bertopeng nirmala sembunyikan angkara

Tentang Penulis
Revie Novita Sari, lahir di Sampit pada 23 Juli 1999. Merupakan
mahasiswi Jurusan Manajemen, Fakultas Bisnis di Universitas Darwan
Ali. Ia mempunyai hobi membaca dan menggambar. Motto hidupnya
adalah “Man Jadda Wajada”, yang artinya siapa yang bersungguh-
sungguh pasti akan berhasil. Oleh sebab itu, ia selalu belajar dengan
rajin untuk meraih cita-citanya.

73
Aku Bukan Cinta Sejatimu
Karya: Reza Rosiana Gustiranny

Melupakanmu
Adalah cara tersulit bagiku
Karena begitu banyak hal terindah
Ketika bersamamu

Hatiku sangat hancur melebur


Saat kau meninggalkanku
Demi wanita lain yang kau cintai
Kau dengan teganya mengkhianati cinta kita

Dulu kau pernah berjanji padaku


Bahwa aku adalah cinta sejatimu
Dan cinta kita takkan pernah bisa tergoyahkan oleh apapun
Namun nyatanya kau malah mengingkari janji itu

Jika memang wanita itu pilihan hatimu


Mau tidak mau aku harus merelakanmu
Demi melihatmu bahagia bersamanya
Walau hatiku hancur berkeping-keping

Tentang Penulis
Nama Lengkap : Reza Rosiana Gustiranny
Tempat Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 14 Agustus 1998
Hobi : Mendengarkan musik, menulis,
bernyanyi, dan menggambar
Cita-cita : Menjadi seorang pengarang (author) yang
profesional dan pendiri rumah singgah
untuk fakir miskin dan kaum dhuafa
Pekerjaan : Karyawan swasta

74
Malaikat Tak Bersayap
Karya: Rismar wahyu

Dalam senyummu, ada letihmu


Siang dan malam, selalu menyergapmu
Tidak sedetik kau berhenti
Lelah mengikuti setiap jejak kaki
Agar ada cinta untukku
Anakmu
Bukan berlian yang kau mau
Bukan pula emas yang kau inginkan selalu
Bukan harta yang berlimpah untuk bahagiamu
Melainkan kebahagiaanku yang kau harapkan selalu
Kau malaikat tak bersayapku, Ibu

Tentang Penulis
Rismar Wahyu, lebih suka dipanggil Ayu dengan nama pena Ay.
Wanita kelahiran 30 November 1999 ini, berdarah asli Minangkabau.
Dengan hobi basket, menulis juga menjadi hal yang paling digemarinya.
Menempuh pendidikan sarjana di Universitas Prima Indonesia, jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2018. Kicauannya
terselip di beberapa akun sosial media seperti instargam pada
@Rismar_ayu30 dan @aysik_asik. Baginya Menulis adalah sebuah
estetika rasa yang dapat diungkap dengan indah melalui tulisan.

75
Detakan Nafas
Karya: Rita Yanti Rumbu

Tenggorokan yang mengering melumat seluruh jiwa tersungkur


itu
lantunan suara berlirik sama menggetarkan batu hingga menangis
merontah
"Kembali... Jangan pergi dulu..."
Teriakan pilu tak terdengar memenuhi rongga harapan anak-
anaknya

Bait-bait kenangan silam terapung mengangkasa di depannya


betapa gersangnya dia berlian ketahanan hidupnya dirampas
"Hiks... hiks..." tangisan yang menumpahkan helai-helai mawar
membuat wujud mata merah muda menjadi merah darah

Ia tidak mau, tapi tarikan sukma harus diselesaikan


Rangkaian kata kasih masih bisa dilontarkannya dengan nafas
pelan menggulung
"Anakku... ibu ada di sini..."suara bising itu memuncak lagi
menciut karena cintanya akan pergi tanpa merangkul koper

"Sudahi... ia ingin kepergiannya menggunakan pesawat "


Teriak gurauan kain putih dan payung hitam kepada kerabat-
kerabatnya
Kini tidak ada detakan lagi
Kakulah tubuh itu hingga harus dimandikan
Tentang Penulis
Rita Yanti Rumbu, saya lahir di Makassar pada tanggal 20 April 2000.
Sekarang, saya sedang menempuh pendidikan di salah satu perguruan
tinggi fakultas ekonomi di Makassar yaitu STIE Tri Dharma Nusantara
Jurusan Akuntansi dan saya sudah semester 3. Hobi saya menulis dan
membaca. Di masa depan saya ingin menjadi motivator, pengusaha dan
penulis buku. Alamat saya di Makassar yaitu di kampung Bayoa
kelurahan Barombong, kecamatan Tamalate.

