Anda di halaman 1dari 11

Ironi Negeri Ini

Karya : Ridho Agustian

Sayup-sayup terdengar berita


Satu persatu rakyat menjadi tikus
Dengan gampangnya mereka bersilap mata

Ya.... Menyulap uang rakyat


Demi kepentingan mereka sendiri
Tanpa memperdulikan rakyat kecil
Wahai.... Indonesia Indonesia yang kaya
Akan tetapi
tak adakah yang mampu enyahkan
Tikus berdasi itu???

Apakah uang itu begitu penting bagi mereka?


Para tikus berdasi yang tak tahu malu
Mereka dipilih rakyat
Namun memakan uang rakyat

Baju kumal kulit dekil


Demi mengais rupiah
Saat kami mengadau ke gedung-gedung mewah itu
Para pasukan siap menghadang kami
Dengan sedih pulang penuh caci maki di dalam hati
Janji-janji mereka katakan
Janji-janji ucapkan
GURU
Karya : Reza Fakhrurozi

Guru....
Masa telah berganti
Tak seperti dahulu
Kini tak ada lagi tradisi mencium tanganmu
Melempar sapa padamu

Guru.....
Mengapa segalanya berubah
Citra guru dahulu tak seperti ini
Tak lagu harum namamu
Bak mutiara tak lagi putih

Oh guru ....
Tercoreng kini namanu
Karena oknum mengaku guru
Tak lagi engkau menjadi idola

Wahai Guru....
Lihatlah....
Awan hitam sudah di depan mata
Pertanda engkau harus mempertaruhkan nasib siswa
Namun kini tahu...
Engkau sangat berjasa
Terima kasih guruku...
Pagi Untuk Perubahan
Karya : M. Iqbal Vadila

Pagi ini
Pagi untuk masa depan bangsaku
Pagi untuk nasib bangsaku
Pagi untuk perubahan

Semoga pilihanku benar


Satu jalan denganku
Untuk membuat bahagia bangsa kita
Untuk maju ke depan

Kami hanya akan memilih hati yang jernih


Kami hanya akan memilih hati yang bersih
Semoga janjimu tertepati
Untuk masa depan bangsa ini.
WAKTU SEKOLAH
Goresan tinta : Reza Fakhrurozi

Pagi indah
Disaat aku terbangun dari tidur
Ku bergegas untuk ke sekolah
Senyum dan sapa yang kusuka, jika aku disekolah

Hari baru kumulai


Kursi dan meja tertata rapi di kelas
Kudengar ada suara yang atak asing ditelingaku
Ternyata bel sekolah berbunyi tanda pelajaran di mulai

Guru yang kami segani


Mulai menggoreskan kapur di papan tulis
Adan pena pun menari di atas buku

Sungguh hari yang menyenangkan


Di waktu bersekolah
Tak kusadari waktu pulang pun sudah tiba
Penghisap
Karya : Mario Carnova

Ibarat nyamuk gila


Mereka menghisap semunya
Tanpa ada rasa iba
Mengandalkan uang sebagai raja
Mereka terpelajar
Namun mata mereka liar
Mereka bergelar
Namun mereka tak pernah belajar
Tak beda dari seorang pencuri
Rakyat mati mereka lari
Negara tak sanggup lagi berdiri
Mereka memilih memikirkan diri sendiri
Mencoba menjadi raja
Akhirnya terjerat dalam tiang besi dan baja
Melakukan segala cara
Untuk membebaskan jiwa
Ini adalah sebuah negara
Bukan hanya sekedar kata
Mereka hidup di dalamnya
Bukan menghisap apa yang ada di dalamnya.
Putri Lestari Hb

XI MIA 4

PILU

Wahai para penguasa


Pejabat bangsa
Wakil rakyat Indonesia
Ingin rasanya kugapai bulan
Yang hanya bisa menelan
Terbaring di antara tumpukan uang yang menawan
Tersenyum melihat masa depan yang terjamin
Orang berdasi ini kini mulai tertawa
Melihat sikecil yang tak berdaya
Tertwa..... tertawa.... tertwa
Merampas hak orang kecil yang merana

Siapakah dia itu...?


