Anda di halaman 1dari 32

IKHLAS

ITU
ADALAH?
BY PANJI RAMDANA

- Ikhlas itu Adalah? -

Penulis:
Panji Ramdana

Lay Out & Desain Sampul :


Panji Ramdana

Editor :
Panji Ramdana

Diterbitkan oleh :
MDP MEDIA
Soreang, Kab. Bandung.

‫الحمد لله وكفى والصالة والسالم علىالرسول‬


‫المصطفى وعلىآله وصحبه و من‬
‫تبعهم بحسان الىيوم الدين آم بعد‬

Alhamdulillah, telah selesai proses


penyusunan e-book ini atas pertolongan
dan anugerah dari Allah Azza wa Jalla.
Tidak ada kata yang layak kita ucapkan
selain bersyukur kepada Allah Azza
wa Jalla, atas segala nikmat yang telah
dikaruniakan oleh-Nya kepada kita
semua yang ada di sini.

IKHLAS
ITU
ADALAH?
IKHLAS ADALAH TENTANG KETENANGAN.

Tulisan ini berada di buku:


Agar Hatiku Menjadi Ikhlas
Bab 26 (Hati yang Tenang)

Buku ini terdiri dari 41 bab.


Bab 26

Hati yang Tenang

D i satu sore yang dingin, kamu


melihat sepasang suami istri yang
b a r u m e n i k a h s e d a n g m e l a ku k a n
perjalanan pertamanya dengan
menggunakan motor supranya, ke
duanya saling tersenyum ramah, sesekali
pula perut si suami dicubitnya dengan
gemas. Dan di sebelah motor itu kamu
melihat sepasang suami istri yang lain,
menggunakan mobil yang berkelas,
dengan sopir gagah di depannya.

Jika kamu harus menilai, siapa dari


mereka yang paling bahagia? Yang naik
motor? Atau yang naik mobil?

Sayang, kenyataannya tidak berkata


demikian, tepat di persimpangan jalan
dua pasang suami istri itu berhenti,
karena biasanya di jalan ini macet
sangatlah tidak masuk akal. Mereka yang
di motor tetap berbincang-bincang tanpa
lelah, dan mereka yang berada di mobil
tetap menatap layar handphonenya.

Pesan masuk! Istri yang berada di


mobil bergegas membuka pesan itu, dan
kamu tahu apa isi pesannya? Pesan itu
berasal dari orang suruhan yang sedang
membututi suaminya, padahal bukannya
suaminya berada di sebelahnya?


Benar saja, rupanya suaminya sudah


berselingkuh dengan wanita lain, foto
yang berada di pesan itu telah
membuktikan kebenarannya. Teduh di
bawah baja yang ringan, di tengah
sejuknya AC yang dingin, alunan merdu
dari TV, dan duduk di kursi yang empuk,
tapi hatinya? Tidak.

Mana yang paling berbahagia dari


m e re k a? K i t a s e p a k a t p a s t i a k a n
menjawab mereka yang berada di atas
motor lah yang lebih berbahagia, dengan
atap yang kosong, tanpa penutup buatan,
angin menderu yang langsung
menghunus dada, dan jok yang seadanya,
tapi mata dan telinganya? Membawa
pikiran yang membuat perasaan bahagia
dan tenang, sungguh nyaman, terlebih
mereka baru saja menikah.


Bukan, bukan materi yang membuat


kita bahagia, jika hati tidak tenang?
Semua materi itu niscaya tidak ada
gunanya. Dan ketika hati itu tenang?
Tidak ada materi pun tetap saja dia akan
bahagia.

Materi tidak ada hubungannya


dengan ketenangan, tapi kenapa banyak
orang yang selalu mengejar materi?
Dengan alasan agar membuat hati kita
tenang? Susah payah bangun pagi pulang
malam. Apakah benar dia tenang? Atau?
Itu hanya sebuah alasan yang menutup
manipulasi dalam diri?


Kalaulah kita memahami lebih dalam


lagi, kunci ketenangan bukanlah itu
semua, bukan juga jika kita sedang tidak
ada masalah, bukan juga kita punya uang
yang banyak, atau banyak anak, banyak
mobil, banyak rumah, bukan! Ketenangan
juga bukan pada waktu luangnya kita,
bukan juga pada sehatnya kita, karena
kunci ketenangan? Itu letaknya di hati,
atas pikiran yang selalu murni karena
Allah, dengan dzikir yang sebagai pintu
pembukanya, karena ketenangan itu?
Adalah berdzikir, mengingat Allah.

“Ingatlah, hanya dengan


mengingat Allah, hati menjadi
tentram.” (Q.S Ar-Ra’du:28).



Ingin baca bab yang lain?

Kamu bisa temukan selengkapnya di buku


Agar Hatiku Menjadi Ikhlas

Ada 41 Bab di buku Agar Hatiku Menjadi Ikhlas

Bab 27

Murnikan Pikiran Kita

K
ini, kita masuk ke pembahasan tentang
ikhlas. Sekali lagi aku katakan, ikhlas
bukan hanya tentang menerima apa
yang telah terjadi, ikhlas lebih jauh daripada itu
semua, ikhlas adalah tentang kita yang tetap
melangkah sekali pun perih, dan semuanya
diniatkan murni hanya untuk mencari
keridhaan Allah semata.
Ada sebuah kisah nyata yang mudah-
mudahan kita semua bisa mengambil manfaat
di dalamnya, dan inilah kisahnya:
Ini masih tentang suami istri, karena
memang di sinilah banyaknya ujian akan
tercipta. Sepasang suami istri yang sudah
menikah lama, dan di titik itu hadirlah kabar
yang membuat istrinya resah.
Suaminya akan menikah lagi? Sampai-
sampai calon dari suaminya pun akan
mendatanginya?




