Anda di halaman 1dari 24

“ALIH WAHANA NOVEL ROMAN PICISAN KARYA EDDY

D. ISKANDAR MENJADI ROMPIS SUTRADARA MONTY


TIWA”

Oleh :

Ni Putu Novi Yanti (1601511026)

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur semoga senantiasa terpanjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan semua limpahan serta rahmatNya kepada kita
semua, sehingga proposal yang saya buat ini dapat disusun dengan
maksimal dan tepat waktu.
Besar harapan saya agar proposal ini bisa memberikan manfaat, lebih
khusus kepada kami yang menjadi pemohon serta Bapak dan Ibu sekalian.
Kami menyadari betul bahwa hadirnya proposal ini tentu bukan berarti ia
sempurna dan lepas dari masukan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
Bapak Ibu semua sangat kami harapkan dan kami terbuka untuk itu.

ii
DAFTAR ISI

1. Latar Belakang ………………………………………. 1


2. Rumusan Masalah …………………………………… 4
3. Tujuan Penelitian ……………………………………. 4
3.1 Tujuan Umum ……………………………………….. 4
3.2 Tujuan Khusus ……………………………………… 4
4. Manfaat Penelitian ………………………………….. 5
4.1 Manfaat Teoretis ……………………………………. 5
4.2 Manfaat Praktis ……………………………………... 5
5. Kajian Pustaka ……………………………………… 5
6. Konsep ………………………………………………. 7
6.1 Alih Wahana ………………………………………… 7
6.2 Ekranisasi …………………………………………… 8
6.3 Perbedaan Novel dan Film ………………………… 8
7. Landasan …………………………………………… 9
7.1 Teori Struktural …………………………………… 9
7.2 Teori Ekranisasi …………………………………… 10
8. Metode dan Teknik Penelitian …………………… 11
8.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ………… 12
8.2 Metode dan Teknik Analisis Data ……………….. 12
8.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data 13
DAFTAR PUSTAKA ………………………………….. 14
LAMPIRAN

iii
1. Latar Belakang

Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati oleh


masyarakat. Seorang sastrawan melahirkan suatu karyanya tidak
semata-mata hanya memberikan hiburan saja, tetapi mampu juga
mendorong si pembaca berpikir dan menilai. Sastra itu
menyenangkan karena sastra membicarakan tentang kehidupan
pribadi. Sastra lahir berdasarkan kreatif si pengarang. Daya kreatif
antara pengarang satu dengan yang lainnya berbeda-beda.

Memahami, menikmati, menghayati, dan memanfaatkan


karya sastra dapat melahirkan kreativitas bagi pembaca. Seniman
akan berusaha menciptakan sesuatu yang baru berbentuk kesenian
lain, mengubah bentuk karya sastra menjadi karya yang baru dan
berbentuk lain, sehingga karya sastra yang dibaca dan berbentuk
tulisan bisa memunculkan sebuah karya seni berbentuk lain, seperti
yang diungkapkan Sapardi Djoko Damono bahwa dalam
perkembangan kegiatan kesenian, sudah sangat lumrah satu jenis
kesenian mengambil kesenian lain sebagai sumbernya. (Damono,
2012:4).

Kata “sastra”, memiliki dua kemungkinan pengertian yang


muncul dalam benak pikiran kita (Sehandi, 2016:1). Pertama, sastra
adalah hasil karya seni para pengarang atau sastrawan, yakni berupa
prosa (cerita pendek dan novel), puisi, dan drama (naskah drama
atau pementasan drama). Sastra dalam pengertian ini disebut karya
sastra atau sastra kreatif. Kedua, sastra adalah ilmu pengetahuan
atau bidang ilmu yang mempelajari karya-karya sastra (prosa, puisi,
dan drama), yang dikenal dengan nama ilmu sastra atau sastra
ilmiah (Sehandi, 2016:1).
Film yang diangkat dari karya sastra bukan hal yang baru
lagi bagi masyarakat dan bukan tren sesaat, tetapi sudah menjadi
tren dalam jangka panjang. Perubahan karya sastra menjadi film
disebut dengan alih wahana. Karya sastra tidak hanya bisa
1
diterjemahkan, yakni dialihkan dari satu bahasa ke bahasa
lain, tetapi juga dialihwahanakan, yakni diubah menjadi jenis
kesenian lain (Damono, 2009:121). Menurut Damono (2016:13),
alih wahana mencakup kegiatan penerjemahan, penyaduran, dan
pemindahan dari satu jenis kesenian ke jenis kesenian lain. Dalam
hal ini pengalihwahanaan sangat penting dilakukan untuk
meningkatkan mutu sastra agar dapat dimanfaatkan sebagai media
ekspresi, pencerminan, dan pencarian jati diri untuk membangun
kebudayaan baru.