76
Tegar
Karya: Rozikoh, S.Pd.T

Senja telah menancapkan duri dalam napasku


Dan kemarau itu telah membakar ladang-ladang di hatiku
Tak ada lagi yang tersisa segenap kata dan rasa
Apalagi yang harus kuperjuangkan?

Tapi kau tahu bukan ?


Bahwa aku akan tetap tegar
Sendiri menantang langit
Meski mentari begitu terik membakar hati

Akan kubuka hijab kabut di sepertiga malam


Ketika dingin melengking diam-diam
Dan bergetar bibir dalam doa terbata
Rabbana dholamna anfusanaa ...

Aku akan tetap berdiri di sini dan menanti


Malaikat yang datang menawarkan sayapnya
Membawaku kepada keluasan angkasa
Meniti tangga bianglala menuju ke titik hujan

Sleman, 17 Agustus 2019, 22:48.

77
Sajak Daun Gugur
Karya: Rozikoh, S.Pd.T

Selembar daun gugur ke pangkuan bumi


Selembar daun memeluk sepi
Selembar daun sunyi
Tak seorangpun peduli

Selembar daun melapuk di pangkuan bumi


Selembar daun menghampakan diri
Selembar daun mati
Tak seorangpun mencari

Selembar daun gugur


Selembar daun sunyi
Selembar daun mati
Hatiku kini

Sleman, 31 Agustus 2019

78
RIP Kita
Karya: Rozikoh, S.Pd.T

Pada raga yang telah berjuang, kini letih tak berharga


Pada hati yang penuh harap, kini hampa tak ber-asa
Pada rasa yang penuh cinta, kini mati tanpa bunga
Pada pelangi yang kita bangun bersama, kini gelap tanpa
warna
Pada air mata, pada doa-doa, pada kebersamaan yang pernah
ada
Di mana kini hati kalian semua?
Pada Sanghyang langit aku hanya mampu berkata, cukup
sudah ...
Sabarku tak mampu lagi menjelaskan segenap perkara ...

Prambanan, 27 Agustus 2019

79
Bimbang
Karya: Karya: Rozikoh, S.Pd.T

Sebenarnya aku masih ingin bersamamu disini


Memandang langit senyap dan bulan sunyi
Tapi lihatlah hatiku telah sekarat menanti
Bagaimana mungkin aku bisa bertahan lagi

Saat senja datang menjemput mimpi


Bahkan bayang-bayangku pun pergi bersama matahari
Dan kau terus diam tiada pasti
Apalagi yang kau pikirkan kekasih?

Siapa sebenarnya yang telah mati


Hingga sepatahpun kata tak tersisa lagi
Dan sejuta puisi kehilangan bunyi
Lalu tiba-tiba semua menjadi tak berarti

Prambanan, 20 September 2019

80
Doa
Karya: Rozikoh, S.Pd.T

Tuhan, aku tak begitu mengenal-Mu dengan baik


Hanya berbekal sedikit keyakinan
Bahwa Kaulah Maha Penyayang
Dan itu yang menjadi benang merah hubungan kita
Tapi kini aku merasakan ketakutan yang mengerikan
Ketika tiba-tiba benang merah itu terlihat nyaris putus
Sebagian jalinannya nampak teregang
Tak kuat menanggung beban yang Kau berikan
Tuhan, aku tak begitu mengenal-Mu dengan baik
Hanya berbekal sedikit kesadaranan
Bahwa manusia selalu dalam ujian
Maka kepada-Mu kusandarkan segala harapan
Sebab Engkau limpahkan kasih sayang
Tanpa bisa kumengerti rahasia sebuah Kun
Dan sebagai bumi aku hanya mampu berharap
Engkau di hatiku tetap berkibar

