Anda di halaman 1dari 7

1

2
Hai, saya Ester Lianawati, penulis buku ADA SERIGALA BETINA DALAM DIRI
SETIAP PEREMPUAN, Psikologi Feminis Untuk Meretas Patriarki.

Saya psikolog dan peneliti, saya menetap di Prancis sudah 8 tahun ini. Sebagai
psikolog, saya memberikan pendampingan terhadap perempuan korban kdrt,
perempuan migran, dan pasangan-pasangan dengan isu ketidaksetiaan. Sebagai
peneliti, dengan beberapa kawan di Prancis, kami mengelola lembaga Hypatia,
pusat penelitian psikologi dan feminisme.

Selama ini kita di Indonesia selalu merujuk pada literatur-literatur berbahasa


Inggris karena kurang punya akses untuk bahasa-bahasa lain. Saya mendapati
karena keterbatasan akses pada literatur dalam bahasa-bahasa asing lainnya ini,
ada informasi yang kurang lengkap, ataupun karena kita tidak mengacu
langsung kepada bahasa aslinya, sering ada ketidakakuratan dalam
penyampaian gagasan si pemikir/penulis. Mulai dari yang paling dasar misalnya
mengenai asal usul istilah feminisme, sampai yang lebih konseptual seperti
pemikiran-pemikirannya Simone de Beauvoir.

Semoga saja, dari literatur-literatur berbahasa Prancis ini kami dapat


memberikan sedikit sumbangan khususnya dalam domain psikologi dan
feminisme.

Buku Ada Serigala Betina ini sendiri memuat cukup banyak pemikiran-pemikiran
psikologi dan feminisme dari Prancis, mulai dari yang klasik seperti Simone de
Beauvoir sampai dengan Mona Chollet yang bukunya tentang kekuatan penyihir
sedang banyak dibicarakan. Tidak ketinggalan pula perkembangan
neuropsikologi feminis, yang bicara mengenai otak dan ideologi gender, dan juga
kecantikan perempuan menurut feminisme fenomenologis, yang kembali
muncul di Prancis belakangan ini.

Bisa dibilang buku ini adalah sumbangan lembaga Hypatia yang pertama kali
secara resmi untuk publik Indonesia. Dan untuk ini, kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada Rifai Asyhari yang mengusulkan penerbitan buku ini dan EA
Books yang telah menerbitkan buku ini.

Mengenai buku Ada Serigala Betina ini, jika kita perhatikan dari judulnya yang
panjang ini, ada dua bagian besar dalam buku ini (meski buku ini sendiri
tersusun dalam 3 bab).

Pertama adalah mengenai psikologi feminis itu sendiri, sejarah kemunculan dan
perkembangannya, sampai dengan penelitian-penelitian yang terkini. Saya akan
sangat senang jika mahasiswa/i psikologi mau membaca buku ini karena setahu
saya, psikologi feminis hampir tidak pernah diberikan dalam materi perkuliahan
umum di fakultas-fakultas psikologi.

3
Kalian yang mempelajari sejarah feminisme juga mengapa tidak membaca
buku ini karena perkembangan psikologi feminis dipengaruhi oleh
perkembangan gerakan feminis pada zamannya, dan sebaliknya perjuangan
kelompok perempuan juga banyak dipengaruhi oleh hasil-hasil penelitian
psikologi feminis.

Bagian kedua buku adalah mengenai psike (jiwa) perempuan, yang terbagi
dalam dua bab. Bagian kedua ini berpijak dari pengalaman-pengalaman
perempuan, yang saya padukan dengan teori-teori psikologi dan feminisme.

Bagian kedua ini bisa dibilang adalah jiwa dari buku ini. Sebenarnya bermula dari
pengalaman-pengalaman perempuan korban kekerasan pasangan, yang saya
temui baik di Indonesia maupun Prancis. Aspek-aspek struktural seperti
ketergantungan ekonomi, anak-anak, nama baik, dll, memang dapat menjadi
faktor yang menahan perempuan untuk tetap bertahan dalam hubungan
kekerasan atau hubungan lain yang tidak sehat.

Tetapi pertanyaannya mengapa ada di antara perempuan-perempuan ini yang


akhirnya berani meninggalkan pelaku? Sebaliknya, mengapa ada perempuan-
perempuan yang mandiri secara ekonomi, tidak punya anak, tetapi tidak berani
meninggalkan pelaku?

Di sinilah saya melihat bahwa tanpa mengabaikan aspek-aspek struktural tadi,


ada faktor psikologis yang lebih mendasar, yang menjadi pembeda, antara
mereka yang tidak berani keluar dari relasi ini, dengan mereka yang berani
mengambil keputusan untuk pergi.

Kecenderungan sebagian feminis, termasuk saya, pada awal-awal


pendampingan, adalah karena khawatir menyalahkan korban, kita enggan
melihat lebih jauh ke dalam jiwa korban, untuk mengakui bahwa ada sesuatu
dalam diri korban yang harus diselidiki, untuk kemudian ditangani.

Jika penyelidikan ke dalam jiwa ini tidak dilakukan, sekalipun mungkin nanti
mereka akan meninggalkan pelaku atau ditinggalkan pelaku karena pelaku
sudah punya calon korban lain, mereka akan kembali terjebak dalam hubungan
baru dengan pelaku lain.

