Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KLIPING

MEMBUAT PUISI

Anggota Kelompok :
1. Khumaesah Amelia ( )
2. Alda Risma Setiyani ( )
3. Dwi Yulianingsih ( )
4. Halimatul Sadiah ( )
Kelas VIII C

SMP NEGERI 8 BATANG


TAHUN AJARAN 2021/2022
A. Puisi Balada
1. Puisi 1

BALADA ORANG-ORANG TERCINTA


Karya: W.S. Rendra

Kita bergantian menghirup asam


Batuk dan lemas terceruk
Marah dan terbaret-baret
Cinta membuat kita bertahan
dengan secuil redup harapan

Kita berjalan terseok-seok


Mengira lelah akan hilang
di ujung terowongan yang terang
Namun cinta tidak membawa kita
memahami satu sama lain

Kadang kita merasa beruntung


Namun harusnya kita merenung
Akankah kita sampai di altar
Dengan berlari terpatah-patah
Mengapa cinta tak mengajari kita
Untuk berhenti berpura-pura?

Kita meleleh dan tergerus


Serut-serut sinar matahari
Sementara kita sudah lupa
rasanya mengalir bersama kehidupan
Melupakan hal-hal kecil
yang dulu termaafkan

Mengapa kita saling menyembunyikan


Mengapa marah dengan keadaan?
Mengapa lari ketika sesuatu
membengkak jika dibiarkan?
Kita percaya pada cinta
Yang borok dan tak sederhana
Kita tertangkap jatuh terperangkap
Dalam balada orang-orang tercinta

2. Puisi 2

DONGENG MARSINAH
Karya: Sapardi Djoko Damono

/1/

Marsinah buruh pabrik arloji


mengurus presisi:
merakit jarum, sekrup, dan roda gigi;
waktu memang tak pernah kompromi
ia sangat cermat dan pasti.

Marsinah itu arloji sejati,


tak lelah berdetak
memintal kefanaan
yang abadi:
“kami ini tak banyak kehendak
sekadar hidup layak,
sebutir nasi.”

/2/

Marsinah, kita tahu, tak bersenjata,


ia hanya suka merebus kata
sampai mendidih,
lalu meluap ke mana-mana.
“Ia suka berpikir,” kata Siapa,
“itu sangat berbahaya.”

Marsinah tak ingin menyulut api,


ia hanya memutar jarum arloji
agar sesuai dengan matahari.
“Ia tahu hakikat waktu,” kata Siapa,
“dan harus dikembalikan
ke asalnya, debu.”

/3/

Di hari baik bulan baik,


Marsinah dijemput di rumah tumpangan
untuk suatu perhelatan.
Ia diantar ke rumah Siapa,
a disekap di ruang pengap,
ia diikat di kursi,
mereka kira waktu bisa disumpal
agar lengkingan detiknya
tidak kedengaran lagi.
Ia tidak diberi air,
ia tidak diberi nasi,
detik pun gerah
berloncatan ke sana ke mari.
Dalam perhelatan itu,
kepalanya ditetak,
selangkangannya diacak-acak,
dantubuhnya dibirulebamkan
dengan besi batangan.
Detik pun tergeletak,
Marsinah pun abadi.
B. Puisi Romansa
1. Puisi 1

CINTA DALAM DIAM


Karya : Lorna D.A

Memandangmu dari jauh


Hanya itu yang bisa kulakukan
Berharap kau peka
Berharap kau sadar
Berharap kau mengerti perasaan ini
Meski ku tak pernah mengatakannya
Ataupun memberimu kode
Karena ku hanya lelaki sederhana
Yang berada diantara orang-orang yang menyukaimu
Apa yang akan kulakukan dengan perasaan ini??
Jawabannya adalah
Ku akan menjaganya
Meski tak ada kepastian yang meyakinkanku
Namun ku percaya
Cinta ini begitu tulus
Hanya Untukmu

2. Puisi 2
KASMARAN
Karya : Malik Abdul

Semerbak melati menyapa hidungku di pagi ini


Capung kecil berterbangan menari-nari
Sekejap mata aku merindukan hadirmu
Sejenak mengingatkanku akan keindahanmu
Karena tiada satu pun alasan
Dari apapun segala keindahan dunia
Hanyalah dirimu yang aku cari
Sampai kapan akan tetap ku nanti
Meskipun harus kencang berlari
Aku akan selalu setia sampai mati

C. Puisi Elegi
1. Puisi 1

DERAI-DERAI CEMARA
Karya: Chairil Anwar

cemara menderai sampai jauh


terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam

aku orangnya bisa tahan


sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan lagi

hidup hanyalah menunda kekalahan


tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tak diucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah

1949

2. Puisi 2

SIA-SIA
Karya: Chairil Anwar

Penghabisan kali itu kau datang


Membawa kembang berkarang
Mawar merah dan melati putih
Darah dan suci
Kau tebarkan depanku
Serta pandang yang memastikan: untukmu

Lalu kita sama termangu


Saling bertanya: apakah ini?
Cinta? Kita berdua tak mengerti

Sehari kita bersama. Tak gampir-menghampiri.

Ah! Hatiku yang tak mau memberi


Mampus kau dikoyak-koyak sepi.

