Anda di halaman 1dari 10

BERITA ACARA TECHNICAL MEETING

LOMBA BACA PUISI


Dalam Rangka HUT PGRI dan HGN 78 Tingkat Kabupaten Bombana Tahun 2023

Telah dilaksanakan kegiatan Technical Meeting Lomba Baca Puisi dalam rangka HUT PGRI dan HGN 78
Tingkat Kabupaten Bombana Pada:
Hari : Sabtu
Tanggal : 28 Oktober 2023
Pukul : 17.25 s.d. 18.00 Wita
Tempat : Rakadua, Kec. Poleang Barat
dihadiri oleh 10 orang, yang terdiri dari 1 orang dewan juri, 1 orang koordinator, dan 8 peserta lomba
baca puisi. Beberapa kesepakatan atau hasil diskusi berkaitan dengan ketentuan lomba pada technical
meeting sebagai berikut:
1. Peserta puisi yang telah menjadi peserta PORSENI PGRI tingkat Provinsi atau Nasional
sebelumya TIDAK diperkenankan menjadi peserta.
2. Pemenang peringkat 1 Porseni PGRI Tingkat Kab Bombana tahun sebelumnya TIDAK
diperkenankan menjadi peserta.
3. Peserta wajib hadir paling lambat 15 menit sebelum lomba dimulai.
4. Peserta diwajibkan registrasi ulang sebelum lomba dimulai.
5. Peserta yang dipanggil sampai 3 kali berturut-turut tidak hadir, diberi kesempatan untuk tampil
pada nomor terakhir.
6. Peserta wajib memakai Baju Batik PGRI Kusuma Bangsa.
7. Setiap peserta membawakan satu puisi wajib dan satu puisi pilihan sesuai dengan yang telah
ditentukan panitia, yaitu:
a) Puisi Wajib
- IBU Karya D. Zawawi Imron
- Selamat Pagi Indonesia karya Sapardi Djoko Damono
- Hai, Ma! Karya W.S. Rendra
- Buku Harian Perkawinan karya Dorethea Rose Herliany
- Jebat karya Rida K. Liamsi
b) Puisi Pilihan
- Perjalanan kubur Karya Sutardji Calzoum Bachri
- Melodia karya Umba Landu Paranggi
- Sebuah Jaket Berlumur Darah Karya Taufiq Ismail
- Narasi Surat Cinta Karya Irianto Ibrahim

8. “Puisi wajib” tidak diperbolehkan menggunakan iringan,


9. “Puisi pilihan” boleh menggunakan iringan atau tanpa iringan (iringan tidak mempengaruhi
penilaian).
10. Kriteria Penilaian:
a) Vokal (Lafal dan Intonasi)
b) Jeda
c) Interpretasi/Penghayatan
d) Ekspresi (gerak dan mimik)
11. Peserta wajib menjaga ketenangan dan ketertiban selama lomba berlangsung.
12. Keputusan dewan juri bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.
13. Lomba dilaksanakan satu kali putaran.
Rakadua, 28 Oktober 2023
Koordinator Lomba Baca Puisi,

Irmawanti, S.Pd.,Gr.
LAMPIRAN:

PUISI WAJIB

1. IBU (D. Zawawi Imron)

IBU
Karya D. Zawawi Imron

Kalau aku merantau lalu datang musim kemarau


sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama reranting
hanya mata air air matamu ibu, yang tetap lancar mengalir.

Bila aku merantau


sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku
di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan
lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar

Ibu adalah gua pertapaanku


dan ibulah yang meletakkan aku di sini
saat bunga kembang menyemerbak bau sayang
ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi
aku mengangguk meskipun kurang mengerti

Bila kasihmu ibarat samudera


sempit lautan teduh
tempatku mandi, mencuci lumut pada diri
tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku
kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan
namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu
lantaran aku tahu
engkau ibu dan aku anakmu.

Bila aku berlayar lalu datang angin sakal


Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal

Ibulah itu bidadari yang berselendang bianglala


sesekali datang padaku
menyuruhku menulis langit biru
dengan sajakku.

