Senandung Literasi
Senja ini semburat merah mewarna langit yang abu
Anganku terbang pada masa belajar mengeja
Kala itu, aku tersenyum mendengar dongeng pelajar nusantara
Sang penakluk bukit, penyisir sungai yang handal
Para pengejar ilmu, penggerak peradaban
Ibu merupakan kata tersejuk yang dilantunkan oleh bibir -bibir manusia.
Dan “Ibuku” merupakan sebutan terindah.
Kata yang semerbak cinta dan impian, manis dan syahdu yang
memancar dari kedalaman jiwa. .
Ibu adalah segalanya.
Ibu adalah penegas kita dilaka lara, impian kta dalam rengsa, rujukan
kita dikala nista.
Ibu adalah mata air cinta, kemuliaan, kebahagiaan dan toleransi.
Siapa pun yang kehilangan ibunya, ia akan kehilangan sehelai jiwa suci
yang senantiasa merestui dan memberkatinya.
Alam semesta selalu berbincang dalam bahasa ibu.
Matahari sebagai ibu bumi yang menyusuinya melalui panasnya.
Matahari tak akan pernah meninggalkan bumi sampai malam
merebahkannya dalam lentera ombak, syahdu tembang beburungan
dan sesungaian.
Bumi adalah ibu pepohonan dan bebungaan.
Bumi menumbuhkan, menjaga dan membesarkannya.
Pepohonan dan bebungaan adalah ibu yang tulus memelihara
bebuahan dan bebijian.
Ibu adalah jiwa keabadian bagi semua wujud. Penuh cinta dan
kedamaian.
PUISI 3
Kita harus
Berjalan terus
Berarti hancur
“Duli Tuanku?”
Kita harus
Berjalan terus
Berjalan terus.
PUISI 4
“Doa Serdadu Sebelum Berperang” – W.S. Rendra
Tuhanku,
WajahMu membayang di kota terbakar
dan firmanMu terguris di atas ribuan
kuburan yang dangkal
Tuhanku
Erat-erat kugenggam senapanku
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurku.
PUISI 5