Anda di halaman 1dari 7

ARTIKEL FONOLOGI

MENGENAL 6 ORGAN DAN KERJA ARTIKULASI

DI SUSUN OLEH :

Nama : Nabilla Khairani

NPM : A1A021097

Kelas : 2C

Prodi : Pendidikan Bahasa Indonesia

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

PENDAHULUAN
Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi terasa mudah karena pada dasarnya manusia
sudah memiliki bahasa sejak lahir. Namun, sebenarnya menggunakan bahasa membutuhkan
beberapa kemampuan yang saling berkaitan,termasuk menghasilkan bunyi bahasa. Bunyi
bahasa merupakan unsur bahasa yang paling kecil yang diproduksi manusia untuk
mengungkapkan sesuatu. Bunyi-bunyi bahasa tersebut akan membentuk suatu kata yang
bermakna untuk menginformasikan sesuatu dalam peristiwa komunikasi. Dalam menghasilkan
bunyi bahasa dibutuhkan alat ucap pembicara yang berfungsi dengan baik sehingga terjalin
komunikasi yang baik pula. Dalam komunikasi verbal, seseorang melakukan sederetan fungsi,
yaitu simbolisasi, respirasi yang diperlukan untuk tenaga berbicara, resonansi untuk
menghasilkan nada tertentu, fonasi untuk membunyikan suara, artikulasi untuk menghasilkan
vokal dan konsonan, lafal yang menghasilkan bunyi bahasa, prosodi yang membentuk lagu
kalimat serta yang penting lainnya adalah kemampuan komunikasi (Yunus, 1999).Kemampuan
komunikasi itu salah satunya adalah kemampuan bicara. Bicara adalah sebuah sistem
komunikasi yang dipakai untuk mengungkap dan mengerti proses berpikir yang
mempergunakan simbol akustik. Sistem tersebut dihasilkan oleh getaran atau vibrasi dari pita
suara dalam laring (fonasi), yang disebabkan oleh adanya aliran udara (respirasi) dan
memberikan hasil akhir dalam bentuk gerakan bibir, lidah, dan pallatum atau artikulasi
(Kusumoputro, 1992). Apabila salah satu sistem tersebut terganggu maka akan terjadi
gangguan dalam komunikasiSeseorang dapat terganggu bicaranya saja atau juga bahasanya saja
tergantung pada letak kerusakan sarafsaraf otak. Gangguan bicara biasa dikenal dengan istilah
disartria. Penderita disartria bisa mengalami gangguan artikulasi, fonasi, dan fluensi. Umumnya,
penderita disartria mengalami kesulitan dalam menggerakkan artikulator yang berperan
penting dalam penghasilan bunyi bahasa. Dalam penghasilan bunyi bahasa secarajelas
diperlukan cara dan tempat artikulasi yang tepat. Ketidaktepatan cara atau tempat
mengartikulasikan suatu bunyi bahasa dapat menghasilkan bunyi yang berbeda dengan bunyi
yang ingin dilafalkan. Gangguan artikulasi yang dialami penderita disartria berpengaruh pada
pelafalan bunyi bahasa. Gangguan ini akan menyebabkan pengucapan bunyi bahasa menjadi
tidak jelas. Penderita disartria pada umumnya sulit menggerakkan alat-alat bicara sehingga
pembentukan konsonan menjadi tidak tepat. Inilah yang menjadi dasar penentuan konsonan
sebagai fokus penelitian untuk mengetahui bagaimana pola pelafalan konsonan pada penderita
disartria, yaitu konsonan apa yang digantikan dengan konsonan lain.

RUMUSAN MASALAH

1.Cara kerja artikulasi pada organ bibir?

2.Cara kerja artikulasi pada gigi?


3.Cara kerja artikulasi pada lidah ?

4.Cara kerja artikulasi pada rahang?

5.Cara kerja artikulasi pada faring?

6.Cara kerja artikulasi pada epiglotis?

TINJAUAN PUSTAKA

Secara fonetik artikulatoris adalah hal pertama yang harus dibicarakan adalah alat ucap
manusia untuk menghasilkan bunyi (Chaer, 2003:104). Bunyi bahasa merupakan bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia. Oleh karena itu, setiap bunyi yang bukan keluar dari alat
ucap manusia bukan bunyi bahasa. Dalam menghasilkan bunyi alat ucap manusia mengalami
proses pelafalannya. Dalam proses tersebut bunyi yang diucapkan sering mengalami pengaruh
atau dipengaruhi oleh bunyi lain. Atau dengan kata lain bunyi tertentu sering muncul pada saat
diucapkan sebuah bunyi. Bunyi yang memepengaruhi itu memang tidak diinginkan oleh penutur
suatu bahasa namun bunyi itu muncul secara serta merta dalam pelafalan sebuah bunyi.