Prambanan, 18 September 2019

Tentang Penulis
Rozikoh, S.Pd.T seorang perempuan kelahiran Tegal, 20 Maret 1978.
Berprofesi sebagai PNS Guru Teknik Informatika di SMAN 1
Prambanan Sleman Yogyakarta. Hobi menulis puisi sejak duduk di
bangku SMP. Alamat email bisa kontak di: rozikohrossy78@gmail.com

81
Merindu
Karya: Safrida Irawati

Malam ini jutaan bintang tertunduk lesu


Melihatku yang tengah merindu
Pada tuanku yang tak kunjung bertemu
Sepucuk rindu masih tergantung pada kalbu yang membeku

Tuan, di sinilah aku yang mencintaimu


Melalui larik-larik sendu kukirimkan doa untukmu
Semoga tersampaikan padamu oleh angin yang mengalun
merdu
Bersama waktu kau akan kutunggu
Hingga Tuhan mengabulkan doaku

Sukoharjo, 19 Juni 2019

Tentang Penulis
Safrida Irawati, namun teman-teman lebih akrab menyapa saya dengan
panggilan Safrida/Frida. Lahir di daerah Sukoharjo tahun 1999,sekarang
mengenyam pendidikan S-1 UNS Surakarta. Pecinta bunga dan senja
Instagram : @safridairawati
Email : safridairawati@gmail.com

82
Kenyamanan Hati
Karya: Sanca Bertly Mada

Langit biru memancarkan citranya


Seolah-olah memberikan kenyamanan tersendiri
Batin pun mengucapkan syukur atas ini
Raga hanya bisa menikmati kesempurnaannya

Beberapa senyum menyambut hati


Saling menyemangati untuk memulai hari
Terbesit tanya, mengapa harus mereka?
Kenyamanan yang diberikan begitu sempurna

Senyum-senyum itu memancarkan kasih tanpa batas


Mereka adalah alasan raga ini terus menapaki hidup
Berani melangkah demi membalas senyum itu
Bahagianya mereka adalah angan-angan diri ini

Keyakinan yang kuat hanya ada pada mereka


Kehadiran mereka merupakan kasih Tuhan
Seperti langit biru yang selalu membawa kenyamanan
Dan untuk kesekian kalinya aku begitu bahagia.
Tentang Penulis
Sanca Bertly Mada, akrab dipanggil Sanca. Tempat di mana saya lahir
berada tepat di salah satu pulau paling selatan Indonesia, yang biasa
disebut Pulau Rote. Saya adalah generasi milenial, begitu julukan orang-
orang untuk anak-anak muda yang lahir di tahun 2000 ke atas, dan saya
adalah salah satu yang lahir di tahun 2001, lebih tepatnya di bulan
Maret, tanggal 21.

83
Harmonisasi
Karya: Saniah Rahayu

Merdunya alunan melodi


Merupakan manifestasi
Dari yang telah disampaikan oleh afeksi
Perwujudan dari sebuah indurasmi
Yang membawa cahaya ke dalam nurani

Ini merupakan sebuah terminasi


Yang membawa harmonisasi
Bagai rinai yang datang ke belahan bumi
Kala matahari tak menapaki diri
Nabastala di penuhi nyanyian sunyi

Harmonisasi
Peranan penting dalam diri
Bagai tirta yang mengalir dengan sendiri
Membangkitkan sebuah memori
Memori yang mesti dilupakan oleh seorang diri
Tentang melupakan arti perjuangan sanubari

Ini mungkin hanya sebuah harmonisasi


Yang bisa diubah atau pun diganti
Bahkan harmonisasi hati pun bisa diganti
Dengan yang lebih baik, jika bisa mencari
Harmonisasi hati yang tak dapat di pungkiri
Tasikmalaya, 9 Agustus 2019
Tentang Penulis
Saniah Rahayu bisa dipanggil Saniah. Hobi membaca, paling suka
membaca novel bergenre romantis, komedi, dan petualangan. Alamat
lengkap Kampung Baru Citeureup, Desa Sukapada, Kecamatan
Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Dilahirkan
di Tasikmalaya pada tanggal 17 Juni 2002, sekarang berumur 17 tahun.
Sekolah di SMA Negeri 1 Ciawi.