Februari, 1943

D. Puisi Ode
1. Puisi 1

IBU KARTINI
Karya: Fatkhan T. Haqque

Ibu Kartini bunga bangsa


Harum mewangi sepanjang massa
Meski kini engkau tiada
Harum muliamu tetap terbawa
Tetap abadi hingga masa kini
Meski engkau tak hidup kembali
Serasa hati kau masi ada
Masih bicara masih berkata
Jasamu takkan kulupa

2. Puisi 2
PUISI UNTUK GURU
Karya: Muhammad Yanuar

Engkau bagaikan cahaya


Yang menerangi jiwa
Dari segala gelap dunia
Engkau adalah setetes embun
Yang menyejukkan hati
Hati yang ditikam kebodohan
Sungguh mulia tugasmu guru
Tugas yang sangat besar
Guru engkau adalah pahlawanku
Yang tidak mengharapkan balasan
Segala yang engkau lakukan
Engkau lakukan dengan ikhlas
Guru jasamu takkan kulupa
Guru ingin kuucapkan
Terima kasih atas jasamu

E. Puisi Sarenada
1. Puisi 1
SERENADA SENJA
Karya Joshua Igho

Senja beringsut di balik kabut


bulan mulai berdandan
sembari senandungkan nyanyian sunyi
lenakan para pemimpi
dan aku,
masih meniti dermaga retak
di antara deburan laut yang mengantarkan
ingatanku pada sebingkai rindu.

2. Puisi 2

SERENADA SULFATARA
Karya Catur Stanis

Tataplah matamu ke utara


tempat dimana sang raksasa
mendendangkan nyanyian sulfatara
menyungging senyum erupsi menjulurkan lidah lava

Raksasa yang sekian waktu diam di sunyi kediamannya


diam-diam mengulum dendam dan meletupkan gelisahnya
setelah berabad terendam dalam buai impian
merasa aman dan nyaman di bumi selatan

Kali ini bukanlah sekadar sesumbar


bila ia sanggup menimbun kotamu dengan lahar berhektar-hektar
muntahan material beribu-ribu, berjuta-juta, bermiliar-miliar
dari mual mulas perutnya siap menghajar dan membakar

Hendaknya kau mulai menghitung kembali


menata jarak memindai tindak
mengukur langkah menjaga amanah
agar percaya diri tak menebal jadi tinggi hati

Saatnya untuk mengupdate status kotamu


dari berhati nyaman menuju penuh kesiagaan
mencermati setiap gejala mengawasi tanda-tanda
mewaspadakan setiap jengkal kemungkinan

Ada baiknya kau sudahi saja sampai di sini


keangkuhan sikapmu itu yang senantiasa merasa aman
di bumi nan tak kunjung reda memanggang derita
berbalut fatamorgana.

F. Puisi Satire
1. Puisi 1

HEBATNYA NEGERI KITA

Hebatnya negeri ini


Hukumnya begitu tajam
Orang bersalah langsung di penjara
Tak melihat jabatannya

Untuk para pejabat


Penjaranya sangat hebat

Seperti hotel yang mewah


Hidup mereka tentram Sejahtera.

2. Puisi 2

ORANG PANDAI

Di negeri ini banyak sekali


Orang pandai dan orang pintar
Berjalan kesana kemari
Bersuara dan berkomentar

Setiap sesuatu dinilai


Dengan akalnya yang begitu pandai
Kepada orang yang selalu menyalahkan
Dialah yang pandai tetapi pandir
G. Puisi Kritik Sosial
1. Puisi 1

KEHABISAN KATA BICARA HUTANG

seorang ibu telah kehabisan kata


sebab semua tuturnya
selalu sirna di ruang hampa
ketika menyinggung kebiasaan hutang anaknya
padahal, dia ingin sekali mengingati
jangan sampai hutang itu mentradisi
karena akan mengamputasi jiwa mandiri
dan melunakkan kerja keras diri
andaikan kata itu masih ada
sang ibu juga ingin mengingati
bahwa hutang tak pernah ada dalam sejarah revolusi
sebab sampai kapan pun dan dimana pun
kata merdeka tak bisa bersanding
dengan kata ketergantungan
terkecuali jika makna kata itu telah memudar
akibat rela bersekutu dengan kata pura-pura
baik di depan atau di belakangnya

2. Puisi 2
LOBANG DUKA

seorang ibu hanya pasrah dalam tangisnya


ketika si buah hati semata wayangnya terbujur kaku
menjejakkan duka
usai digerek dari lobang menganga
yang mendanau karena rakusnya penambangan di desanya

bagi ibu ini, kekakuan jasad anaknya melengkapi dukanya


sebab, setahun lalu suaminya juga mati mengapung di sana
bukan tenggelam, tapi ditenggelamkan entah oleh siapa
meski tak sepasang mata pun yang menjadi saksinya
tapi jejak protesnya atas lobang yang dibiarkan menganga bisa jadi tafsirnya

sang ibu tiba-tiba menukar tangisnya dengan tertawaan kecil


sembari mengecup dahi anaknya yang membiru
dia pun mencelotehkan sesuatu:
anakku, sementara bersabarlah dalam kesendirianmu
hanya tinggal menunggu waktu
pasti ada temanmu yang akan menyusulmu
sebab tuntutan reklamasi yang diperjuangkan ayahmu dulu
hingga kini masih terdinding batu
apalagi dokumen soal kewajiban reklamasi itu
kabarnya juga telah terjilid oleh tipu-tipu

Anda mungkin juga menyukai