Wanita, pastilah pertama kali akan


merasakan sakit jika mendengar kabar itu,
terlebih ketika tahu pantas saja kini kadar cinta
suaminya padanya menjadi turun, rupanya dia
akan menikah lagi dengan wanita lain. Tidak
ada yang bilang menikah lagi itu salah, itu
benar, namun tetap saja, apakah hatinya akan
kuat menerimanya?
Di sinilah hati kita diuji, apakah kita akan
terbawa emosi lalu berontak? Atau luangkan
waktu untuk berpikir sejenak, pikirkan tentang
hal apa yang bisa memberdayakan kita, marah
dan emosi bukanlah senjata penyelesai
masalah, justru bisa jadi itu adalah akar dari
masalah-masalah yang baru.
Kamu masih ingat kan? Kalau perasaan
itu tergantung dari cara pemaknaan pikiranmu
terhadap sebuah kejadian? Dan kamu tahu kira-
kira hal apa sih yang dipikirkan istri itu?
Hingga akhirnya saat itu dia memiliki perasaan
yang sangat baik dan hebat, sampai-sampai
perkataan dan perilakunya pun menjadi baik
jalannya. Saat dia bertemu dengan wanita itu,
dia berkata seperti ini kepadanya:



"Untuk apa aku marah? Bukankah nanti


kita akan menjadi saudara?" Perkataan yang
sangat indah, didengar langsung oleh wanita
yang akan dinikahi oleh suaminya. Tak ada
kemarahan, tak ada kesal yang tak berarti,
itulah hati, yang hadir atas keikhlasan.
Istrinya tetap melayani suaminya dengan
baik, dari menyiapkan makan, baju,
membereskan rumah, sampai ke hal lain pun
tetap dia lakukan, tidak ada yang berkurang,
padahal bisa saja seharusnya dia mogok untuk
melayani suaminya, tapi apa yang dia lakukan?
Tetap melayani suaminya dengan baik.
Dan, yang menjadikan dia bisa sehebat itu
adalah hal yang satu ini, satu hal yang benar-
benar bahwa inilah implementasi dari yang
namanya ikhlas, adalah murni, suci, semata-
mata hanya untuk Allah, tahu apa yang dia
pikirkan dan dia niatkan?



"Kini, aku melayani suamiku bukan lagi


karena suamiku, bukan lagi untuk
mendapatkan perhatian dari suamiku,
melainkan? Aku melakukan semua ini murni
hanya karena dan untuk Allah, semata."


Ingin baca bab yang lain?

Kamu bisa temukan selengkapnya di buku


Agar Hatiku Menjadi Ikhlas

Ada 41 Bab di buku Agar Hatiku Menjadi Ikhlas

Bab 28

Ketika Hati Telah Ikhlas

A
ku melakukan ini bukan karena dia
lagi.

Barangkali ini adalah teguran dari Allah.


Aku yang dulu terlalu mencintai suamiku,
bahkan bisa saja aku telah menuhankan
suamiku. Allah berikan teguran ini lewat dia
yang akan hadir di hari-hari suamiku kelak
nanti, dan kini aku benar-benar sudah ikhlas,
aku menerima semuanya, dan aku akan tetap
melayani suamiku, namun bedanya, bukan lagi
untuk suamiku aku melakukan ini, rupanya
dulu niatku salah, niatku hanya ingin
mendapatkan cinta dan perhatiannya saja, aku
lupa, aku lupa bahwa seharusnya aku
melakukan ini hanya untuk-Mu.

Kita introspeksi sejenak, tanya juga pada


diri kita, sebab barangkali secara tidak sadar
saat ini kita telah menuhankan sesuatu, kita
lupa bahwa seharusnya niat kita adalah untuk
Allah saja, bukan hanya untuk mendapatkan
perhatian dari orang itu, coba sejenak saja,
ingat-ingat lagi dengan hal apa saja yang
sedang kita lakukan sekarang, terutama jika
kamu sudah memiliki pasangan halalmu.
Sekarang kita kembali dulu ke kisah
sebelumnya, dan ini adalah akhir kisahnya,
karena tidak sampai di situ kisah itu berakhir.
Singkat cerita, saat itu setiap apa pun
yang dia lakukan untuk suaminya, maka dia
niatkan untuk wajah Allah, untuk mencari
ridha dari Allah. Tidak ada marah dan tidak ada
jengkel, karena benar-benar hatinya sudah
terpaut dengan Allah. Ini adalah hikmah, yang
pastinya akan selalu ada hikmah di setiap
kejadian walau pun rasanya itu tidak
mengenakan.



Hari-hari sudah berlalu, piring yang selalu


disajikan untuk suaminya pun sudah beberapa
kali dicuci, hati istri yang semakin ikhlas
menerima keadaan, dan hati istri yang semakin
ikhlas hanya mempersembahkan semua ini
untuk Allah.
Dan, keajaiban itu datang. Keajaiban
yang sebelumnya dia tidak pikirkan.
Suami yang dulu pernah mencintainya?
Kini telah ..... (Bersambung)

Temukan cerita selengkapnya di buku


Agar Hatiku Menjadi Ikhlas




PREORDER AKAN DIBUKA BESOK

SELASA 25 MEI 2021


Mulai Pukul 10.00 WIB

(Klik Link di Bio instagram untuk info preorder)




Nanti kita bertemu lagi.

Insya Allah :)


IKHLAS
ITU
ADALAH
BY PANJI RAMDANA

Anda mungkin juga menyukai