84
Engkaulah Yang Tersayang
Karya: Sivia Angelika Cahyadi

Kesendirian bertabur bintang


Menatap bulan penuh bimbang
Di balik awan tertutup ladang
Di atas bumi terus begadang

Kalut asa dalam bimbang


Kemelut hati tiada berimbang
Meski kata telah terdendang
Namun fakta terus menentang

Ketika tangan mulai terentang


Kaki ini ikut menendang
Rasa itu tinggallah gendang
Bertabu ria sekedar lambang

Jari jemari terasa kejang


Jeruji hati semakin terpajang
Meski diri telah telanjang
Hasrat itu tataplah lajang

Mata ini mampu memandang


Mulut ini sulit berbincang
Kaku gerak serasa pincang
Rasa di dada kian mengguncang

85
Senyum ini terasa sumbang
Pendamkan rasa dalam gelombang
Badai datang terus menghadang
Semua itu kan slalu dikenang

Cinta itu telah merajut benang


Rindu itu berbunga senang
Meski rasa selalu terkekang
Mungkin kita bukanlah sepasang

Saat suka engkau melayang


Saat duka engkau terbayang
Meski aku bukanlah abang
Namun engkaulah yang tersayang

Hati ini bukan keranjang


Kala tangis mulai berkumandang
Rintih nasib saat sembahyang
Menanti takdir datang menjelang
Sebelum nafas mengerang
Persiapkan diri untuk berdendang

Tentang Penulis
Sivia Angelika Cahyadi dan biasa di panggil Silvia. Saya lahir di
Ponorogo 17 November 2001. No telepon saya 087750978474. Saat
kelas 1 saya bersekolah di SMA Gloria 2 Surabaya lalu kelas 2 hingga
sekarang saya bersekolah di SMI School Surabaya. Hobi saya menulis
cerpen dan puisi serta pernah mendapatkan 70 penulis puisi terbaik
tingkat nasional, dan lomba puisi tingkat nasional mendapatkan 20
penulis terbaik dan lomba menulis cerita anak tingkat nasional saat
duduk di bangku SD, selain itu juga saya hobi memasak dan make up.

86
Berpaling
Karya: Silvina Adelia

Temaram rasanya begitu kelabu


Saat yang kumiliki tak bertumpu
Mulai berputar pada masa lalu
Tak lagi fokus pada titik pusat yaitu aku

Pikirmu sering kali terngiang


Dengan sejuta masa lalu yang masih terkenang
Seperti kubangan yang menggenang
Terjebak lumpur dalam satu ruang

Bertahan tak akan kuasa


Melepas belum tentu rela
Semua selalu berjalan semestinya
Seperti melupakan kenangan yang terjadi sebelumnya

Saat ini, kakiku masih tetap berdiri


Menahan gejolak hati yang tiada henti
Berusaha mengabaikan apa yang terjadi
Saat yang kumiliki tak lagi menahan hati
Tentang Penulis
Silvina Adelia. Kelas 10 IPA 1. Sekolah di SMA Swadipha 1 Natar.
Alamat di Lampung Selatan, kec. Natar, desa Haduyang, Padmosari 2,
gg. Anggrek. Cita-cita menjadi seorang penulis profesional. Hobi
menulis puisi, cerpen juga futsal. Akun Instagram @silvi.hime,
Facebook @Silvina Adelia, Email : silvinaadelia6969@gmail.com,
nomor whatsapp : 0895410996040.

87
Setulus Cinta Ibu
Karya: Sindi Nurmaidah

Sayangmu
Cinta kasihmu
Perhatianmu
Selalu kau berikan padaku

Senyum tulusmu selalu terbit di wajahmu


Walau ku tahu,kau Lelah menghadapiku
Namun kau selalu sabar menghadapiku
Dengan belain lembutmu,membelai rambutku

Kasihnya tuus sejati


Berdasar dalam hati
Kasihnya suci kekal abadi
kekal daam hati

Oh Ibu...
Suaramu menyejukkan kalbu
Dekapanmu menenangkan hatiku
Ketuusan cintamu selalu membuatku Rindu akan dirimu,
Ibu
Kaulah Surgaku

Tentang Penulis
Sindi Nurmaidah, Sumedang, 07 Oktober 2003. Menetap di
Dsn.Panteunen RT 01/RW 07 Ds. Licin Kec.Cimalaka, Kab. Sumedang
Prov. Jawa Barat. Salah satu pelajar MAN 1 Sumedang.

