Anda di halaman 1dari 3

Berlayar ke pulau seribu

Singgah sebentar di pulau kelapa


Sungguh besar jasamu ibu
Merawat kami hingga dewasa

Serumpun bambu di tepi jurang


Bambu di tebang jadikan galah
Walau anakmu di rantau orang
Doamu ibu selalu tercurah

Sepasang burung mencari makan


Terbang bebas di langit biru
Emas segunung yang kudapatkan
Tak dapat membalas jasamu ibu

Penyair sedih duduk termenung


Curahan hati menjadi lagu
Cinta kekasih setinggi gunung
Cinta sejati kasihnya ibu

Ke bandara naik pesawat terbang


Terbang menuju kota kamu
Waktu kecil aku engkau timang
Waktu besar saatnya bahagiakanmu

Setiap siang membaca buku


Buku tentang trik cara sulap
Setiap malam kau cium pipiku
Hingga tidurku begitu terlelap

Jangan pernah katakan rahasia


Jika kau tak sanggup untuk bilang
Engkaulah yang melahirkanku ke dunia
Dan kau belai dengan kasih sayang

Ke gunung untuk mendaki


Mendaki adalah hobiku
Ibu izinkan kucium telapak kaki
Karena disitulah tempat surgaku

Siang siang minum jamu


Jamunya enak dan kusuka
Maafkanlah aku selaku anakmu
Yang mungkin pernah durhaka

Tepung terigu tepung kanji


Harganya puluhan ribu
Suatu saat nanti aku berjanji
Akan membahagiakanmu ibu

Di depan rumah ada tamu


Ternyata dia Si Melisa
Terimakasih atas kasih sayangmu
Yang tak terhingga sepanjang masa
Bertanam kobis kobisnya Cina, Turun ke bendang menahan bubu; Salam secebis cebisnya pesona,
Pantun ku dendang pilihan ibu. Selasih segelas belum berkembar, Delima Acheh di tepi semak;
Kasih mu jelas seharum mawar, Terimakasih IBU, MAMA, UMMI dan EMAK. Assalamu'alaikum buat
anda teman berpantun@sahabat yang Ummi sangat hormati.... Entri baru kini sudah membuka
gelanggang....ayuh, jom kita berpantun, pantun yang menyentuh hati sanubari buat ibu, mama,
ummi dan emak kita yang tercinta lagi dirindui selagi hayat masih ada....doa berpohon semoga
mereka-mereka ini sentiasa di dalam kasih sayang Allah swt, dan Ummi juga, aminn..... Khusus buat
ibu, mama, ummi, emak, mummy, dan segala sebutan panggilan buat semua ibu-ibu di dunia,
terutamanya pantun khusus buat bonda Ummi Hajjah Che Nen bt Osman yang jauh di mata namun
tetap bercahaya namamu di hati anakmu ini......pantun sejambak Ummi rangkaikan..... Rendam
lenga bersama selasih, Timun dimayang kerabu pauh; Ku siram bunga bernama kasih, Berdaun
sayang buat ibu yang jauh. Tumbuh pauh nampak kelicap, Pelam sepeti di sebelah perahu,
Sungguh jauh tidak terucap, Di dalam hati Allah Yang Tahu. Mencari kerabu mencari kicap, Kicap
Tamin sedaplah tentu; Hari Ibu setiap hari diucap, Diucap diamin setiaplah waktu. Beri diambil
kapak yang ringan, Semak pegaga di longkang bata; Dari sekecil telapak tangan, Emak menjaga
bersengkang mata. Cenderawasih kepak berasap, Kuasa kayangan sebutan alam; Terimakasih
tidak terucap, Jasamu rentangan lautan dalam. Ruasnya tebu di tepi semak, Patah dibawa meniti
kebun; Ikhlasnya ibu mama ummi dan emak, Betahlah jiwa pasti terampun. Selasih segenggam
ditabur-tabur, Selasih dibancuh rasalah hangat; Kasih bersulam luhur dan subur, Kasih sungguh
berlelah keringat; Masih kelabu sekerat pelangi, Harapnya apa tinggi kejora; Kasih ibu ibarat
setanggi, Berasapnya dupa wangi membara. Irama tempua sedihnya cuma, Buah ketapang dicari
makan; Sama jua kasihnya mama, Tangan berdepang memberi pelukan . Kelam iklim paginya
merah, Tepi jerami mayang berasap; Dalam rahim berkongsinya darah, Lelahnya ummi tiada
terungkap. Sampai kecut sibuah mencupu, Batang kembang berlaga kedangsa; Andai dituntut lelah
si ibu, Ditatang ditimang hingga dewasa. Selisih peniti terlebih buka, Kainnya chiffon belahan segi;
Kasih sejati kasih mereka, Sedingin embun titisan pagi. Sireh ditempek daun terenak, Gambir
sebuku pahit lempoyang; Masih lembek bubun si anak, Berzikir si ibu mengulit sayang. Memukat