Siapakah orang yang berdasi itu??
Adakah belas kasih melihat orang kecil yang pilu
Memikirkan kehidupan yang telah ditipu

Enyahlah ......
Enyahlah orang berdasi yang tak berilmu
Enyahlah orang berdasi yang tak memikirkan pilu.
HARAPAN BANGSA

Karya : Farhan Wirasa

Baju bersih dan berdasi rapi


Duduk di meja besar dengan kaki terangkat
Jeritan para rakyat di dengar
Tetapi tidak dihiraukan

Kami....
Meminta akan sosok yang bijaksana
Sosok yang melindungi
Sosok yang selalu memperjuangkan Negara
Demi Indonesia

Wahai para pewaris bangsa


Wahai para pengurus bangsa
Hindarkanlah...
Hindarkanlah Korupsi

Dekatlah kejujuran dalam hati kita


Bila habis gelap terbitlah terang
Maka.......
Hilangkanlah korupsi terbitkanlah kemakmuran.
KOTAK GELAPAN
Karya : Nanda Crintian

Gelap.......
Semuanya tampak sama di hadapan mereka
Ia tak peduli nasib mereka
Duduk di kursi besar
Memakai jas dan dasi

Menghitung tumpukan kertas merah di hadapannya


Di saat ombak menyapu tanahku tercinta
Ia dengan sigapnya menutup mata
Turun dari Kursi
Memberikan bala bantuan yang masuk dalam kantongnya
Menutup mata seakan tidak melihat apa pun.

HANCUR.........

Kami menangis memerlukan bantuan


Semua sia-sia
Karena kau tertawa melihat penderitaan kami

NAMUN.......

Hari demi hari kotak itu terbuka


Membuka kebohongan
Kursi itu kosong
Berputar sendirinya
Tak ada lagi tawa dibalik penderitaan.
Suara Untuk Masa Depan
Salsabila Gustina Dewi
X IPS 1

Siapakah dia....?
Bukankah kita sama??
Kau dan aku setara...?
Penduduk negara Indonesia....?

Lantas, mengapa kau bersikap tidak peduli?


Seakan tak ada yang terjadi
Yang kebutuhan darimu hanya partisipasi
Dalam pesta demokrasi

Mungkin engkau merasa bukan siapa-siapa


Hilang satu suara pun tak apa
Tapi engkaulah penerus bangsa
Buktikan cintamu kepada negara

Indonesia negara Pancasila


Beragam budaya dan agama
Berbagai suku bangsa
Tapi kita bersatu karena Bhineka Tunggal Ika

Siapakah kita??
Kita rakyat Indonesia]
Suaramu, Suaraku, Suara kita
Penentu masa depan bangsa.
Negeri Tanpa Telinga

Bingar bingar
Campur aduk
Hiruk pikuk

Sepak terjang
Benci dendam
Silang sengketa
Kacau balau
Ya.......... begitulah negeri ini
Negeri yang pekak dan tuli
Negeri yang mungkin pernah mati
Lalu hidup lagi
Dalam rupa setengah jadi
Negeri tanpa telinga
Muncul komisi pemberantasan korupsi
Namun pionirnya justru ambisi membela diri
Terpilih pemegang kursi baru DRR RI
Namun rapatnya sambil tiduran bahkan nonton blue movie
Ditetapkan banyak kebijaksanaan guna perbaiki negeri
Tapi malah bingung bagaimana cara mengaplikasi
Disahkan banyak Undang-undang monopoli
Malah bikin rakyat miskin dan terkebiri
Kami butuh negeri yang bisa mendengar

Sehingga...
Buruh sejahtera
Petani bahagia
Guru bermartabat
Koruptor tobat
Aparat tidak keparat
Wakil rakyat merakyat
Pelayar terpelajar
Pemimpin bukan wayang
Inilah nasib hidup di negeri tanpa telinga
Merdeka tapi tidak benar-benar merdeka
PILKADA

Harapan kini terkubur di tanah gersang


Dikala semilir angin tak menghembus lagi
Entah apa salah kau dengan janji-jani palsu
Kulontarkan di pemilu yang lalu

Namamu tak tertusuk membuat gambarmu busuk


Papan iklan pun ikut berdialog
Mengapa kau tak disenangi rakyatmu
Sementara gambarmu terpampang dimana-mana

Apa salamu
Jika kau senyum pada mereka yang tertipu
Gambarmu tak akan menjadi bangkai busuk
Merela pasti akan memujimu

Aku pun sama seperti mereka, aku takkan memilihmu siapa tahu...
Aku akan tertipu dengan bujuk rayumu
Sementara aku tak akan dapat memetikmu
Karena aromamu menghempasku.

Anda mungkin juga menyukai