Anda di halaman 1dari 18

SEEKOR RUBAH DAN BANGAU

Pada suatu hari ketika seekor rubah


sedang berjalan-jalan di hutan, dia berpikir
“Udara yang cerah!! alangkah
menyenangkannya jika aku pergi
memancing,” katanya dalam hati. Segera
disiapkannya alat-alat untuk memancing lalu
segera ia pergi ke telaga yang letaknya ada di
tengah-tengah hutan.
Ketika sampai di telaga, ia melihat seekor burung bangau yang anggun sedang
berenang di sebuah telaga yang berair jernih.
“wahai bangau, apa yang sedang kau lakukan?” tanya rubah sambil mengeluarkan
pancingnya.
Sang rubah sudah membayangkan bahwa ia akan mendapat ikan yang banyak untuk
dimasak sebagai hidangan makan malamnya.
“Aku sedang berenang. Menikmati sejuknya air telaga yang membasahi bulu-buluku”
jawab bangau sambil mengepak-ngepakan sayapnya yang lebar itu.
“Apa kau akan memancing, rubah?” tanya bangau ketika melihat alat pancing yang
sedang disipakan rubah.
“Ya, aku akan memancing untuk hidangan makan malamku” jawab rubah sambil
membuang kail yang telah diberi umpan itu ke telaga. Baru sebentar kali di lempar, tiba-tiba
pancingnya bergetar, segera rubah menarik tali pancingnya dan melihat seekor ikan besar
tergantung disana.
“Wahh.. asyikk.. Aku akan pesta besar nanti malam,” kata rubah dengan penuh
sukacita.
“Apa kau mau makan malam di tempatku bangau?” tanya rubah sambil membereskan
alat-alat pancingnya untuk segera pulang.
“Tentu saja,” jawab bangau dengan penuh semangat. Maka pulanglah rubah ke
rumahnya untuk menyiapkan makan malam.
Tepat waktunya makan malam, datanglah bangau ke rumah rubah.
“Tok..tok..tok!!”bangau mengetuk pintu.
“Silahkan masuk,” kata rubah sambil membukakan pintunya. Bangau pun masuk lalu
mereka duduk di meja makan yang telah dihias dengan begitu indahnya. Bangau merasa
sangat lapar. Aroma masakan begitu membangkitkan selera.
“Harum sekali! Pasti rasanya enak” kata bangau dalam hatinya.
Makanan pun dihidangkan. Rubah memasak sup ikan yang sangat harum dan
meletakannya dalam mangkuk kecil. Melihat hal itu, bangau pun merasa sangat sedih karena
dia tidak dapat menyantap sup tersebut. Paruhnya yang panjang tidak dapat digunakan untuk
memakan sup di mangkuk yang kecil. Akhirnya bangau hanya dapat menatap sup tersebut
sambil menahan rasa laparnya.
“Bangau, kenapa tidak kau makan supnya, apakah kau tidak menyukainya?” tanya
rubah karena dilihatnya bangau hanya memandang sup tersebut.
“Paruhku yang panjang tidak dapat digunakan untuk memakan sup di mangkukmu
yang kecil itu rubah” jawab bangau dengan sedih.
“Maafkan aku bangau, tetapi hanya mangkuk kecil ini yang kumiliki,” kata rubah
“tapi Kau tak perlu sedih, aku tau jalan keluarnya,” kata rubah lagi.
Rubah segera mengambil sebuah rantang lalu mengisi rantang itu dengan sup hingga
penuh.

“Ini bawalah, kau bisa menikmati sup ini di rumahmu,” kata rubah sambil
menyerahkan rantang itu kepada bangau. Bangaupun merasa senang.
”Terima kasih rubah, kau baik sekali,” kata bangau sambil berpamitan.
”Besok adalah giliranku untuk mengundangmu makan malam di rumahku” kata
bangau saat mereka berpisah di pintu rumah rubah.
“Baiklah, aku pasti datang,” jawab rubah sambil melambaikan tangannya.
Demikianlah keesokan harinya, waktu makan malam tiba, rubah datang berkunjung
ke rumah bangau.
“Tok..tok..tok..” rubah mengetuk pintu.
“Ahh.. rubah.. kau sudah datang. Mari masuk,” ajak sang bangau.
Ketika rubah masuk ke dalam rumah, terciumlah wangi harum dari masakan. “Perutku
lapar sekali” kata rubah dalam hati. “Ayo kita segera makan” kata sang bangau sambil
membawa rubah duduk di meja makan. Di atas meja sudah tersedia 2 buah kendi dengan
leher panjang.
Rubah berpikir sejenak lalu berkata, ” aku tidak dapat makan dari dalam kendi ini,
karena leherku pendek, apakah kau mempunya mangkuk kecil?”
“Ahh..tentu saja,” jawab sang bangau.
“Rantang yang digunakan untuk membawa sup mu yang kemarin, dapat kau gunakan
untuk alasnya.”
Akhirnya rubah dan bangau pun dapat menikmati makan malamnya dengan penuh
sukacita.