Fenomena alih wahana dari suatu karya sastra ke film telah


terjadi sejak beberapa decade ini. Dengan adanya pengalihwahanaan
tersebut maka mau tidak mau akan menimbulkan berbagai macam
perubahan tersebut bisa seperti penambahan atau pengurangan
adegan, dan juga perubahan bervariasi yang semua itu tergantung
pada kepentingan filmis dan karena perbedaan antara sistem sastra
dan sistem film.

Damono (2016:13) mendefinisikan ekranisasi sebagai


alihwahana, yaitu pengalihan karya seni dari satu wahana ke
wahana yang lain. Ekranisasi dengan demikian, secara sederhana
dapat dikatakan sebagai pengadaptasian karya sastra (wahana tulis)
ke dalam film (wahana audiovisual). Eneste (1991:11)
menyampaikan pemindahan sebuah karya sastra ke medium lain
disebut ekranisasi, baik itu pemindahan dalam bentuk drama, film,
ataupun animasi. Ekranisasi pada umumnya dilakukan karena
banyaknya tingkat pembaca dan sambutan hangat dari para
khalayak. Film yang diekranisasi dari karya sastra tentu mengalami
perubahan, baik penambahan cerita maupun pengurangan cerita.

Film-film yang diadaptasi dari novel melibatkan dua orang


penting yaitu pengarang dan sutradara. Cerita dalam novel
ditentukan oleh sudut pandang pengarang, sementara cerita dalam
film diatur oleh sutradara. Ketika novel difilmkan maka cerita yang
diceritakan bukan lagi bertolak pada sudut pandang pengarang

2
melainkan berpindah sudut pandang sutradara. Sudut pandang
pengarang dan sudut pandang sutradara berbeda. Sudut pandang
pengarang berpusat pada kualitas novel dan seni bahasa, sedangkan
sudut pandang sutradara berpusat pada kualitas film dan untuk
kepentingan komersial. Sehingga tidak heran jika antara novel dan
filmnya banyak perbedaan. Banyak peristiwa dalam novel tidak
ditayangkan pada film dan banyak pula peristiwa yang tidak ada
dalam novel tetapi dalam filmnya ada.

Novel Roman Picisan karya Eddy D. Iskandar adalah sebuah


novel yang diubah menjadi sebuah film yang berjudul Rompis
disutradarai oleh Monty Tiwa. Novel ini diterbitkan tahun 1979
hingga sekarang masih banyak peminatnya. Sehingga kualitasnya
tidak diragukan lagi. Novel yang menceritakan tentang anak remaja
ini sangat menarik. Sepasang remaja yang saling membenci hingga
akhirnya saling merindukan. Selalu berselisih paham jika ketemu
dan ego masing-masing sangat tinggi. Disaat kelulusan Sekolah
Menengah Atas (SMA) mereka baru merasakan kehilangan karena
si perempuan pindah tempat tinggal mengikuti sang ayah. Disitulah
mereka baru menyesal karena mereka rasakan selama ini ialah
ekspresi rasa kepedulian satu sama lain.