88
Tempat Pelarian
Karya: Siti Sunarsih Ef Fendy

Riuh tengkar rengsa sukma


Bising celoteh lengking telinga
Diri terpojok meratap menganga
Orang tua lupa buah hati tercinta

Ingin lari sejauh tuju retina


Menjarang dari rumah nestapa
Tidak sanggup teguh pada nelangsa
Sabar gradual luruh dirongrong masa

Sekolah jadi pelarian


Gejolak rasa termuntahkan
Gelagak gebyar ketentraman
Berkelakar bergelak dengan teman

Betah suah kepalang


Diri tolak untuk pulang
Kembali ke rumah malang
Tempat semua asaku hilang

Tentang Penulis
Siti Sunarsih Ef Fendy, lahir dan menetap di Bondowoso
Alumni Pp. Annuqayah, guluk-guluk, Sumenep
Dan sekarang menjadi mahasiswa FTIK prodi MPI di IAIN jember
Aktif di Raung Teater Bondowoso, kepenulisan sastra dan penggiat
naskah teater.

89
Hanya Ada Aku
Karya: Siti Ulpa Adawiyah

Rintik, kulihat manik-manik mata sendu


Berpeluh dengan air mata pilu
Berserah, agar terasa pasrah
Walau hati lelah hiasi gelisah

Malam, menatap lara pada tiap sudut kota


Melawan pada secarik kata bahagia
Menatap kecewa pada jiwa yang meradang
Menutup diri akan hadirnya bintang

Gelap, mengapa hanya kau yang tercipta?


Hingga siang pun aku rasa duka
Bukankah bumi ini masih berputar?
Namun, mengapa semua terasa hambar?

Lagi-lagi sama
Hanya ada aku dan diriku
Semua bagai patung, tidak membantu

Tentang Penulis
Siti Ulpa Adawiyah, lahir di Sukabumi 17 januari 1999. Bercita-cita
sebagai guru agama sekaligus penulis puisi dan novel. Setelah dua tahun
bekerja di Negeri Jiran Malaysia, akhirnya ia memutuskan pulang dan
melanjutkan belajar disalahsatu stai di Sukabumi.

90
Melodi Kematian
Karya: Sonang Martua Ambarita

Hatiku hancur berkeping-keping


Hidupku sirna secara tak pasti
Jiwaku tak lagi hidup sejak kala itu
Saat dia pergi dikala senja

Dikau... malaikat pencabut nyawa


Secepat inikah kau membawanya pergi
Tidakkah kau tahu sakitnya kehilangan
Yang terus menyiksa di kala sunyi

Bantulah aku melepas keresahan


Ambillah, napasku secara perlahan
Biarkan aku pergi dengan kelegaan
Jangan lagi siksa diriku dengan sejuta luka

Ikhlas... diriku melepas semua


Biarlah mereka, menangisi kepergianku nanti
Biarlah mereka, merasakan sakit
Yang selaluku pendam sepanjang malam

Tentang Penulis
Sonang Martua Ambarita kelahiran Medan, 19 November 1998.
Tinggal di kota Batam sejak tahun 2016. Hobi membaca dan juga
menulis puisi, cerpen dan juga novel. Punya keinginan untuk
menerbitkan buku sendiri.

91
Sajadah Cinta
Karya: Sri Ayuwandira

Saban tahajud kumerayu Tuhan


Sarayu malam dan air sembahyang penyejuk jiwa
Sujud di atas sejadah kalbu menyebut nama-Mu
Semoga aku dan kamu palawa di penghujung doa

Ribuan lintang bagaikan asmaraloka


Baswara indah dan palapa
Nabastala bersama gugusan bintang-bintang
Sedangkan aku bersama untaian doa-doa

Mengungkapkan rasa hanya di atas sajadah


Padamu aku hanya memilih diam segala usahaku memendam rasa
Sebab mampuku hanya menerjemahkan rindu lewat doa-doa
Dan juga kehebatanku hanya menantimu

Sajadah cinta adalah saksi bisu cinta kita


Aku akan menunggu seraya memperbaiki diri
Supaya pantas dan layak untuk kau miliki
Semoga inginku dan inginmu dijabah Tuhan

Puisi ini kupersembahkan untuk almarhum kekasihku:


Anwar Ahmad

Tentang Penulis
Sri Ayuwandira, Hobi menenun rasa menjadi kata. Aku adalah si
introvert yang romantis dan si melankolis yang takut sendirian. Sensitif
dan mudah tersinggung tetapi sisi positifnya adalah mudah peka. Jejak
aku bisa dilacak di akun instagram @Yayu_99.