Pesan moral dari cerita diatas: Jika kita menaburkan kebaikkan, maka kebaikkan pula
yang akan kita tuai. Bahkan berlipat kali ganda kebaikkan yang akan kita peroleh.
BABI DAN DOMBA

Di sebuah desa yang jauh dari keramaian kota.


Letaknya di sebuah lembah yang hijau, dengan
pepohonan yang rimbun. Disana tinggal beberapa
keluarga saja, namun mereka memiliki usaha perternakan
babi dan domba yang terkenal. Mereka memperkerjakan
beberapa orang dari desa terdekat di sekitar lembah itu.
Pekerja-pekerja ini, sehari-hari ditugaskan untuk
mengembalakan domba dan memberikan makanan untuk
babi.
Apabila domba telah memilki bulu yang cukup
lebat, mereka akan mengambil bulunya dengan cara memangkas dengan gunting khusus.
Kemudian bulu domba tersebut diperdagangkan ke pasar kota atau menunggu pembeli
datang.
Begitupula dengan ternak babi. Apabila telah cukup besar dan memiliki berat yang
cukup, akan diperdagangkan ke kota terdekat atau menunggu para langganannya datang
membeli.
Jumlah domba dan babi yang dimiliki cukup banyak di kampung itu, sehingga hampir
setiap bulan terlihat banyak pembeli dari kota yang datang ke desa tersebut.
Konon di zaman itu, binatang dapat berbicara satu dengan lainya dengan bahasa yang
tidak dimengerti oleh manusia.
Kebetulan saja, kandang domba dan babi tidak berjahuan. Sehingga mudah diamati
oleh para pekerja atau pemiliknya. Tanpa disadari kondisi kandang yang berdekatan itu,
membuat babi dan domba kadang berbicara.
Sehari-hari, kedua kandang itu ribut dengan suara domba dan babi. Tanpa disadari
manusia yang tidak mengenal bahasa binatang pada saat itu, sebenarnya suara gaduh itu
bertanda babi dan domba sedang mengejek satu dengan lainnya.
Pada saat hari penjualan babi tiba. Beberapa babi besar biasanya dikeluarkan dari
kandang untuk ditimbang dan diserahkan kepada pembeli yang telah memilih sebelumnya.
Pada suatu ketika, seekor babi muda yang sudah cukup besar dipilih untuk dijual.
Pemilik ternak itu menyuruh beberapa pekerja untuk segera mengeluarkan babi tersebut dari
kandangnya. Namun tidak disangka, para pekerja sulit untuk menangkapnya.
Berbeda dengan babi-babi dewasa pada umumnya. Babi muda itu berlari mengintari
kandang agar supaya sulit ditangkap oleh para pekerja. Namun karena pekerja-pekerja
tersebut telah berpengalaman, mereka berhasil menangkapnya dan mengikat kedua pasang
kakinya dengan tali agar mudah dikeluarkan dari kandang.
Terdengar babi muda itu berteriak sambil meronta-ronta. Mendengar teriakan babi
muda yang ketakutan, terdengar teriakan dari kawanan domba dari kandangnya.
“Penakut!” teriak mereka serentak.
Kemudian salah satu dari kawanan domba itu berkata, “Kenapa kamu harus berteriak
dan menangis begitu gaduh, padahal teman-temanmu yang lain jarang melakukan hal yang
sama. Mereka semua pasrah akan nasibnya, karena pada suatu saat semua ternak akan
disembelih para pembeli.”
Mendengar ucapan dari domba dari kandang sebelah, seeokor babi dewasa kemudian
membalasnya,