Sumber: https://www.sepenuhnya.com/2017/12/puisi-ibu-karya-d-zawawi-imron.html
2. Selamat Pagi Indonesia (Sapardi Djoko Damono)

SELAMAT PAGI INDONESIA


Karya: Sapardi Djoko Damono

Selamat pagi, Indonesia, seekor burung mungil mengangguk


dan menyanyi kecil buatmu.
aku pun sudah selesai, tinggal mengenakan sepatu,
dan kemudian pergi untuk mewujudkan setiaku padamu dalam
kerja yang sederhana;
bibirku tak biasa mengucapkan kata-kata yang sukar dan
tanganku terlalu kurus untuk mengacu terkepal.
selalu kujumpai kau di wajah anak-anak sekolah,
di mata para perempuan yang sabar,
di telapak tangan yang membatu para pekerja jalanan;
kami telah bersahabat dengan kenyataan
untuk diam-diam mencintaimu.
Pada suatu hari tentu kukerjakan sesuatu
agar tak sia-sia kau melahirkanku.
seekor ayam jantan menegak, dan menjeritkan salam
padamu, kubayangkan sehelai bendera berkibar di sayapnya.
aku pun pergi bekerja, menaklukan kejemuan,
merubuhkan kesangsian,
dan menyusun batu-demi batu ketabahan, benteng
kemerdekaanmu pada setiap matahari terbit, o anak jaman
yang megah,
biarkan aku memandang ke Timur untuk mengenangmu
wajah-wajah yang penuh anak-anak sekolah berkilat,
para perempuan menyalakan api,
dan di telapak tangan para lelaki yang tabah
telah hancur kristal-kristal dusta, khianat dan pura-pura.

Selamat pagi, Indonesia, seekor burung kecil


memberi salam kepada si anak kecil;
terasa benar: aku tak lain milikmu.

Sumber: https://www.sepenuhnya.com/2015/03/puisi-selamat-pagi-indonesia.html
3. Hai Ma (W.S. Rendra)

HAI,MA!
Karya: W.S. Rendra kita selalu asyik bertukar pikiran ya Ma?
masing-masing pihak punya cita-cita
Ma, bukan maut yang menggetarkan hatiku masing-masing pihak punya kewajiban yang
tetapi hidup yang tidak hidup nyata
karena kehilangan daya dan kehilangan fitrahnya
ada malam-malam aku menjalani lorong panjang Hai Ma!
tanpa tujuan kemana-mana apakah kamu ingat
hawa dingin masuk kebadanku yang hampa aku peluk kamu di atas perahu
padahal angin tidak ada ketika perutmu sakit dan aku tenangkan kamu
bintang-bintang menjadi kunang-kunang dengan ciuman-ciuman di lehermu?
yang lebih menekankan kehadiran kegelapan Masyaallah..aku selalu kesengsem pada bau
tidak ada pikiran, tidak ada perasaan, kulitmu
tidak ada suatu apa Ingatkah waktu itu aku berkata
kiamat boleh tiba, hidupku penuh makna
Hidup memang fana, Ma Hehehe waahh..aku memang tidak rugi ketemu
tetapi keadaan tak berdaya membuat diriku tidak ada kamu di hidup ini
kadang-kadang aku merasa terbuang ke belantara dan apabila aku menulis sajak
dijauhi Ayah Bunda dan ditolak para tetangga aku juga merasa bahwa kemaren dan esok
atau aku terlantar di pasar adalah hari ini
aku bicara tetapi orang-orang tidak mendengar Bencana dan keberuntungan sama saja
mereka merobek-robek buku dan menertawakan cita-cita Langit di luar, langit di badan bersatu dalam jiwa
aku marah, aku takut, aku gemetar Sudah ya, Ma
namun gagal menyusun bahasa
Hidup memang fana,Ma
itu gampang aku terima
tetapi duduk memeluk lutut sendirian di savana
membuat hidupku tak ada harganya Sumber:
kadang-kadang aku merasa ditarik-tarik orang kesana kemari https://tubanbicara.pikiran-
mulut berbusa sekadar karena tertawa rakyat.com/sastra/pr-1291281506/puisi-hai-
hidup cemar oleh basa basi ma-karya-ws-rendra
dan orang-orang mengisi waktu dengan pertengkaran edan
yang tanpa persoalan
atau percintaan tanpa asmara
dan sanggama yang tidak selesai
Hidup memang fana tentu saja, Ma
tetapi akrobat pemikiran dan kepalsuan yang dikelola
mengacaukan isi perutku lalu
mendorong aku menjeri-jerit
sambil tak tahu kenapa
rasanya setelah mati berulang kali
Tak ada lagi yang mengagetkan dalam hidup ini
Tetapi Ma, setiap kali menyadari adanya kamu di dalam
hidupku ini
aku merasa jalannya arus darah di sekujur tubuhku
Kelenjar-kelenjarku bekerja
sukmaku bernyanyi, dunia hadir
cicak di tembok berbunyi
tukang kebun kedengaran berbicara pada putranya
hidup menjadi nyata, fitrahku kembali
Mengingat kamu Ma, adalah mengingat kewajiban sehari-
hari
kesederhanaan bahasa prosa, keindahan isi puisi
4. Buku Harian Perkawinan (Dorethea Rose Herliany)