92
Kepingan Hati
Karya: Suherman Komara,S.Pd.SD

Malam menggulung senja


Di antara kepak sayap kelelawar
Yang menari gemulai di altar cakrawala
Menghanyutkan deretan mimpi yang terkapar

Aku mengintipmu dari lorong hati yang berdebar


Di balik tirai jendela sebuah kamar
Mengenangmu dalam buaian angan
Bersama waktu yang terus berjalan

Ijinkanku berhenti di sudut kisah ini


Agar waktu tak membawaku jauh darimu
Agar hati tak lagi lelah berlari
Mengejarmu tanpa arah bayangmu

Aku tak mau sendiri


Bergumul dalam galau bayangmu
Aku ingin bersamamu
Menyatukan kepingan hati ini
Bandung Barat,30 Juni 2019

Tentang Penulis
Suherman Komara,S.Pd.SD lahir di Kabupaten Bandung pada tanggal
16 Oktober 1966, senang dengan dunia kepenulisan dan aktif mengajar
di Sekolah Dasar Negeri 1 Ciraja,UPT Pendidikan SD dan PAUDNI
Kecamatan Cipeundeuy Kabupaten Bandung Barat.

93
Gundah Kurasa
Karya: Surya Darma, S.Pd.I

Aku tak mengerti bagaimana bisa terjadi


Yang aku rasakan, sangat menggelisakan hati ini
Pikiran semakin menjerit kencang
Apakah yang harus kuperbuat?

Dilema rasa ini, sangat menyiksaku


Mulai membuatku semakin tak nyaman
Kenapa harus terjadi di kehidupanku?
Menangis dalam diam aku lalui

Kepada siapa aku mengaduh?


Aku ingin sekali keluar dari rasa ini
Tak ingin kembalikan rasa yang kelam itu
Harapanku pada-Mu agar aku diberi kesabaran

Memang aku rasakan ada yang lain


Semenjak aku tinggal di sini
Suasana menjadi tak karuan
Berharap tempat yang baru bisa merubah ini semua
Tentang Penulis
Surya Darma, S.Pd.I, saya tinggal di Medan. Tepatnya di Jl. Purwosari
Lingk. XI Pulo Brayan Bengkel Medan. Kegiatan sekarang, bekerja
sebagai pegawai swasta di salah satu Yayasan Sosial di Tanjung
Morawa Deli Serdang. Bekerja sudah 2 setengah tahun lebih.
Alhamdulilah telah selesai mendapatkan gelar S1 di STAI As-Sunnah

94
Bebas Kebablasan
Karya: Talitha Utami

Demokrasi mungkin sudah tak asing lagi


Setiap orang berteriak menghakimi yang lain
Mereka berselimutkan kedok demokrasi
Memaksakan kehendak diri di balik kebebasan

Kadang yang tak benar-benar mengerti


Ikut berkoar di bawah panasnya matahari
Ikut bercuit di ranah media online
Ikut menggunjing menyebar hoaks

Di mana demokrasi yang sesungguhnya?


Apakah yang ikut mencampuri urusan orang?
Atau bahkan sampai menyerang pribadi?
Sadar! Sadar! bukan seperti itu caranya

Sampaikan kritik dengan data dan dasar


Berkomentar dengan santun terpelajar
Beri solusi jangan hanya banyak bicara
Pikirkan orang banyak bukan turuti ingin diri

Berpikir saat membaca, bijaklah saat berbuat


Riset sebelum berkata, jangan sampai kita kebablasan
Jakarta, 15 Juli 2019
Tentang Penulis
Talitha Utami, lahir tanggal 8 Mei 1998. Mahasiswi akuntansi di
Universitas Trilogi Jakarta, Menulis sejak kecil. Sudah menerbitkan 1
buku antologi puisi berjudul “Petikan Hati”, dan berhasil mendirikan
komunitas sastra “Kuncup Imajinatif Club” 1 November 2018.