“Hai domba yang sok bijaksana! Engkau dapat berkata demikian dengan entengnya,
karena engkau tidak mengalami hal yang sama. Apabila setiap pekerja datang
menghampirimu, dan mengeluarkanmu dari kandang, mereka hanya mencukur bulu-bulumu,
kemudian memasukan kembali engkau kedalam kandang.
Tetapi lihatlah kami, setiap kami diambil, tandanya sebentar lagi nyawa kami akan
hilang. Disembelih oleh para pedagang kota. Hidup kami tidak lama seperti hidup yang kamu
nikmati. Begitu tegakah engkau, melihat seorang anak babi di penghujung kematiannya,
kemudian kalian semua metertawai dan mengejeknya?”
Seketika itu juga, terdengar kandang domba sunyi senyap. Mereka semua
merenungkan apa yang dikatakan oleh babi dewasa tadi. Mereka kemudian menyadari, begitu
beruntungnya mereka, dapat menikmati hidup lebih lama daripada seekor babi. Kemudian
domba dewasa meminta maaf kepada babi dewasa tadi, atas perlakuan mereka yang tidak
pantas.
Babi dewasapun dapat memahami keadaan itu, lalu melanjutkan kegiatanya berguling
dalam sedikit lumpur didalam kandangnya. Sementara babi muda tadi, berhasil dibawa oleh
pembeli meninggalkan desa.

***
Cerita ini memberikan suatu pelajaran berharga bagi kita. Ketika orang lain
mengalami masalah atau sedang kesusahaan, mungkin kita tidak dapat membantu atau
memberi lebih banyak, namun bukan berarti kita diam. Berilah dukungan moral untuk
menguatkan mereka.
SEMUT DAN BELALANG

Di tengah hutan, hiduplah seekor semut


yang sangat rajin. Setiap hari semut kecil ini
selalu berusaha mengumpulkan makanan dan
menyimpannya di dalam lumbung. Teriknya
matahari dan derasnya air hujan, tidak
menyurutkan semangat sang semut untuk
mengumpulkan makanan.
Dengan bersusah payah, sang semut
bekerja keras untuk membawa makanan demi makanan yang berhasil dikumpulkannya untuk
disimpan di dalam lumbung rumahnya.
Pada suatu hari, ketika sang semut sedang berusaha membawa makanannya untuk di
simpan di lumbung, sang semut bertemu dengan seekor belalang yang sedang asyik berjemur
sambil bermalas-malasan.
“Hai mut.. apa yang sedang kamu lakukan?” tanya belalang.
“Aku sedang mengumpulkan makanan untuk kusimpan di lumbung” sahut sang
semut. Belalang tertawa
“untuk apa bersusah payah mengumpulkan makanan, bukankah di hutan banyak
sekali makanan yang bisa kita santap?”
“Itu memang betul lang, tetapi aku menyimpan makananku untuk persiapan musim
dingin nanti” kata sang semut sambil berusaha mendorong makanan hasil temuannya ke
lumbung. Belalang kembali tertawa sambil mengejek sang semut
“Musim dingin masih lama, buat apa bersusah-susah sekarang? Toh masih banyak
waktu untuk itu. Lebih baik kita bersenang-senang dulu”katanya sambil menyantap daun
hijau yang ada di dekatnya.
Sang semut tidak memperdulikan belalang yang sedang bermalas-malasan itu, dia
tetap saja sibuk untuk mengumpulkan makanan demi makanan yang bisa dijumpainya.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, sang semut kembali bersiap-siap untuk mencari
makanan lagi. Ketika dia membuka pintu rumahnya untuk pergi, dilihatnya belalang sedang
asyik duduk sambil bermain gitar dan bermalas-malasan.
Sang semut hanya menggelengkan kepala dan segera berlalu. Belalang yang melihat
semut sudah mulai sibuk kembali mencari makan, hanya tertawa dan mengejek,
“Buat apa susah..buat apa susah..susah itu tak ada gunanya,” senandung sang belalang
mengiringi langkah semut yang hendak pergi.
Demikianlah sepanjang hari sang semut sibuk mengumpulkan makanannya di
lumbung sementara sang belalang asyik-asyikan bermain gitar, berjemur dan bermalas-
malasan.
Setelah bekerja hampir sepanjang tahun, lumbung tempat persediaan sang semut
hampir penuh, tetapi hal ini tidak membuat sang semut yang rajin itu menjadi malas. Dia
masih tetap berusaha untuk mencari makanan untuk disimpan di lumbungnya.
“Selagi masih ada kesempatan, aku harus terus berusaha untuk mengumpulkan
makanan, sebab tidak ada yang tau berapa lama musim dingin akan berlangsung,” kata sang
semut dalam hati.
Sementara itu sang belalang, masih tetap saja bermalas-malasan dan bersenang-
senang sepanjang hari.
Musim gugur pun segera tiba. Pohon-pohon yang tadinya hijau, perlahan-lahan
berubah warna menjadi kuning kecoklatan. Rumput-rumput pun mulai mengering. Udara
menjadi semakin dingin.