Melihat, mempertanyakan, menyelidiki jiwa, bagian terdalam dari korban, sama


sekali tidak bertujuan untuk menyalahkan korban, tetapi untuk membantunya
mengenali dan menemukan diri sebelum akhirnya mencintai diri, yang akan
sangat penting untuk korban dapat keluar dari relasi yang tidak sehat, dan untuk
menjalin hubungan yang lebih sehat kelak.

Tentu buku ini tidak hanya berpijak pada pengalaman korban kekerasan.
Penyelidikan diri itu sendiri tidak hanya perlu dilakukan oleh perempuan korban

4
tetapi juga oleh setiap perempuan. Hanya saja momennya mungkin tidak sama
pada masing-masing orang.

Saya pribadi, baru melakukannya setelah kehadiran putri pertama. Saya tidak
bisa menjelaskan panjang lebar dalam video ini, yang pasti saat itu saya merasa
tertekan oleh tuntutan masyarakat Prancis mengenai peran seorang ibu.

Seperti yang saya tuliskan dalam kata pengantar buku saya, penyelidikan diri ini
memang tidak mudah. Rasanya memalukan, sangat tidak nyaman, bahkan
menyakitkan, ketika saya melihat dalam diri saya dan menemukan kelemahan-
kelemahan saya, kenaifan-kenaifan saya. Saya merasa diri saya ini sangat bodoh
telah begitu naif, telah melakukan banyak kesalahan. Tapi justru setelah saya
menemukan dan mengenali diri saya, saya menemukan kekuatan.

Sejak itu justru saya bisa menjadi diri saya sendiri, berani mengambil keputusan,
tidak lagi bersembunyi dalam ketakutan-ketakutan saya, tidak lagi tercengkeram
oleh ide-ide ingin menjadi anak, istri, ibu, atau perempuan yang sempurna, dsb.
Dan rasanya saya begitu lega, begitu damai, begitu bebas.

Dari pengalaman penyelidikan diri perempuan-perempuan yang saya dampingi,


yang berani keluar dari relasi toksik, penuh kekerasan, dari suami yang gemar
berselingkuh, dari laki-laki yang sudah beristri, dari pacar yang mengancam dan
menghina karena ia sudah tidak perawan, perempuan-perempuan yang tidak
asal menerima dijodohkan meski tuntutan keluarga sangat menekan untuk ia
menikah, dan ragam pengalaman perempuan lainnya, dan juga dari
penyelidikan diri saya sendiri, tulisan-tulisan pada bagian kedua mengenai jiwa
perempuan ini lahir.

Dengan tulisan utama yang kami angkat sebagai judul adalah Ada Serigala
Betina Dalam Diri Setiap Perempuan. Karena memang setiap perempuan pada
dasarnya punya kekuatan serigala betina ini. Apa saja kekuatan perempuan
sebagai serigala betina, temukan dalam buku ini.

Dan akhir kata, izinkan saya si psikolog yang pernah jadi perempuan naif ini,
yang pernah punya kompleks, yang pernah terkungkung dalam nilai-nilai
patriarkis ini untuk menyampaikan pesan ini :

Jikalau saat ini kamu terjebak dalam masalah yang sama, selalu jatuh cinta pada
orang yang salah, selalu gagal, jika kamu merasa tidak tidak percaya diri, merasa
dirimu tidak berharga, jika saat ini kamu mengalami relasi kekerasan, dalam
hubungan toksik yang menguras habis energimu….

Ambillah waktu untuk benar-benar bertanya pada dirimu, apa yang sebenarnya
membawa kamu sampai masuk ke dalam relasi yang tidak sehat ini, apa
kelemahan-kelemahanmu yang membuatmu merasa tidak bisa keluar dari

5
masalah yang sedang kamu hadapi, apa yang kamu takutkan sehingga kamu
lebih memilih berada dalam zona aman ini, apa yang sebenarnya ingin kamu
lakukan tetapi kamu tidak berani lakukan ?

Dan jika saat ini kamu merasa benar-benar sedang ada di titik terendah dalam
hidup kamu, kamu dicekam ketakutan, rasa bersalah, kepahitan, kesedihan,
merasa terkekang, dikendalikan, tidak berdaya, dan putus asa, tertekan, ingin
memberontak, tetapi tidak berani, sebenarnya serigala betina dalam dirimu
sedang melolong. Dengarkan lolongannya, selidiki dirimu, dan temukan
kekuatan serigala betina yang ada dalam dirimu.

Dan bukan tidak mungkin, kamu akan menemukan kekuatan ekstra, kekuatan si
penyihir. Karena perempuan lajang, janda, perempuan yang tidak punya anak,
perempuan yang sudah semakin bertambah usia, yang berkerut dan beruban,
dan siapa pun yang merasa atau yang dianggap aneh, tidak normal karena
menjalani kehidupan yang berbeda dari standar masyarakat, kamu adalah cicit-
cicit penyihir-penyihir yang selamat dari perburuan penyihir, dan kamu adalah
ikon feminis abad 21.

Selamat membaca buku ini, selamat menyelidiki dirimu, dan bersiaplah


menemukan kekuatan pembebas jiwa. Terima kasih.

Dapatkan buku ini di sini atau di reseller-reseller terdekat di kotamu. Tersedia


pula di market place : tokopedia, shopee, bukalapak.

Anda mungkin juga menyukai