Kelas: Regional E
Nim : 2201111017
Dosen Pengampu:
Prof.Dr.Rosmawaty
Harahap,M.Pd.
Matkul: Teori Sejarah Sastra
Puisi Pertemuan Pertama:
Hijau Ku Cinta
Tentang Mereka
Alkisah tentang mereka yang tidak lagi mengerti, ngeri menjadi di kala ambisi terus di isi
Puisi WS Rendra
Tertahan air mata akan mereka tumpahkan pada yang memberikan mereka hidup
Ampunan Kembali
Tidak pernah kecewa aku meminta, tidak akan pernah ada kecewa untuk mengiba
Dalam hamparan yang bisu, tidak semua telinga memerlukan alunan merdu
Mata menjadi menyala kepada apa yang telah bulat terkunci anak panah
Sayup-sayup musik tidak lagi penting, dalam hati telah bernyanyi lagu-lagu cambuk diri
Seperti kesiaan kalian terus menabur lelah memberikan sakit pada kaum kami
Tidak ada keraguan, tidak punya rasa takut, berdiri diatas duri, sujud meski meteor menghujani
Esok Hari
Hanya Dia
Pria Tercinta
Menyiram bunga jadi agenda yang ditunggu, karena kupunya alasan untuk bermain air
Tentangku
Terimakasih Guruku …
Puisi Pertemuan Ke Tujuh:
Wabah Saronen
Saronenku memecah,
Ketika aku menyanjungmu,aku menyimak larik Sapardi tentang suatu hari nanti
Sementara orang orang mengurung seru dan aku berkeliaran mencari ketiadaan,
Oleh Sapardi"
Itu sudah cukup menyuratkan betapa kejapannya saraf jemari jemari itu
Aku masih sama seperti orang yang telah kehilangan banyak darah waktu itu.
tapi keinginan hatimu membahagiakan aku Dan yang selalu kau berkata padaku
Kerinduan
Sepi
Tersebab,
Ini Tentangmu
Demikian tentangmu,
Dan lihatlah,
Rasa
Tapi kenapa,
Maaf teman,
Anak Nakalku
aduuh,,
pusing rasanya,,
melihatmu,,
anakku,,
dan kesayanganku,,
Koran Peradaban
Apa ini hanya tajuk laris Koran-koran ?,Ataukah memang ujung dari sebuah peradaban.
Puisi Pertemuan Ke Tiga Belas
Tak Puas
Kekeringan
Jagalah diriku
Taman
Karena
Permainya Desaku
Petani bersukaria
Begitu beningnya
Indonesiaku
Indonesia jaya.
Puisi Pertemuan Ke Tujuh Belas
Batu Kelapa
Awan
Bertebaran di angkasa
Bergelombang mengombak-ombak
Jauh disana
Tebal tipis
Beredar dimana-mana
Sawah
bersinar,menyilaukan mata,
Televisi
Sudut Pandang
Sebutir Debu
lalu terbang
Kesabaran
Dalam Bis
bergoyang terarah
demikian cepat
Dunia Kini
Semuanya berubah,,
Hati-hatilah sayang,,
Judulku
Lalu bagaimana,,
amin
Kisah Perjuanganku
Karna kehidupan ini butuh kerja keras dan pengorbanan yang luar biasa
Maka itu tak ada kata menyerah sebelum mencapai impian yang penuh harapan.
Puisi Pertemuan Ke Dua Puluh Tiga
MOVE ON
Menghilangkan kenangan indah yang kita lalui bersama juga bukan lah hal yang mudah
Meninggalkan kisah bahagia kita berdua itu juga bukanlah hal yang mudah
Tetapi alangkah lebih mudah jika aku berusaha melupakan sosok mu dalam hidup ku
Tersisih
Saat ini aku sedang berada di posisi terlupakan dan tidak lagi kau ingat
Kini ia berdiri
Sungguh elok
Tarian Ombak
Datang menyapaku
Mimpi…
Bebas
Derita
Tuhan..
Aku
Rindu
Sudahlah…
Andai
Rindu Semu
Bahwa pada sang malam Aku ingin bercerita Tentang perkara “rasa”
Sebatas semu
Puisi Pertemuan Ke Dua Puluh Sembilan
Memenjarakan bebasmu
Sungguh..
ke lubuk mabuk
Dipeluk dingin
berkabar
ke liangnya
dimabuk peluk
memecah diam
Pelukan Doa
Di bumi yang terpijak jauh aku akan meninggalkan tahta sebagai putra mahkota
Melepaskan baju kebesaran, dan memakai pakaian yang sama dengan rakyat kebanyakan
Berjalanlah aku menuju bumi yang jauh seperti yang kau ceritakan
Dalam ikatan lontar waktu yang tak sebentar harus ku lalui tanpa pengawalan
Katamu, hal terbaik yang akan membuat tahtaku tidak goyah adalah iman
Dan katamu, tanpa bekal setengah abad yang lalu kalian pun sama
Di siang-siang nan terang, hati terasa kelam kalau belum titip salam untuk Ibu
Ibu…
Ibu…
Di situlah sumur,
Rindu Bunda