Sang semut yang rajin tak putus harapan. Dia masih tetap berusaha untuk mencari
makanan walaupun tempat persediaannya sudah penuh. Sedangkan sang belalang yang malas
itu mulai sibuk mengumpulkan makanan untuk persediaan di musim dingin.
Akhirnya musim dingin pun tiba. Sang semut yang rajin itu duduk dengan nyaman
didalam rumahnya yang hangat sambil menikmati makanannya yang berlimpah. Sedangkan
sang belalang yang malas itu hanya menyimpan sedikit persediaan makanan. Sang belalang
berpikir, “Musim dingin akan segera berakhir, jadi buat apa susah-susah mengumpulkan
makanan di lumbung.”
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, tak terasa sudah sebulan berlalu dan
musin dingin masih belum berakhir.
Persediaan makanan sang belalangpun habis… dia hanya bisa memandang rumah
sang semut yang nyaman dan hangat dari balik jendelanya untuk kemudian berusaha mencari
makan di tengah-tengah musim dingin, tetapi dia tidak berhasil.
Akhirnya dengan menahan malu, dia mengetuk pintu rumah sang semut…
tok..tok..tok..tok.. sang belalang mulai mengetuk.
Sang semut pun membuka pintu dan berkata “ada apa lang?” katanya. “Tolong
berikan aku sedikit dari persediaan makananmu itu, karena persediaanku sudah habis, dan
aku sangat kelaparan,” kata belalang mengiba.
Sang semut tertawa “Enak saja kau lang… ketika aku bersusah payah mengumpulkan
makananku, kau malah mengejekku. Dan sekarang kau minta makanan persediaanku?” kata
semut sambil mengejek. “Pergilah, cari sendiri makananmu…,” kata sang semut melanjutkan.
Belalang pun pergi meninggalkan rumah sang semut untuk mencari makanannya,
tetapi dia tidak berhasil menemukan apa-apa. Ketika sang belalang hampir mati kedinginan
dan kelaparan, sang semut datang untuk menolongnya dan mengajak belalang untuk tinggal
di rumahnya yang hangat dan nyaman serta berlimpah makanan.

***
Pesan moral dari cerita diatas: Jangan sia-siakan hidup dengan bermalas-malasan.
Karena upah kemalasan adalah bencana.
SEMUT DAN MERPATI

Pada suatu hari, ketika musim panas,


segerombolan semut-semut sedang berjalan
beriringan sambil membawa makanan diatas kepala
mereka. Semut-semut itu terlihat begitu kompak dan
sangat bersahabat satu dengan yang lain.
Pemimpin mereka adalah seekor semut
gagah yang berjalan paling depan yang dengan
cekatan selalu memberi aba-aba saat harus berbelok
ataupun melangkah, agar makanan yang dibawa
mereka, tidak jatuh ke tanah.
“Satu!!..dua!!..kiri!!..kiri..!!” Sang pimpinan memberi komando…”Awas!! di depan
ada tanjakan!!” katanya lagi sebagai peringatan. Semut-semut yang lain cepat-cepat bersiap-
siap agar makanannya tidak terjatuh dan mulai menanjak. “dibawah ada sungai, kita harus
belok kekiri!” kata sang pemimpin lagi, rombongan semut di belakang mengikuti terus
petunjuk dari pimpinan mereka hingga akhirnya mereka tiba di sarangnya.
Setelah meletakan hasil bawaan mereka, semut-semut itu berpisah untuk mengerjakan
tugas-tugas mereka yang lain.
Adalah seekor semut yang masih muda belia. Rasa ingin taunya tentang dunia di luar
sarangnya, begitu besar sehingga dia memberanikan diri untuk meminta iijin kepada sang
pemimpin agar dapat diijinkan keluar dari sarang untuk memulai petualangannya.
“ehmm..maaf pak pemimpin” kata semut muda itu terbata-bata. “Apa boleh aku pergi
keluar untuk melihat-lihat? Aku berjanji kalau aku tidak akan pergi lama” katanya lagi. Sang
pemimpin semut itupun menatap dengan penuh rasa sayang kepada semut muda itu
“Anakku, jika engkau ingin pergi berjalan-jalan, aku tidak akan melarangmu. Tetapi
berhati-hatilah karena dunia di luar sarang ini sangat luas dan kejam” katanya dengan
bijaksana. Alangkah senangnya hati semut muda itu.
Setelah menyiapkan bekal untuk perjalanannya, berpamitanlah semut muda kepada
sang pemimpin “Pak pemimpin, aku akan pergi sekarang,” katanya dengan penuh semangat.
“Berhati-hatilah di jalan, dan segeralah pulang,” kata sang pemimpin sambil
menepuk-nepuk bahu semut muda itu. Maka berangkatlah semut muda itu dengan penuh
semangat dan sukacita.
Kebetulan tak jauh dari sarang semut itu, terdapat sungai dengan air yang jernih.
Karena rasa ingin tahunya, semutpun berjalan menelusuri jalan yang lembab, beberapa kali ia
harus memanjat beberapa dahan pohon dan rerumputan.
Semut muda berjalan tanpa mengenal lelah hingga akhirnya dia merasa sangat haus.
Semut muda segera mencari air untuk diminumnya. Di kejauhan, dilihatnya mata air yang
sangat jernih, lalu semut muda ini pun segera berjalan menuju mata air yang sejuk itu.
Setelah dekat dengan mata air, semut muda sempat kebingungan, karena ternyata
setelah dekat, letak mata air itu lebih tinggi dari tanah yang dipijaknya. Tetapi semut muda
tidak kehilangan akal. Dia naik perlahan-lahan keatas sebuah batang rumput yang daunnya
menjulur ke arah mata air itu.
Saat dia hampir saja mencapai puncaknya, tiba-tiba semut muda terpeleset dan jatuh
kedalam mata air. Semut muda berusaha untuk menyelamatkan diri, tetapi dia kesulitan
karena dia tidak bisa berenang.