95
Batas
Karya: Tantri Setiawati

Mataku terbatas menyaksikan senyummu


Sebab nanti ada kedip
Menjedaku menerka hangatmu

Jarak panjang pun terlampau lebar


Menumbuhkan debar menunggu kabar
Sebab yang dinanti hati
Tetaplah ragamu yang tertanam abadi

Tatapanku lantas menelaah masuk ke dalam ingin


Menerka-nerka hadirmu dari balik hening

Meski luka,
Aku tak akan mengutuk jarak dengan murka
Biar saja
Biar ia tetap menjadi penguat rasa
Tentang keyakinan dalam dada

Tentang Penulis
Tantri Setiawati seseorang pelajar kelahiran Bandung 31 Januari 2003
ini, merupakan seseorang yang terlanjur mencintai dunia literasi
terutama puisi, sebab ia merasa bahwa buku dan pena adalah teman setia
di kala ia sedang ingin bercerita, ia bersekolah di MAN 1 kota
Tasikmalaya tepatnya di kota kelahiran ayahnya. Ia memiliki mimpi,
dan berharap bahwa karyanya bisa dinikmati banyak orang, tetapi tidak
hanya dinikmati, tetapi juga harus bisa menggerakkan dan juga tidak
hanya sebatas menggetarkan.

96
Bersama Hujan
Karya : Ufriza Maghbullah Noveriyanti

Elemen udara ramai berlalu lalang


Langit kelabu sedang bertamu
Angin berhembus tenang
Menyapa daun-daun semu

Tetes demi tetes gugur ke bumi


Memberi kehidupan
Membawa aroma kesejukan
Tersenyum penghuni bumi

Dingin membasuh paras


Memberi kenyamanan
Menaklukkan hal buas
Kisah lugu menjadi lamunan

Menari di antara hujan


Terpancar paras baru
Dewasa berubah lugu
Ketika hujan turun

Lamongan, 5 Juli 2019

Tentang Penulis
Ufriza Maghbullah Noveriyanti, kelahiran Lamongan, 18 November
2002. Beralmat di Plaosan, Babat-Lamongan
Email : Ufrizanoverianti@gmail.com
No. Wa : +62 857-4633-5984

97
Derita Si Kecil
Karya: Ulfa Almuhith

Terdiam pada luka yang menganga


Dalam sudut ruang gelap penuh sesak
Seketika ia merintih pilu
Menangis tersiksa dalam sendu

Pada malam tanpa sinar


Sakit menguak seakan ingin pergi
Antara hidup dan mati
Kini kunikmati sendiri

Sakit sungguh sakit


Perih bak tertusuk pisau
Sungguh lemah tak berdaya
Dalam lelap bayang-bayang kematian

Akankah sang waktu menjemput


Lalu, kutinggalkan dunia bersama raga
Hanya tangis dan doa
Kuserahkan pada Sang Maha Kuasa

Tentang Penulis
Ulfa Almuhith dengan Nama Penanya Goresan Pentam UF. Lahir di
Majalengka, 06 Juli 1997. Anak kedua dari tiga bersaudara. Hobi dalam
membaca, menulis, dan bermusik. Cita-citanya sukses dalam segala
bidang, termasuk karya sastra dan menjadi motivasi anak bangsa. Motto
hidup kejar sebelum dapat. Diam setelah jaya.

98
Rintihan Rindu
Karya: Viga Sagitarisma

Ketika cahaya matahari mulai memerah


Tampak keanggunan bunga-bunga yang merekah
Di balik senyumanmu yang tampak indah
Sebagai peneduh bagi jiwa yang lelah

Kicauan burung di pagi hari


Tampak selaras penuh harmoni
Menciptakan bait-bait puisi
Yang menguras rasa dan emosi

Hanya air mata sebagai pengobat luka


Di saat hati tak kuasa menahan sakitnya rasa
Mungkin hanya diam sebagai pengobat rindu
Saat dada terasa sesak dan pilu

Bintang akan selalu tetap bersinar


Menguatkan jiwa-jiwa yang tegar
Bintang pun bercahaya digelapnya malam
Menguatkan jiwa-jiwa yang sedang temaram
Kertosono, 15 Juli 2019

Tentang Penulis
Viga Sagitarisma. Saya lahir di Nganjuk,04 Desember 2000. Hobi saya
adalah membaca, menulis dan mendengarkan musik. Aktif dalam
berbagai lomba menulis dan pernah menjadi kontributor dalam buku
cerpen dan puisi.