BUKU HARIAN PERKAWINAN


Karya: Dorethea Rose Herliany

Ketika menikahimu, tak kusebut keinginan setia.


engkau bahkan telah menjadi budak penurutku.
dunia yang kumiliki kubangun di atas bukit batu
dan padang ilalang. kau bajak jadi ladang subur
yang mesti kupanen dalam setiap dengus nafsuku.
kupelihara ribuan hewan liar, kujadikan prajurit
yang akan menjaga dan memburumu.
dan kutanam bambu untuk gagang tombak dan sembilu.
berlarilah sejauh langkah kejantananmu, lelaki!
bersembunyilah di antara ketiak ibumu,
membaca gerak tubuh dan persemaian segala
tumbuhan bijak: ajarilah aku membangun rumah dan
dindingtakberpintu. memenjara penyerahanku
yang kaubaca dengan bahasamu.
tapi aku menikahimu tidak untuk setia.
kubiarkan diriku bertarung di setiap medan peperangan.
aku panglima untuk sepasukan hewanhewan liarku
--yang selalu bergairah memandangmu
di atas meja makan.

sekarang biarlah kudekap engkau,


sebelum kulunaskan puncak laparku!

Sumber : https://www.lyrikline.org/de/gedichte/buku-harian-perkawinan-2328
5. Jebat (Rida K.Liamsi)

JEBAT
Karya: Rida K.Liamsi

Telah kau hunus keris


telah kau tusuk dendam
telah kau bunuh dengki
tetapi, siapakah yang telah mengalahkan mu?
Kami hanya menyaksikan luluh rasa murka mu
celup cuka cemburu mu
kubur rasa cinta mu
di bayang-bayang hari mu

Kami hanya menyaksikan waktu menghapus jejak darah


angin menerbangkan setanggi mimpimu
ombak menelan jejak nisan mu
di balik cadar mimpi-mimpi mu

Kami semua telah mengasah keris


telah menusuk dendam
membunuh dengki
meruntuhkan tirani

Tapi siapa yang telah mengalahkan kami


Menumbuhkan khianat
melumatkan sesahabat
mempusarakan sesaudara

Kami hanya menyaksikan waktu yang berhenti bertanya


sejarah yang berhenti ditulis
dan kita hanya membangun sebuah arca

Sumber: https://erdeka.com/budaya/15/07/2010/andalkan-puisi-jebat-karya-rida-k-liamsi.html
PUISI PILIHAN

1. Perjalanan Kubur (Sutardji Calzoum Bacri)


Perjalanan Kubur
Karya: Sutardji Calzoum Bachri

Luka ngucap dalam badan


kau telah membawaku ke atas bukit ke atas karang ke atas gunung
ke bintang-bintang
lalat-lalat menggali perigi dalam dagingku
untuk kuburmu alina

untuk kuburmu alina


aku menggali-gali dalam diri
raja dalam darah mengaliri sungai-sungai mengibarkan bendera hitam
menyeka matahari membujuk bulan
teguk tangismu alina

sungai pergi ke laut membawa kubur-kubur


laut pergi ke sungai membawa kubur-kubur
sungai pergi ke akar ke pohon ke bunga-bunga
membawa kuburmu alina
Sumber : https://www.sepenuhnya.com/2018/11/puisi-perjalanan-kubur.html