Saat semut muda sedang bertarung antara hidup dan mati untuk menyelamatkan
dirinya, seekor burung merpati yang sejak tadi asyik memperhatikan tingkah semut muda itu,
tergerak oleh belas kasihan, lalu segera mematuk daun di pohon yang sedang dihinggapinya
hingga jatuh ke dekat semut muda yang hampir tenggelam.
Semut muda segera menggapai daun itu dan dengan bersusah payah dia berusaha
untuk naik keatas daun. Ketika sampai di atas daun, semut muda menatap burung merpati
dengan penuh rasa terima kasih. Burung merpati pun terbang kearah daun itu dan mendorong
dengan paruhnya agar daun tersebut menepi kepinggir mata air.
“Hai burung merpati, terima kasih atas pertolonganmu hari ini. Jika bukan karena
engkau, aku sudah mati tenggelam tadi,” kata semut muda itu sambil berusaha untuk turun
dari daun itu menuju ke tanah. Burung merpati menjawab
“sama-sama semut. Apa yang sedang kau lakukan di tempat ini?” tanya merpati.
“Aku sedang berjalan-jalan untuk melihat dunia di luar sarangku, lalu aku kehausan.
Saat aku sedang memanjat rumput itu, aku terjatuh,” kata semut muda.
“Apa yang akan kau lakukan sekarang?” tanya merpati lagi.
“Aku akan kembali ke sarangku, karena ibu bapakku pasti sedang mencemaskan
diriku,” jawab semut muda lagi.
Sementara semut muda dan merpati sedang bercakap-cakap, mereka tidak menyadari
bahwa ada bahaya yang sedang mengintai. Seorang pemburu sedang mengarahkan senjatanya
kearah burung merpati dan siap menembaknya. Saat burung merpati menyadari keadaan itu,
dia pun segera terbang ke atas meninggalkan semut muda sendiri.
Melihat kejadian ini, semut muda segera berlari kearah si pemburu dan dengan sigap
dia memanjat sepatu si pemburu dan masuk kedalam sepatu itu. Segera digigitlah kaki si
pemburu. Pemburu menjerit karena kesakitan lalu segera melemparkan senjatanya ke bawah
untuk cepat-cepat melepaskan sepatunya. Semut muda keluar dari sepatu sang pemburu lalu
pergi meninggalkan tempat itu.
“Terima kasih semut, kau sudah menyelamatkan nyawaku hari ini,” kata burung
merpati.
“Sama-sama burung merpati. Tadipun engkau sudah menyelamatkan nyawaku,” kata
semut muda. Akhirnya merekapun berpisah.

