Anda di halaman 1dari 11

Contoh puisi lama

Pantun

Tanam melati di rama-rama


Ubur-ubur sampingan dua
Biarlah mati kita bersama
Satu kubur kita berdua
(Roro Mendut, 1968)

Syair

Dengan ilmu engkau terjaga


Dari suramnya waktu dan masa
Cemerlang akan senantiasa
Menyinari dirimu di masa dewasa
(Oleh: Gina Hayana)

Gurindam

(1) Barang siapa hendak bertanya


Maka tanyalah pada ahlinya

(2) Barang siapa mencari ilmu


Maka carilah ke para guru

(3) Jika belajar besungguh-sungguh


Keberhasilan akan kau rengkuh

(Gurindam dua belas karya Raja Ali Haji)

Karmina

Ke Minahasa minum jamu


Balaslah jasa guru – gurumu
Pakai tabung  ke Tasikmalaya
Rajin menabung supaya kaya

Talibun

Berlayar ke pulau antah berantah

Menerjang gulungan ombak

Bersama nahkoda tak kenal kalah

Agar kau tak bersusah payah

Melewati masa depanmu kelak

Tuntutlah ilmu tak kenal lelah

Seloka 8 baris

Lurus jalan ke Payakumbuh,


Kayu jati bertimbal jalan,
Dimana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan,

Kayu jati bertimbal jalan,


Turun angin patahlah dahan,
Ibu mati bapak berjalan,
Kemana untung diserahkan

Mantra

Ke hutan di desa
Pulanglah ke hutan besar
Pulanglah ke Gunung Guntung
Pulanglah ke sungai yang tidak memiliki kepala
Pulang ke kolam tanpa orang
Pulanglah ke musim semi yang tidak kering
Jika Anda tidak ingin kembali, mati

Contoh Puisi Baru

Elegi

Karya: Goenawan Mohamad

Bukankah surat cinta ini ditulis


ditulis ke arah siapa saja
Seperti hujan yang jatuh ritmis
menyentuh arah siapa saja
Bukankah surat cinta ini berkisah
berkisah melintas lembar bumi yang fana
Seperti misalnya gurun yang lelah
dilepas embun dan cahaya.

Puisi Satire

Aku bertanya
Oleh: WS Rendra

Aku bertanya…
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dalam kaki dewi kesenian.

Puisi Balada

Balada Orang-orang Tercinta


Karya: W.S. Rendra

Kita bergantian menghirup asam


Batuk dan lemas terceruk
Marah dan terbaret-baret
Cinta membuat kita bertahan
dengan secuil redup harapan

Kita berjalan terseok-seok


Mengira lelah akan hilang
di ujung terowongan yang terang
Namun cinta tidak membawa kita
memahami satu sama lain

Puisi epigram

Perjalanan Usia
Karya: Candra Malik

Anak-anak tumbuh mendewasa,


akankah aku hanya tumbuh menua?
Kelak mereka butuh lawan bicara,
apakah kala itu aku kakek pelupa?

anak-anak tidak selamanya bayi,


mereka butuh tak hanya dimengerti.
Mereka punya mata, punya hati,
tidak cukup dengan harta diwarisi.

Puisi Ode
Generasi Sekarang
Karya: Asmara Hadi

Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa

Menciptakan kemegahan baru


Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia

Puisi Romantis

Aku Ingin

Karya: Sapardi Djoko Damono

Aku ingin mencintaimu dengan sederhanadengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhanadengan isyarat yang tak sempat


disampaikanawan kepada hujan yang menjadikannya tiada

Contoh Puisi Modern

Distikon

Kurcaci

Karya: Joko Pinurbo

Kata-kata adalah kurcaci yang muncul tengah malam


dan ia bukan pertapa suci yang kebal terhadap godaan.

Kurcaci merubung tubuhnya yang berlumuran darah,

sementara pena yang dihunusnya belum mau patah.

Terzina

Pokok Kayu

Karya: Sapardi Djoko Damono

“suara angin di rumpun bambu

dan suara kapak di pokok kayu,

adakah bedanya, Saudaraku?”

“jangan mengganggu,” hardik seekor tempua

yang sedang mengerami telur-telurnya

di kusut rambut Nuh yang sangat purba

Quatrain

Pada Suatu Hari Nanti

Karya: Sapardi Djoko Damono

pada suatu hari nanti

jasadku tak akan ada lagi


tapi dalam bait-bait sajak ini

kau takkan kurelakan sendiri

pada suatu hari nanti

suaraku tal terdengar lagi

tapi diantara larik-larik sajak ini

kau akan tetap kusiasati

pada suatu hari nanti

impianku pun tak dikenal lagi

namun di sela-sela huruf sajak ini

kau takkan letih-letihnya kucari

Quint

Mampir

Karya: Joko Pinurbo

Tadi aku mampir ke tubuhmu

tapi tubuhmu sedang sepi

dan aku tidak berani mengetuk pintunya.

Jendela di luka lambungmu masih terbuka


dan aku tidak berani melongoknya

Sektet

Pendaratan Malam

Karya: Sitor Situmorang

Tentara tak berbekal mendarat

Di malam disuburkan lapar

(Bila fajar bawa berita

Kayu apung istirahat mereka)

Tentara tak berbekal mendarat

Di malam disuburkan lapar

Septima

Pasien

Karya: Joko Pinurbo

Seperti pasien keluar masuk rumah sakit jiwa,

kau rajin keluar masuk telepon genggam,

melacak jejak suara tak dikenal yang mengajakmu


kencan di kuburan pada malam purnama:

Aku pakai celana merah. Lekas datang, ya.

Kutengok ranjangmu: tubuhmu sedang membeku

menjadi telepon genggam raksasa.

Oktaf/Stanza

Burung Hitam

Karya: WS Rendra

Burung hitam manis dari hatiku

betapa cekatan dan rindu sepi syahdu.

Burung hitam adalah buah pohonan.

Burung hitam di dada adalah bebungaan.

Ia minum pada kali yang disayang

ia tidur di daunan bergoyang.

Ia bukanlah dari duka meski ia burung hitam.

Burung hitam adalah cintaku padamu yang terpendam


Soneta

Entah Sampai Kapan

Karya: Sapardi Djoko Damono

entah sejak kapan kita gugup

di antara frasa-frasa pongah

di kain rentang yang berlubang-lubang

sepanjang jalan raya itu; kita berhimpitan

di antara kata-kata kasar yang desak-mendesak

di kain rentang yang ditiup angin,

yang diikat di antara batang pohon

dan tiang listrik itu; kita tergencet di sela-sela

huruf-huruf kaku yang tindih menindih

di kain rentang yang berjuntai di perempatan jalan

yang tanpa lampu lalu lintas itu. Telah sejak lama

rupanya kita suka membayangkan diri kita

menjelma kain rentang koyak-moyak itu, sebisanya

bertahan terhadap hujan, angin, panas, dan dingin.

Anda mungkin juga menyukai