Anda di halaman 1dari 6

Puisi Wajib

JADIKAN AKU KSATRIA


Arih Numboro
Ibu, dongengi aku hikayat para ksatria
yang gagah berani membela kebenaran
dan kehormatan dan harga diri bangsa
Ayah, ceritakan padaku
Raden Gatotkaca
yang dimasukkan ke kawah candradimuka
yang bahan bakarnya senjata para dewa
Ibu
jangan kasihan padaku
cubit saja aku bila aku rewel dan membuat jengkel
siapkan rotan dan pukullah aku
bila tidak patuh perintahmu
jangan manjakan aku, Ibu
Ayah
janganlah engkau marah
pada guru yang menghukum aku
dengan pukulan kecil di lenganku
karena memang akulah yang tidak taat dan salah
jangan bela aku, ayah
Ayah
Ibu
jangan kasihan padaku
jangan segan menghukumku
jangan enggan memarahiku
biarlah para guru ikut membina dan mendidikku
Ayah
Ibu
jadikan aku ksatria yang gagah
atau selamanya aku akan menjadi orang yang kalah

(sumber: Surat dari Samudra, Antologi Puisi Anak)


Puisi Pilihan

BAHASA IBU
Hillari Dita Regi

bahasa ibu adalah bahasa jujur dan sederhana


yang tak kenal lelah diajarkan sejak mulut kita belajar mengeja
dengan irama dan nada terbata-bata
yang mengundang tawa

bahasa ibu adalah bahasa kesetiaan


yang diajarkan di sela-sela menyantap makan
meminta minum – merindu mandi
girang bermimpi renang – menghapal nama-nama mal

bahasa ibu adalah bahasa yang mengantarkanku


fasih membaca alam. Panas, hujan, angin berdebu
yang menuntun tatih langkah dewasaku
bahasa dari ibu harus kalian syukuri
selagi kamu merasa tumbuh besar dan mewangi
mampu mengenal bahasa warna-warni seperti ini.

(sumber: Surat dari Samudra, Antologi Puisi Anak)


Puisi Pilihan

MEMBACA BAPAK
Hillari Dita Regi

aku harus membaca bapak ketika rambatan usianya merangkak


pada kurus ringkih tubuhnya, lamban gerak dan keterbatasan
pendengarannya serta kembang kempis iga dadanya
aku tak bisa menggantung pada punggungnya yang dulu aku
sering bertengger menuju penjual bubur di perempatan,
halaman taman kanak-kanak, berjejalan menyeruak tontonan
dugderan – hingga berebut menonton sulapan

membaca bapak, aku harus membaca diri


tak selamanya aku menggantung padanya
ketika bapak sudah mulai mengeluh rapuh

suatu siang, sejenak bapak kupandang. seperti seekor burung


guratan wajahnya mendoakan aku terbang
memburu ladang kehidupan
mengais serpihan makanan yang ditaburkan dengan indah
oleh Tuhan.

(sumber: Surat dari Samudra, Antologi Puisi Anak)


Puisi Pilihan

ANAKKU MATA PUISI


Esha Tegar Putra

Anakku mata puisi, ke gelap paling sempurna pandanglah


semua
jauh di dalamnya bahasa telah merupa retakan patung-
patung tua
lumut pada bejana lama, terakota yang tenggelam diamuk
badai
pasir ribuan tahun lamanya. Ke gelap sempurna itu
pandanglah
di balik cakrawala dengan selubung hitam merentang
panjang
sebuah celah cahaya tersembunyi dalam dingin yang
sempurna.

anakku mata puisi, memandang tajam ke laut dalam, jauh


ke lubang
kelam, ke langit terbentang dengan reruntuhan rasi bintang
mati.
Anakku, mata puisi, segala hitam segala kelam akan kita kuak
segala makna bahasa akan kita sentak dengan pandangan
penuh api.

September 2014

(sumber:Bendera Putih untuk Tuhan Kumpulan Puisi Pilihan Riau Pos 2014)
Puisi Pilihan

Bermain Kupu-Kupu
Budi Wahyono

Nikmatilah kupu-kupu yang beterbangan di halaman rumah


bukan rumahmu yang berhalaman sesak. Tetapi rumah nenek
yang
terus menawarkan gelak
Gelak tawa, gelak cerita – tempat kamu juga dalam menaburkan
cita-cita
di sela bermain dengan puluhan kupu-kupu yang warna-warni itu
nenek akan membelaimu. Menunjukkan sejarah kasih sayang
yang tidak pernah hilang. Kamu akan menghirup berjilid
pengalaman hidup
napas panjang berjuang
tak pernah lelah menggenggam kesuksesan

Ayo Nak, senyampang di rumah nenek


bermainlah kupu-kupu di halaman luas nenekmu
selepas liburan nanti, kupu-kupu di rumahmu sulit kamu temukan
mungkin telah telanjur lengket di halaman buku paket

(sumber: Surat dari Samudra, Antologi Puisi Anak)

Anda mungkin juga menyukai