***
Pesan moral dari cerita diatas: Persahabatan tidak mengenal perbedaan, bahwa siapa
menabur kebaikkan, maka kebaikkan pulalah yang akan dituainya.
KATAK DAN ULAR PITON

Disebuah danau hiduplah dua binatang


bernama katak dan ular air. Katak tersebut
melompat lompat disekitar danau karena ia
termasuk hewan yang suka ingin tahu. Katak
tersebut ingin mencari kegiatan baru dengan
cara berpetualang disekitar danau. Dengan
senangnya sang katak melompat lompat
menjauhi danau. Iapun terkejut karena ada
semak semak yang goyang. Ternyata dibalik
semak semak tersebut muncullah ular piton. Katakpun kaget dan berusaha menjauhi ular
piton, kemudian ia berusaha kembali ke danau lagi. Sebelum katak menjauhi ular, ternyata si
piton menyadari keberadaan katak. Ular tersebut berusaha mendekati katak dan merayap
dengan cepat.
Setelah ular dekat dengan katak, ia segera mengangkat kepalanya dengan tinggi dan
berkata, “ Hai katak gemuk apa yang kau lakukan dihutan ini?” Katak tersebut takut dengan
ular dan berusaha untuk menjauh. Sang ular pun berkata bahwa ia tak akan memakan katak
karena ia sudah memakan kelinci kecil. Kemudian sang kata berkata, “ Aku ingin berpetulang
dan mencari kegiatan baru”. Sang ular menawarkan petualangan yang seru dan katakpun
mau. Apabila katak ingin mencoba petualangan baru, ia harus menjelajahi hutan sendirian.
Katakpun belum pernah menelusuri sekitar hutan karena ia takut dimangsa hewan hewan
buas lainnya.
Sang ular meawarkan bantuan untuk menemani katak menjelajahi hutan. Ia berkata,”
Wahai ular carilah tali dan ikatkan pada ekorku.” Sang kata bertanya, “ Untuk apa tali itu?”
Tali tersebut untuk menjaga agar katak tidak tertinggal jauh ketika dihutan, jadi ia tetap aman
bersama ular. Katak tersebut tidak pikir panjang dan menerima tawaran ular. Katakpun
mencari tali dan mengikatkan perutnya dengan ekor sang ular. Setelah itu mereka berjalan
menjelajahi hutan, sampai ditengah hutan sang ular memiliki niat buruk. Ia ingin berusaha
membelit katak. Ular tesebut berusaha membelit katak namun tubuh katak disambar oleh
elang dan digelantungkan di udara. Elang tadi menyadari bahwa ia juga menangkap piton
karena ekornya terikat dengan katak.

Pesan moral dari contoh cerita fabel singkat diatas yaitu jauhilah niat buruk terhadap
orang lain karena dikemudian hari akan merugikan kita.
KELINCI DANe SIPUT

Pada jaman dahulu hiduplah dua binatang


dihutan yang luas. Binatang itu ialah kelinci dan
siput. Kelinci tersebut memiliki sifat sangat sombong
dan pemarah. Bahkan sang kelinci sering
meremehkan hewan hewan lainnya. Ketika ia
berjalan jalan disekitar hutan, kelinci itu bertemu
sang siput berjalan dengan lambatnya. Kelinci
berkata, “ Siput, apa yang kamu lakukan disini?”
Siput menjawab,” Aku sedang mencari
penghidupan.” Kelinci tersebut malah marah karena
ia berpikir sang siput hanya berlagak mencari penghidupan. Si siput berusaha menjelaskan
maksud jawabannya tadi namun kelinci tetap saja marah bahkan ia juga mengancam akan
menginjak tubuh siput.
contoh cerita fabel singkat ini berkisah tentang seekor siput yang selalu disebut
lambat oleh penghuni hutan khususnya kelinci. akhirnya siput pun menantang kelinci untuk
berlomba lari. siapakah yang akan menang?
Akhirnya siput menantang adu kecepatan dengan kelinci. Mendengar tantangan
tersebut sang kelinci marah besar. Ia menerima tawaran siput dan berkata dengan keras agar
hewan hewan lain menjadi saksi perlombaan lari antara kelinci dengan siput. Hari
perlombaan tiba, kelinci dan siput tadi berlomba lari untuk sampai kefinish. Namun
sebelumnya si siput memiliki akal untuk meminta siput siput lainnya berada di titik titik jalur
lomba lari sampai ke finish. Hal ini dikarenakan cangkang semua siput memiiliki kesamaan,
dengan begitu hewan hewan lain tidak akan curiga. Kelincipun melompat dan berlari
meninggalkan siput dijalur start. Akhirnya rencana siput berjalan lancar dan akhirnya siput
tadi menjadi pemenang walaupun sebenarnya yang memasuki finish ialah temannya. Dengan
kemenangan siput membuat kelinci menjadi tidak sombong dan tidak pemarah lagi.