Pada penelitian ini akan dianalisis proses ekranisasi novel


Roman Picisan menjadi sebuah film yang berjudul Rompis.
Ekranisasi berasal dari bahasa Perancis, ecran, artinya berarti layar.
Jadi ekranisasi adalah pelayarputihan atau
pemindahan/pengangkatan sebuah novel ke dalam film (Eneste,
1991). Terdapat tiga proses perubahan dalam ekranisasi antara lain
penciutan, penambahan, dan perubahan variasi. Penciutan dikenal
dengan istilah penghilangan menurut Eneste (1991:61) salah satu
langkah yang ditempuh dalam proses transformasi sastra ke film.
Penciutan dapat dilakukan terhadap unsur sastra, seperti cerita, alur,
tokoh, latar, ataupun suasana. Penambahan merupakan salah satu
proses transformasi sastra ke bentuk film (Eneste, 1991:65). Sama
halnya dengan penciutan, penambahan juga dilakukan terhadap
3
unsur sastra, seperti cerita, alur, tokoh, latar, ataupun suasana.
Perubahan variasi antara novel dan film dapat terjadi dalam ranah
ide cerita, gaya penceritaan, dan sebaginya. Terjadinya perubahan
variasi dipengaruhi oleh faktor media yang digunakan, persoalan
penonton, dan durasi waktu pemutaran. Dalam alih wahana,
pembuat film merasa perlu membuat variasi-variasi dalam film
sehingga terkesan film yang didasarkan atas novel itu tidak seasli
novelnya (Eneste, 1991:65) .

1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan
masalahnya sebagai berikut :
1) Bagaimana struktur novel Roman Picisan karya Eddy D.
Iskandar dengan film Rompis sutradara Monty Tiwa?
2) Bagaimana proses ekranisasi novel menjadi film Roman
Picisan?

2. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, terdapat dua tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yakni sebagai berikut.
3.1 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan agar mengetahui apa
saja perbedaan atau persamaan antara novel dengan film. Selain itu
penelitian ini bertujuan membuka wawasan masyarakat bahwa karya
sastra tidak hanya diterjemahkan saja tetapi bisa dialihwahana.

3.2 Tujuan Khusus


Selain tujuan umum di atas, dalam penelitian ini terdapat
tujuan khusus. Adapun tujuan khusus sebagai berikut:
a. Supaya mengetahui struktura Roman Picisan karya Eddy D.
Iskandar dengan film Rompis sutradara Monty Tiwa
b. Supaya mengetahui proses ekranisasi novel menjadi Roman
picisan

4
3. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan mendapat manfaat yang
baik secara teoritis maupun secara praktis. Manfaat penelitian ini
adalah sebagai berikut :
4.1 Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu kesastraan
khususnya dalam bidang studi novel, cerpen, puisi, film,
drama dengan pendekatan struktural dan ekranisasi
b. Penelitian ini dapat dijadikan tahapan awal dalam penelitian
selanjutnya untuk memperoleh hasil yang memuaskan dan
yang lebih sempurna
c. Penelitian ini diharapkan dapat melihat perkembangan sastra
di bidang struktural
4.2 Manfaat Praktis
a. Dalam penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
bagi pembaca dalam pengembangan sastra, terkait dengan
struktural sastra dalam alih wahana
b. Agar mempermudah sejauh mana pengamatan karya sastra
berkembang di kalangan masyarakat.

4. Kajian Pustaka
Kajian Pustaka di dalam sebuah penelitian penting untuk
dideskripsikan. Kajian pustaka juga berfungsi untuk mengetahui
kedudukan penelitian di samping penelitian lain yang relevan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggali lebih mendalam
informasi dari penelitian sebelumnya sebagai bahan perbandingan,
baik mengenai kelebihan maupun kekurangan.
a. Skripsi Arthadea Anggitapraja dengan judul “Alih
Wahana Lirik Lagu, Cerpen, Video klip Malaikat Juga
Tahu Karya Dewi Lestari”. Arta ialah seorang mahasiswa
di Fakultas Bahasa dan Seni Rupa Universitas Sebelas
Maret Surakarta 2010. Penelitian ini sangat menjelaskan
bagaimana proses alih wahana. Dalam skripsi ini tidak
hanya mengambil satu, dua topik tetapi tiga sekaligus
mengambil perbedaan. Dalam penelitian ini juga

5
memfokuskan bagaimana “unsur-unsur yang ada di
dalam lirik lagu, cerpen, dan video klip. Unsur-unsur
lirik lagu meliputi pembaitan, diksi, pengimajian, tema
dan amanat. Perbedaan dari kedua penelitia ialah
penelitian ini hanya mengambil dua karya sastra yang
akan dipakai, tetapi peneliti Arthadea mengambil tiga
sekaligus karya sastra yang akan diteliti. Persamaan
dalam kedua peneliti ini ialah sama-sama menganalisis
alih wahana.
b. Skripsi Rara Rezky Setiawati dengan judul “Alih
Wahana Novel Supernova Karya Dewi Lestari menjadi
film Supernova Karya Rizal Mantovani Kajian Model
Pamusuk Eneste”. Rara ialah seorang mahasiswi di
Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Makasar
tahun 2013. Penelitian ini memfokuskan pada hubungan
intertekstual novel dalam film Supernova Epidose
Kesatria Putri, dan Bintang Jatuh dalam proses
ekranisasi novel menjadi film. Perbedaan peneliti ini
dengan peneliti Rara ialah dibagian analisis intertekstual.
Skripsi Rara menganalisis intertektual sedangkan
penelian saya hanya membahas ekranisasi dan struktur.
Persamaan dari kedua peneliti ialah sama-sama
menganalisis dengan teori alih wahana.
c. Skripsi Prastika Aderia, Hasanuddin WS, Zulfadhli
dengan judul “Ekranisasi Novel Ke Film Surat Kecil
Untuk Tuhan”. Mereka bertiga ialah mahasiswa dan
mahasiswi program studi Bahasa dan Sastra Indonesia
FBS Universitas Negeri Padang 2013. Penelitian ini
menjelaskan bahwa setiap episode sangat penting. Novel
dan filmnya tidak terlalu jauh berbeda. Bahkan hamper
mirip keduanya hanya saja ada beberapa adegan yang
dihilangkan. Perbedaan dalam kedua peneliti ini ialah
peneliti ini mencantumkan sutradara dan pengarangnya
di bagian judulnya sedangkan peneliti Prastika tidak

6
menjabarkan siapa mengarangnya dan siapa
sutradaranya. Persamaannya ialah sama-sama
menganalisis dari novel ke film.

5. Konsep
Dalam penelitian ini perlu dijelaskan beberapa konsep untuk
menunjang proses penelitian. Beberapa konsep yang akan dibahas
sebagai berikut.
6.1 Alih Wahana
Ada beberapa istilah yang perlu diketahui dalam proses
pengubahan karya sastra menjadi karya seni lain seperti film, yaitu
alih wahana, ekranisasi, dan transformasi. Penulis dalam penelitian
ini menggunakan istilah alih wahana dikarenakan alih wahana tidak
sekadar bertumpu pada perubahan karya sastra menjadi karya seni
lain dan pelayarputihan dari karya sastra menjadi film.
Alih wahana mencakup kegiatan penerjemahan, penyaduran,
dan
pemindahan dari satu jenis kesenian ke jenis kesenian yang lain.
Wahana berarti
kendaraan, alih wahana adalah proses pengalihan dari satu jenis
„kendaraan‟ ke jenis „kendaraan‟ lain. Sebagai „kendaraan‟ suatu
karya seni merupakan alat yang bisa mengalihkan sesuatu dari satu
tempat ke tempat lain. Wahana diartikan juga sebagai medium yang
digunakan untuk mengungkapkan, mencapai, atau memamerkan
gagasan atau perasaan. Jadi, pada intinya pengertian itu adalah
pemindahan dan pengubahan.

6.2 Ekranisasi
Ekranisasi adalah suatu pengubahan wahana dari kata-kata
menjadi wahana gambar. Di dalam novel segalanya diungkapkan
dengan kata kata,sedangkan dalam film ilustrasi dan gambaran
diwujudkan melalui gambar. Eneste (1991:60) menyebutkan bahwa
ekranisasi adalah suatu proses pelayarputihan atau pemindahan sebuah
novel ke dalam film (Ecran dalam bahasa

7
Prancis berarti „layar‟). Ekranisasi mengakibatkan beberapa
perubahan pada karya sastra, Damono (2009:123) mengungkapkan
bahwa banyak hal yang menyebabkan perubahan harus dilakukan jika
sebuah karya diubah menjadi media lain, seperti film. Novel bisa
dibaca kapan saja dan dalam situasi yang sama sekali ditentukan oleh
pembaca, sementara pemanggungan dan film dibatasi waktunya.
6.3 Perbedaan Novel dan Film
Perbedaan pertama, yaitu pada alat. Alat utama dalam novel
adalah kata-kata sedangkan alat dalam pembuatan film memakai
gambar-gambar yang bergerak berkelanjutan. Perbedaan kedua pada
proses penggarapan. Novel dapat diciptakan dengan kreasi
individual sedangkan pada penciptaan film merupakan hasil kerja
gotong royong seperti produser, penulis skenario, sutradara, juru
kamera, penata artistik, perekam suara, para pemain, dan lain-lain.
Perbedaan ketiga pada proses penikmatan. Proses penikmatan dari
novel ke film terjadi perubahan dari membaca menjadi menonton
dan penikmatnya sendiri berubah dari pembaca menjadi penonton.
Selain itu, ketika membaca novel dapat dinikmati kapan saja dan
dimana saja sedangkan saat menonton film dapat dinikmati pada
jam dan tempat tertentu. (Eneste, 1991:60-61)

6. Landasan Teori
Setiap penelitian pasti memiliki kerangka teori untuk
menyelesaikan permasalahannya agar mencapai hasil yang
maksimal. Landasan teori yang memuat pokok-pokok pikiran dari
sudut mana penelitian akan disoroti. Landasan teori yang dipakai
adalah sebagai berikut :

7.1 Teori Struktural


Teori strukturalisme sastra merupakan sebuah teori
pendekatan terhadap teks-teks sastrayang menekankan keseluruhan
relasi antara berbagai unsur teks. Teori strukturalisme memiliki latar

8
belakang sejarah evolusi yang cukup panjang danberkembang secara
dinamis. Menurut kaum Stukturalisme, sebuah karya fiksi
merupakan sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh
berbagai unsur (pembangun)-nya. Menurut Nurgiyantoro (2007:38),
analisis struktural karya sastra, yang dalam hal ini fiksi, dapat
dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan
fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan.
Pendapat Teeuw (2015:106) analisis struktural bertujuan
membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, sedetail, dan
sedalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua unsur dan
aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna yang
menyeluruh.
Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007:216), latar atau
setting yang disebut juga sebagai landasan tumpu, menyaran pada
pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat
terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Jadi, setting (latar)
dibagi menjadi tiga yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.
Secara umum analisis struktural bertujuan memaparkan
secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antarberbagai unsur karya
sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan.
Namun, yang lebih penting adalah bagaimana hubungan antar unsur
itu, dan sumbangan apa yang diberikan terhadap tujuan estetika dan
makna keseluruhan yang ingin dicapai. Pendekatan struktural dalam
penelitian ini menganalisis alur, latar, tokoh, penokohan, sudut
pandang dan setting pada novel Roman Picisan.

7.2 Teori Ekranisasi


Damono (2016:13) mendefinisikan ekranisasi sebagai
alihwahana, yaitu pengalihan karya seni dari satu wahana ke
wahana yang lain. Ekranisasi dengan demikian, secara sederhana
dapat dikatakan sebagai pengadaptasian karya sastra (wahana tulis)
ke dalam film (wahana audiovisual). Eneste (1991:11)
menyampaikan pemindahan sebuah karya sastra ke medium lain
disebut ekranisasi, baik itu pemindahan dalam bentuk drama, film,
ataupun animasi. Ekranisasi pada umumnya dilakukan karena
9
banyaknya tingkat pembaca dan sambutan hangat dari para
khalayak. Film yang diekranisasi dari karya sastra tentu mengalami
perubahan, baik penambahan cerita maupun pengurangan cerita.
Karya sastra tidak hanya bisa diterjemahkan, yakni dialihkan dari
satu bahasa ke bahasa lain, tetapi juga dialihwahanakan, dalam hal
ini diubah menjadi jenis kesenian lain (Damono, 2009:121). Eneste
(1991:61-66) menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi dalam
ekranisasi adalah sebagai berikut.

7.2.1 Pengurangan

Penciutan dikenal dengan istilah penghilangan menurut


Eneste (1991:61) salah satu langkah yang ditempuh dalam proses
transformasi sastra ke film. Penciutan dapat dilakukan terhadap
unsur sastra seperti cerita, alur, tokoh, latar, maupun suasana. Salah
satu langkah yang ditempuh dalam proses transformasi karya sastra
ke film adalah pengurangan.
Eneste (1991:61—62) menjelaskan bahwa pengurangan atau
pemotongan pada unsur cerita sastra dilakukan karena beberapa hal,
yaitu: (1) anggapan bahwa adegan maupun tokoh tertentu dalam
karya sastra tersebut tidak diperlukan atau tidak penting ditampilkan
dalam film. Selain itu, latar cerita dalam novel tidak mungkin
dipindahkan secara keseluruhan ke dalam film, karena film akan
menjadi panjang sekali. Oleh karena itu, latar yang ditampilkan
dalam film hanya latar yang memadai atau yang penting-penting
saja. Hal tersebut tentu saja tidak lepas dari pertimbangan tujuan dan
durasi waktu penayangan. (2) Alasan mengganggu, yaitu adanya
anggapan atau alasan sineas bahwa menghadirkan unsur-unsur
tersebut justru dapat mengganggu cerita di dalam film. (3) Adanya
keterbatasan teknis film atau medium film, bahwa tidak semua
bagian adegan atau cerita dalam karya sastra dapat dihadirkan di
dalam film. (4) Alasan penonton atau audiens, hal ini juga berkaitan
dengan persoalan durasi waktu.

7.2.3 Penambahan

10
Penambahan merupakan salah satu proses transformasi
sastra ke bentuk film (Eneste, 1991:65). Sama halnya dengan
penciutan, penambahan juga dilakukan terhadap unsur sastra seperti
cerita, alur, tokoh, latar, maupun suasana. Penambahan yang
dilakukan dalam proses ekranisasi ini tentunya memiliki alasan.
7.2.4 Perubahan Variasi
Perubahan variasi antara novel dan film dapat terjadi dalam
ranah ide cerita, gaya penceritaan, dan sebaginya. Terjadinya
perubahan variasi dipengaruhi oleh faktor media yang digunakan,
persoalan penonton, dan durasi waktu pemutaran. Dalam alih
wahana, pembuat film merasa perlu membuat variasi-variasi dalam
film, sehingga terkesan film yang didasarkan atas novel itu tidak
seasli novelnya (Eneste, 1991:65) . Eneste (1991:67) menyatakan
bahwa dalam mengekranisasi pembuat film merasa perlu membuat
variasi-variasi dalam film, sehingga terkesan film yang didasarkan
atas novel itu tidak seasli novelnya.

7. Metode dan Teknik Penelitian


Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk
melaksanakan suatu
pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pustaka. Dengan
cara membaca novel dan menonton film lalu dianalisis perbedaan
dan persamaan antara novel dan film. Teknik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik membaca, menyimak, mencatat bagian
yang penting antara novel dan film.

8.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data


Metode yang digunakan dalam tahapan pengumpulan data
adalah metode studi kepustakaan dengan teknik lanjutan berupa
teknik baca catat. Studi kepustakaan yang dilakukan dalam
penelitian ini yaitu membaca novel dengan seksama, disimak, dan
dicatat bagian yang menjadi objek penelitian dalam novel. Dalam
menganalisis film teknik yang digunakan adalah menyimak,

11
mendengarkan, dan mencatat dialog dalam film. Data yang telah
terkumpul dibandingkan persamaan dan perbedaannya antara novel
dengan film.

8.2 Metode dan Teknik Analisis Data


Dalam tahapan ini metode yang digunakan adalah metode
formal dan
metode deskriptif analitik. Metode formal adalah metode yang
digunakan dalam analisis dengan mempertimbangkan aspek-aspek
formal, aspek-aspek bentuk, yaitu unsur-unsur karya sastra (Ratna,
2009:49). Metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara
mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis
yang dapat dipertanggungjawabkan. Metode deskriptif tidak semata-
mata hanya menguraikan, tetapi juga memberikan pemahaman dan
penjelasan secukupnya mengenai data yang ada (Ratna, 2009:53).
Dalam teknik pengolahan data kedua metode di atas digabungkan
dengan cara novel dan film dideskripsikan melalui latar, alur, tokoh,
penokohan dan dialog dengan maksud untuk menemukan unsur-
unsur perbedaannya di antara novel dan film Roman Picisan. Data
yang telah dideskripsikan tersebut dianalisis sesuai dengan teori
yang digunakan.

8.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data


Penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini
menggunakan metode informal, yaitu penyajian hasil analisis data
dengan menggunakan uraian kata atau kalimat tanpa menggunakan
tanda dan lambang. Teknik yang digunakan dalam menyajikan hasil
analisis adalah teknik narasi, yaitu membandingkan perbedaan unsur
antara novel dan film yang telah dianalisis sebelumnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Sehandi, Yohanes. 2016. Mengenal 25 Teori Sastra. Yogyakarta: Ombak.

Damono, Sapardi Djoko. 2009. Sastra Bandingan. Ciputat: editum.

Damono, Sapardi Djoko. 2016. Alih Wahana. Ciputat: editum.

Eneste, Pamusuk. 1991. Novel dan Film. Flores: Nusa Indah.

Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

13
Lampiran 1

RAGANGAN PENELITIAN

JUDUL

HALAMAN JUDUL

PERNYATAAN KEASLIAN

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN

PANITIA PENGUJI

KATA PENGANTAR

14
DAFTAR ISI

DAFTAR SINGKATAN

DAFTAR LAMBANG

ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penelitian
3.1 Tujuan Umum
3.2 Tujuan Khusus
4. Manfaat Penelitian
4.1 Manfaat Teoretis
4.2 Manfaat Praktis
5. Kajian Pustaka
6. Konsep
7. Landasan Teori
8. Metode dan Teknik Penelitian
8.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
8.2 Metode dan Teknik Analisis Data
8.3 Metode dan Teknik Hasil Analisis Data

BAB II STRUKTUR NOVEL ROMAN PICISAN

2.1 Pengantar

2.2 Unsur pembangun novel

BAB III EKRANISASI DARI NOVEL KE FILM ROMAN PICISAN

3.1 Pengantar

3.2 Penambahan

3.3 Pengurangan

3.4 Perubahan Variasi

15
BAB V PENUTUP

4.1 Simpulan

4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

16
Lampiran 2

Sinopsis :
Novel Roman Picisan karya Eddy D. Iskandar adalah sebuah novel
yang diubah menjadi sebuah film yang berjudul Rompis disutradarai oleh
Monty Tiwa. Novel ini diterbitkan tahun 1979 hingga sekarang masih banyak
peminatnya. Sehingga kualitasnya tidak diragukan lagi. Novel yang
menceritakan tentang anak remaja ini sangat menarik. Sepasang remaja yang
saling membenci hingga akhirnya saling merindukan. Selalu berselisih paham
jika ketemu dan ego masing-masing sangat tinggi. Disaat kelulusan Sekolah
Menengah Atas (SMA) mereka baru merasakan kehilangan karena si
perempuan pindah tempat tinggal mengikuti sang ayah. Disitulah mereka baru
menyesal karena mereka rasakan selama ini ialah ekspresi rasa kepedulian
satu sama lain
Lampiran 3

RENCANA JADWAL PENELITIAN

Tahun 2019 Tahun 2020


No Kegiatan Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi
1
Pustaka
Bimbingan
2
Proposal
Ujian
3
Proposal
Perbaikan
4
Proposal
Penyerahan
5 Proposal ke
Jurusan
Bimbingan
6
Skripsi
Seminar
7
Hasil
Ujian
8
Skripsi
Perbaikan
9
Skripsi
10 Wisuda

Anda mungkin juga menyukai