gelama berselang tongsan, Belida mati naik kelisa; Nasihat mama berbilang pesan, Nanda pasti
baik bahasa. Pedihnya dada dihentak kapak, Retak selangka tulang terasa; Kasihnya bonda masih
tak nampak, Anak durhaka bergalang dosa. Besar muara selisih selangat, Kerikil cetek karang
selonggok; Kasar suara kasih tak ingat, Kecil menetek sekarang mengamuk. Sagu rumbia berkelapa
pandan, Masaknya semua tunggu seorang; Lagu nostalgia dilupa jangan, Ibaratnya tua ibu di
seberang. Kejung sawa tanda menanti, Hala ke reban mencekau itik; Di hujung nyawa tiada
berhenti, Rela berkorban walau sedetik. Makanlah kari plata dan kerabu, Sedapnya kari bersudip
besi; Bukanlah sehari Harinya Ibu, Setiapnya hari wajib diingati. Kuah petis dikata lemak, Pelam
dimakan udang diusyar, Tumpah setitis airmata emak, Sedalam lautan di Padang Mahsyar. Kolah
telaga nampak tepinya, Se ela dekat arah ke titi; Adalah Syurga di telapak kakinya, Rela dan taat
pasrah berbakti. Kering manis buah pulasan, Tinggi redup rambutan seribu; Sering menangis luah
perasaan, Hati sayup teringatkan ibu. Bersih semak cucuhnya lalang, Pekat hapak berlama-lama; 
Kasih emak basuh tak hilang, Lekat di anak selama-lama. Pilih jerami hendakkan antah, Halau
merbah helang dah sedia; Kasih ummi tidak bernokhtah, Walau sudah hilang di dunia. Mula hujan
membawa mega, Tinggi gayat bermendung awan; Rela berkorban nyawa tenaga, Selagi hayat
dikandung badan. Kaup abu terbungkang bata, Tangga retak galah dibawa; Sanggup ibu
bersengkang mata, Menjaga anak lelah bernyawa. Pantai Dalam indah pesona, Minum madu
bersulam kudapan; Andai terbungkam gundah gulana, Senyum ibu dalam tangisan. Seekor undan
disesah sawa, Di gua Sibu merata lipan; Hancur badan berpisah nyawa, Doa ibu pelita kehidupan.
Sayang serindit disengat pari, Letih mendayu terbiar mati; Wang ringgit dapat dicari, Kasih ibu sukar
diganti. Tumbuh tegak mangganya amboi, Bercabang seribu letih si tupai; Sepuluh anak dijaganya
dodoi, Seorang ibu masih dipertikai. Hilanglah pucuk kecut delima, Merah sebelah retak dialih;
Alangkah sejuk perut si MAMA, Anugerah Allah anak yang soleh. Putih lawa harum menyerlah,
Melati ditanam segar cuaca; Letih membawa senyum di wajah, Hati di dalam sukar dibaca. Andai
memilih cereka lama, Hargailah erti lagenda warisan; Andai kasih mereka percuma. Jagailah hati
bonda berpesan. Indah padi nampak belaka, Tumbuh sayup di bendang desa; Usah jadi sianak
durhaka, Lumpuh hidup bersandang dosa. Makan kerabu bersama ulaman, Papaya disaji peria
kelat; Pesan ibu menjadi pedoman, Bahagia diri dunia akhirat. Tumbuh peria di celah pintu, Tangga
retak sinki berdebu; Sungguh DIA telah menentu, Syurga ditelapak kaki ibu. Santun Melayu tak
lapuk hawa, Sopan indah maraklah bicara; Pantun Ibu menusuk jiwa, Beban lelah tidaklah terkira.
Ambil camca diambil tepung, Tepung ubi kelatlah rasa, Sambil membaca sambil merenung,
Merenung diri berbuatkah jasa. Pantai terdekat muara tempias, Di Subuh hari bangun bersolat;
Andai terdapat bicara lepas, Sepuluh jari ku susun rapat. Buat mu ibu, mama, ummi, emak dan
segala apa panggilan sekali pun, jasamu bagai air sungai yang mengalir tanpa henti.....ingatlah
duhai insan yang bernama anak, kenanglah ibu kita....termasuk Ummi, walau kita berjauhan badan
di mata tak nampak.....doa merimbun buatmu......amin.... Sampai di sini dulu dari Ummi, sebenarnya
banyak lagi yang hendak Ummi rangkaikan namun cukuplah setakat berasam garam berair dalam,
yang terbaik adalah dariNYA dan yang terkurang dari hamba yang serba
kurang.......terimalah sejambak mawar putih untuk Mak.... Pekan Cina berjual lemuju, Belilah lada
agaknya sekati; Asalkan warna tertinggal di baju, Janganlah ada kepada hati. Turun hampir ke
dahan mengkudu, Mengkudu hutan tanam seminggu; Pantun berair basahan madu, Madu dimakan
berulam lagu.

Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin

Anda mungkin juga menyukai