Pesan moral contoh cerita fabel singkat diatas ialah jangan suka meremehkan orang
lain dengan kesombongan kita. Kesombongan tersebut akan membuat kita rugi dan menyesal
dikemudian hari.
GAJAH, KERBAU DAN HARIMAU

Suatu hari ada seekor kerbau mencari


gajah didalam hutan. Kerbau tersebut mencari
gajah untuk menemaninya mencari makanan
dihutan. Setelah lama mencari akhirnya kerbau
melihat gajah yang sedang berjalan. Gajah
tersebut mau menemani kerbau untuk mencari
makanan, tetapi sebelum bertemu gajah sang
kerbau menemui harimau terlebih dahulu. Sang
kerbau juga meminta harimau untuk
menemaninya mencari makanan dihutan dan
harimau menerima ajakannya. Setelah kerbau mengumpulkan gajah dan harimau. Kemudian
mereka berusaha melakukan perburuan makanan bersama. Mereka berusaha menangkap
hewan hewan lain dan merebut makanan hewan lain juga. Ketiga hewan itu bekerja sama
untuk memburu makanan dihutan.
Hewan hewan tersebut mulai dari pagi sampai sore mencari makanan. Mereka
berhasil menangkap hewan lain dan merebut makanannya. Berbagai jenis makanan
dikumpulkan mulai dari buah buahan sampai hewan hewan hidup. Harimau menunjuk kerbau
untuk membagi makanannya. Kerbau tersebut menghitung banyaknya makanan dan membagi
tiga dengan adil. Sang harimau merasa tidak adil dan marah, akhirnya ia menerkam kerbau
dan tumpukan makanannya menjadi bertambah. Setelah itu harimau menunjuk gajah untuk
membagi makanannya. Akhirnya karena harimau merasa masih kurang akhirnya ia juga
menerkam gajah. Harimau tersebut serakah karena merasa kekurangan makanan dan
menerkam kedua temannya tadi.

Pesan moral dari contoh cerita fabel pendek diatas ialah jangan memiliki sifat serakah
dan kurang agar tidak dijauhi oleh orang lain. Karena pada suatu hari kita akan
membutuhkan bantuan orang lain juga. Namun pada akhirnya orang lain tidak mau untuk
membantu kita.
KANCIL DAN ANJING PEMBURU

Di sebuah hutan ada pemburu yang


ditemani anjingnya. Ia mencari hewan hewan
hutan untuk dimangsanya. Anjing tersebut
dilatih untuk memburu hewan hewan dihutan.
Pemburu tersebut akhirnya mencari buruannya
bersama sang anjing. Ditengah tengah
pemburuannya, ia melihat kancil sedang makan.
Ia berusaha mengejar sang kancil sampai
akhirnya sang kancil tertangkap. Sang kancil
berusaha keras mengindari pemburu dan
anjingnya. Namun apa daya dia malah tertangkap dan dimasukkan ke dalam kandang. Sang
kancil termasuk hewan yang cerdik dihutan. Ia berusaha keluar dari kandang tesebut. Sang
kancil berusaha menipu anjing tadi agar ia bisa membantu mengeluarkannya dari kandang.
Kancil berkata bahwa ialah yang disayang oleh pemburu karena kancil diberikan makanan
yang banyak dan diberikan kasih sayang lebih. Ia juga berkata bahwa anjing tadi akan
digantikan oleh kancil.
contoh cerita fabel tentang kancil yang terperangkap dalam penjagaan anjing
pemburu. akankah kancil dapat terbebas?
Dengan berpikir panjang akhirnya anjing berhasil ditipu oleh sang kancil. Ia termakan
kata katanya dan tidak terima atas perkataan kancil. Akhirnya anjing membuka pintu kandang
dan mengusir kancil dari tempatnya. Anjing juga mengancam kancil apaila ia masih
mendekati pemburu, ia akan dimangsa oleh anjing. Sang kancilpun menjauhi temoat pemburu
tadi dan berusaha meloloskan diri. Sang pemburu datang untuk mengambil buruannya.
Melihat buruannya yang lepas membuat pemburu sangat marah. Pemburu tadi akhirnya
marah kepada anjing tadi. Dengan kecerdikan kancil membuatnya terlepas dari bahaya yang
mengancamnya.