99
Berpunggung Malang
Karya: Wahyuni Firma Aulia

Menerik, membuat sengit di dahi


Tanah membalik takut legam
Sedang bepacul kian menghantam

Memakan asin sendiri


Saking menghujan peluh diri
Berhenti diharami
Hendak memborong selesai hari

Mari, bertualang ketulang berpunggung malang

Kulit legam
Panas tak pernah padam
Berbecak putih, menambah kesan gigih

Sepulang membawa petang, genggaman behelai uang


Tungku mulai berasap, agar malam tidak tengkurap
Pasar Bukit, 26 Juni 2019
Tentang Penulis
Wahyuni Firma Aulia, kelahiran Pasar Bukit 28 Agustus 2000.
Bertempat tinggal di suatu kampung kecil bernama Pasar Bukit yang
terletak di Kec.Linggo Sari Baganti Kab. Pesisir Selatan Prov. Sumatera
Barat dan sekarang mahasiswa Poltekkes Kemenkes Padang. Anggota
Dapur Sastra Jakarta (DSJ), Sastra Bumi Mandeh (SBM), Karya
dipublikasikan di media online serta antologi bersama : Ramadhan
(2018), Sebuah Cerita Tentang Sepi (2018) dan A Skayful Of Rain
Banjarbaru‟s Rainy Day Literary Festival (2018).

100
Ghibah dan Hoax
Karya: Yozola Fitriani

Ketika dinding bertelinga


Murai mulai berkicau mengelana
Dahan demi dahan ia sambangi
Tuk berbagi kisah yang belum tahu pasti
Duhai nyanyian sang murai
Tambah kurang, bukan lagi soal matematika
Benar salah menjadi buram
Timbul fitnah hingga samarkan rasa
Lisan
Tak bisakah engkau bijak dalam tutur?
Tak bertulang bukan berarti bebas lentur
Ghibah...hoax
Ingat Tuhan dalam detikmu

Tentang Penulis
Yozola Fitriani, dipanggil dengan nama pena Kaki Mungil.
Berkewarganegaraan Indonesia dan tinggal di Padang, Sumatera Barat.
Si melankolis yang terkadang titik-titik. Punya hobi menggambar,
membaca, menulis, dan diskusi. Ikut serta meramaikan instagram
berakun @yozfit dan facebook Yozola Fitriani.

101
Suara Kicauan Burung Di
Malam Hari
Karya: Zannuba Shofiyanah

Kau dengar suara kicauan burung di malam hari


Nampak sangat burung sedang
Bertengger di atas daun-daun
Yang mulai layu
Dengan gembiranya mereka
Menyambut datangnya
Sang mentari dari timur
Bergores alunan melodi
Penuh irama menyusuri
Jalan setapak penuh makna

Tentang Penulis
Zannuba Shofiyanah. Saya dilahirkan di kota Pasuruan tepatnya pada
tanggal 28 Januari 2002. Saya mempunyai satu adik laki- laki. Dan saya
termasuk anak pertama dari dua bersaudara. Saya kini tinggal di daerah
Gempol tepatnya di dusun Kaliondo desa Winong.

102
Sebuah kenang untuk
hatimu yang lupa
Karya: Zull Shakespeare

Rilifah, kutitipkan puisi ini


Karena hatimu begitu luhur dan mampu menerima apa yang orang lain
tak mampu melakukannya. Aku menunggu balasanmu:
dahlanahmad2943@gmail.com

Telah kupetik ribuan bintang


Telah kusemai ribuan kembang
Telah kugapai ribuan mimpi
Telah kuurai sudut-sudut sunyi

Tapi tetap saja tak mampu


Mengembalikan kebahagiaan saat-saat pertama aku menemukan
bola matamu yang indah
Ternyata tanpa dirimu, kebahagian takkan pernah terasa cukup

Rilifah, wanita pemarah kesayanganku


Berilah aku ruang untuk menemani malam-malammu
Membangun kembali mimpi yang sempat melekat di jiwa
Perasaan dan cinta yang kita yakini takkan pernah habis
sepanjang masa

Tentang Penulis
Zull Shakespeare, sudah bertahan hidup 21 tahun di Bumi.

103

Anda mungkin juga menyukai