Disadari atau tidak, bunyi yang muncul pada saat melafalkan bunyi lain itu merupakan sebagai
bunyi pemengaruh. Sedangkan bunyi yang dipengaruhi oleh bunyi lain itu dinamakan sebagai
bunyi yang mendapat pengaruh. Akibat dari pengaruh dan pemengaruh itu terjadi proses
tertentu dalam pelafalan bunyi bahasa

PEMBAHASAN

A. Bahasa tidak akan sempurna tanpa adanya bantuan organ dan kerja artikulasi yang ada pada
setiap manusia. Seseorang pasti memperoleh bahasa sejak dini dengan dibarengi penggunaan
artikulasi. Jika, seseorang mengalami masalah pada bagian organ yang mendorong kerja
artikulasi, maka bahasa yang dikeluarkan menjadi tidak sempurna.
Dalam ilmu fonologi, pelafalan seseorang yang dibantu organ pengecapan, akan membentuk
suatu fonem atau huruf yang akan bertranformasi menjadi kata, dan itulah bahasa.
Sebagaimana yang kita ketahui, bahasa hanya berupa kata, kalimat, makna, dan maksud.
Namun, terlepas dari itu semua, bahasa dibentuk dengan adanya bantuan organ dan kerja
artikulasiApa saja sih organ-organ dan kerja artikulasi yang dapat membuat manusia berbahasa
secara sempurnya? Mari sama-sama kita mengenal 6 organ dan kerja artikulasi (alat ucap
manusia) yang dirangkum di bawah ini dan dikembangkan berdasarkan sumber Fonologi
Bahasa Indonesia (Arifin, dkk. 2017:30)

1. Bibir

Bibir merupakan bagian dari mulut atau lidah yang dapat melontarkan sebuah kata-kata. Bibir
juga merupakan organ manusia yang dapat menghasilkan suara dan membentuk sebuah huruf,
dari huruf inilah akan terjadi pembentukan lafal kata. Organ bibir berfungsi menutup rongga
oral selama proses makan dan minum. Bibir berperan memproduksi bunyi bilabial; m, b, dan p.
Sehingga bibir dapat berguna membentuk kata yang terdapat bunyi m, b, dan p, yaitu (makan,
baru, pulang)

2.Gigi

peran apa gigi dalam sebuah bahasa? Tentu saja memiliki peran dan peran yang berpengaruh
terhadap pembentukan kata. Lalu, kata apa yang berawal dari peran gigi? Gigi, selain berfungsi
menghaluskan makanan, gigi juga berperan dalam memproduksi bunyi gigi; d, n, dan t. Ketiga
huruf atau bunyi tersebut, dibentuk oleh gigi, sehingga akan menghasilkan kata, danau, nanti,
dan tunggu

3.Lidah

Lidah memiliki tingkat kefatalan yang cukup tinggi untuk memengaruhi perubahan bunyi dan
menghasilkan sebuah kata. Kelenturan lidah akan memudahkan seseorang dalam melakukan
pengecapan kata dan bunyi, begitupun sebaliknya. Jika, kaku maka akan mengalami kesulitan.

Lidah selain berfungsi memindahkan makanan, lidah juga berperan memproduksi bunyi lidah; l
dan r. Seperti pada kata "lapar", jika lidah tidak dapat memainkan peran bunyi r, maka kata
yang dihasilkan menjadi "lapal" istilah ini disebut dengan cadel

4.Rahang

Rahang akan memainkan semua peran yang dilakukan oleh ketiga organ tersebut, karena
rahang akan mengatur kerja ketiga organ tersebut untuk dapat bergerak dan berguna
memproduksi bunyi-bunyi vokal, seperti a, i, u, e, dan o. Bisa kalian coba untuk
menggerakannya, ketika melafalkan bunyi vokal.
5.Faring

Faring dalam KBBI adalah bagian tubuh yang terletak di antara rongga mulut dan pembuluh
tenggorok atau hulu kerongkongan. Faring ini merupakan organ yang sangat berguna bagi
manusia dalam kehidupan sehari-hari yaitu pernapasan dan makan. 

Peran dan kerja faring dalam bahasa adalah untuk mengatur pernapasan, yang akan membatasi
intonasi untuk setiap bunyi atau huruf yang keluar dari kerongkongan. Ketika seseorang akan
melafalkan kata dalam nada tinggi seperti teriak "tidaaaaaak" maka tekanan pernapasan yang
akan memainkan peran panjang pendeknya kata yang keluar.

6.Epiglotis

Pada yang terakhir ini terdengar dan terlihat asing bagi kita yang baru mengetahuinya. Epiglotis
esofagus memiliki fungsi menutup saluran napas saat makan sehingga makanan tidak masuk ke
saluran pernapasan. Saluran cerna atau esofagus juga berfungsi membantu makanan masuk ke
dalam perut dengan gerakan peristaltic saat menelan. Peran epiglotis esofagus yaitu
menciptakan bunyi onomatope "hmm, ckckck" dan juga sebagai pengatur jeda pada saat
berbicara.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka.
Crowley, Terry. 1997. An Introduction to Historical Linguistic: Third Edition. New Zealand:
Oxford UniversityPress
Dardjowidjojo, Soenjono. 2005. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Dharmaperwira, Reni. 1996. Disartria-Apraksia Verbal dan TEDYVA. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Kushartanti, dkk. 2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT
Gramedia PustakaUtama.
Kusumoputro, Sidiarta. 1992. Afasia: Gangguan Berbahasa. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai