ANTROPOLOGI
INDONESIAIndonesian Journal of Social and Cultural Anthropology
Tentang Kata Korupsi yang Datang Silih Berganti: Vol. 34 No. 1
Suatu Penjelasan Budaya Januari-Juni
2013
Totua Ngata dan Konflik
(Studi atas Posisi Totua Ngata sebagai Lembaga Adat
di Kecamatan Marawola)
ANTROPOLOGI INDONESIA Vol. 34 No. 1 Januari-Juni 2013
Departemen Antropologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia
ANTROPOLOGI INDONESIA Vol. 34 No. 1 2013
Dewan Penasihat
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Indonesia
Memanusiakan Manusia 75
dalam Lingkungan yang Tangguh:
Mengapa Jauh Panggang dari Api?
Yunita T. Winarto
Budaya Penjara: 91
Arena Sosial Semi Otonom
di Lembaga Pemasayarakatan X
A. Josias Simon Runturambi
Berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik lndonesia Nomor: 80/DIKTI/
Kep/2012 tanggal 13 Desember 2012 tentang Hasil Akreditasi Terbitan Berkala llmiah Periode II Tahun 2012, Jurnal Antropologi Indonesia
(JAI) diakui sebagai jurnal nasional terakreditasi, berlaku sejak 13 Desember 2012 13 Desember 2017.
Sekerei Mentawai:
Keseharian dan Tradisi Pengetahuan Lokal yang Digerus oleh Zaman
Lucky Zamzami1
Antropologi FISIP Universitas Andalas
Abstrak
Berdasarkan hasil penelitian lapangan di Mentawai, artikel ini membahas ketertarikan peneliti
terhadap pelaku pengobatan tradisional dalam masyarakat Mentawai, yaitu Sekerei. Daya tarik
seorang Sekerei diwujudkan melalui kehidupan kesehariannya yang begitu bersahaja, meskipun
pengaruh kekinian yang berasal dari kekuasaan dari luar dan modernitas begitu dahsyat meng-
gerus kepada pengetahuan lokal yang tersedia. Jumlah Sekerei yang semakin berkurang jum-
lahnya seiring temuan ramuan obat berkurang setiap tahunnya memperlihatkan eksistensi seorang
pengobat tradisional telah terpecah menjadi dua bagian, yaitu tetap bersinergi dengan kehidupan
alam tradisional atau menjadi bagian yang sangat penting dalam arus globalisasi yang semakin
mencengkram kekuatan seorang Sekerei.
Abstract
Based on data from fieldwork in Mentawai, this article discusses the researchers interest in
traditional medicine actors among the Mentawai people, namely Sekerei. The appeal of a Sekerei
is realized through their modest daily lives, despite the effect these days of power from outside
and modernity, that has so heavily eroded the local knowledge available. Sekerei are diminishing
numbers, and medicinal herb findings are diminishing annually, showing that traditional healers
have been split into two parts, namely fixed synergized with traditional natural life, or becoming
a very important part in the globalization that is gripping the power of a Sekerei.
1 Lucky Zamzami , staf pengajar pada jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Andalas, Padang. E-mail: hafidz_
smartillah@yahoo.com.
Daftar Pustaka
Agoes, Azwar.
1996 Antropologi Kesehatan Indonesia Jilid I, Pengobatan Tradisional. Jakarta: Buku Kedok-
teran B.G.C.
Al-Kumayi, Sulaiman
2011 Islam Bubuhan Kumai. Perspektif Varian Awam, Nahu, dan Hakekat. Jakarta: Kementerian
Agama RI.
Coronese, Stefano
1986 Kebudayaan Suku Mentawai. Jakarta: PT Grafidian Jaya.
Darojat, M., Ariyanto
2005 Terapi Ruqyah Terhadap Penyakit Fisik, Jiwa, dan Gangguan Jin. (Makalah). Surakarta:
Universitas Muhammadiyah
Memanusiakan Manusia 75
dalam Lingkungan yang Tangguh:
Mengapa Jauh Panggang dari Api?
Yunita T. Winarto
Budaya Penjara: 91
Arena Sosial Semi Otonom
di Lembaga Pemasayarakatan X
A. Josias Simon Runturambi