2. Melodia (Umba Landu Paranggi)

MELODIA
Karya Umba Landu Paranggi

Cintalah yang membuat diri betah untuk sesekali bertahan


karena sajak pun sanggup merangkum duka gelisah kehidupan
baiknya mengenal suara sendiri dalam mengarungi suara-suara luar sana
sewaktu-waktu mesti berjaga dan pergi, membawa langkah ke mana saja
karena kesetiaanlah maka jinak mata dan hati pengembara
dalam kamar berkisah, taruhan jerih memberi arti kehadirannya
membukakan diri, bergumul dan merayu hari-hari tergesa berlalu
meniup seluruh usia, mengitari jarak dalam gempuran waktu

takkan jemu-jemu napas bergelut di sini, dengan sunyi dan rindu menyanyi
dalam kerja berlumur suka duka, hikmah pengertian melipur damai
begitu berarti kertas-kertas di bawah bantal, penanggalan penuh coretan
selalu sepenanggungan, mengadu padaku dalam deras bujukan
rasa-rasanya padalah dengan dunia sendiri manis, bahagia sederhana
di ruang kecil papa, tapi bergelora hidup kehidupan dan berjiwa
kadang seperti terpencil, tapi gairah bersahaja harapan impian
yang teguh mengolah nasib dengan urat biru di dahi dan kedua tangan.

Sumber: https://jateng.tribunnews.com/2021/04/19/puisi-melodia-umbu-landu-paranggi
3. Sebuah Jaket Berlumur Darah (Taufiq Ismail)

SEBUAH JAKET BERLUMUR DARAH


Karya Taufiq Ismail

Sebuah jaket berlumur darah


Kami semua telah menatapmu
Telah berbagi duka yang agung
Dalam kepedihan bertahun‐tahun

Sebuah sungai membatasi kita


Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja

Akan mundurkah kita sekarang


Seraya mengucapkan 'Selamat tinggal perjuangan'
Berikrar setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?

Spanduk kumal itu, ya spanduk itu


Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan‐bangunan
Menunduk bendera setengah tiang

Pesan itu telah sampai kemana‐mana


Melalui kendaraan yang melintas
Abang‐abang beca, kuli‐kuli pelabuhan
teriakan‐teriakan di atas bis kota, pawai‐pawai perkasa
Prosesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata
Lanjutkan Perjuangan!

Sumber: https://www.sepenuhnya.com/2017/12/puisi-sebuah-jaket-berlumur-darah.html
4. Narasi Surat Cinta (Irianto Ibrahim)

Narasi Surat Cinta


Karya Irianto Ibrahim

aku bacakan yang ini saja:


surat cinta yang tak jadi kukirim
karena kutulis dengan huruf-huruf besar
dan terlalu mencolok kata sayang dan rindu
di setiap baitnya
ini pun bila kau mau mendengarkan
karena di samping isinya yang terserak
suaraku juga telah habis terkuras
oleh igau malamku yang seolah
namamu menyatu dalam bibirku
lagi pula
aku sulit menemukan cara menulis surat
dengan huruf miring yang mendayu-dayu
meski perasaan saat menulis
lebih menggelombang dari badai
yang selalu menyurutkan nyali para pelaut
setelah berkali-kali
mencoba belajar seni melipat surat,
aku selalu gagal dan kesal. aku merasa
ada semacam penolakan yang sengaja ditimbulkan
oleh surat ini karena mungkin saja ia tahu
kalau tidak wajar sebuah surat tanpa
pengirim. tentu karena malu. aku
tak ingin menulis namaku yang amat tidak sepadan
dengan gambar winnie the pooh
di sudut kanan bawah, kertas berwarna oranye ini.
atau begini saja. lupakan kalau aku pernah
menulis. karena kamu
akan mengabaikannya bahkan
sebelum aku memintanya

Anda mungkin juga menyukai