Pesan moral dari contoh cerita fabel diatas ialah apabila kita mempunyai semangat
dan keinginan kuat untuk mewujudkannya. Maka cepat atau lambat pasti keinginan tersebut
akan terwujud.
BURUNG BANGAU DAN SEEKOR ANJING

Suatu hari seekor anjing pergi mencari makanan ke


sebuah danau, disana terkadang terdapat beberapa makanan
terkadang pula tidak sama sekali ada makanan untuk sang
anjing. Sang anjing menggunakan penciuman, mata dan
telingannya untuk mencari makanan hingga ketika dia
berjalan sang anjing mencium bau anyir lalu dia mengikuti
arah bau itu dan sampailah dia tepat dimana bau itu berasal
namun dia tidak menemukan ikan itu di tanah maupun dekat
air danau. Ketika dia melihat ke atas ternyata seekor bangau
bertengger di sebuah pohon, paruhnya yang besar sedang
memegang ikan di paruhnya. Burung bangau itu bukanlah burung yang sering dilihat oleh
sang anjing.
Sang anjing tersenyum bahagia karena dia telah menemukan makanan, meskipun
makanan itu dipegang oleh seekor burung bangau yang besar “ah aku tidak perlu mencari ke
tempat yang jauh karena aku sudah menemukan makanan yang aku cari dan makanan itu
cukup untuk membuatku kenyang.” pikir sang anjing. Sang anjing kini melihat sang burung
bangau yang bertengger di pohon itu dengan penuh rasa kagum lalu sang anjing berkata
sambil berteriak dengan keras “hai burung yang indah dan cantik, kau kelihatan sangat indah
ketika bertengger di dahan itu.” sang burung bangau menoleh ke arah sang anjing dengan
memiringkan kepalanya dia memperhatikan sang anjing dengan sangat curiga, sang burung
bangau tetap menutup paruhnya dan tidak membalas sahutan sang anjing.
“Lihatlah kakimu yang besar dan kuat itu” kata sang anjing “tubuhmu yang besar dan
warna bulumu yang cerah seperti pelangi, sayapmu yang lebar itu sangat cantik dan paruhmu
yang panjang itu sangat indah.” rayu sang anjing, “burung indah seperti dirimu pasti memiliki
suara yang cukup bagus dan merdu, kau adalah burung sempurna ketika kau bernyanyi
dengan indah dan aku akan memujimu selayaknya sang ratu burung yang indah.” Mendengar
rayuan sang anjing yang begitu membuat senang sang burung bangau, sang burung bangau
kini lupa akan rasa curiga dan ikan besar yang dipegang oleh mulutnya.
Sang burung bangau ingin sekali disebut-sebut sebagai sang ratu burung dan kini dia
membuka mulutnya dan mengeluarkan suara-suaranya yang cukup keras. Tidak sadar sang
burung telah menjatuhkan ikan besarnya ke dekat sang anjing.
Sang anjing berhasil mengelabui sang burung, ketika ikan itu jatuh ke tanah sang
anjing menginjak itu sambil berkata “Kau memang burung besar dan cantik, kau memiliki
suara meskipun tidak semerdu burung lain tapi dimanakah otakmu kau menjatuhkan ikan
yang cukup besar ini, aku sangat berterima kasih.” Sang anjing menggigit dan pergi dari sang
burung sambil tersenyum manis dan sang burung kini menyesali perbuatannya.
Pesan moral dari Contoh Cerita Hewan Fabel : Burung Bangau dan Seekor Anjing
adalah kesombongan akan membuat kita lupa diri, sehingga merugikan kita dimasa yang
akan datang. Hati-hati dalam menerima pujian karena bisa saja pujian justru akan
menjatuhkan kita.
KUCING KOTA DAN KUCING DESA

Suatu hari di saat matahari hampir tenggelam


seekor kucing kota dengan bulu lebat dan menawan
datang menjenguk saudaranya di sebuah desa, kucing
desa amat senang dengan kedatangan sang kucing
kota, sang kucing kota berbincang-bincang mengenai
pengalamanya, dan sang kucing desa hanya
mendengarkan cerita itu. Sang kucing desa menjamu
sang kucing kota dengan makanan yang sederhana.
Sang kucing kota mengunyah makanan-makanan
hidangan itu dengan sangat sopan meskipun itu
hanyalah sekedar basa-basi belaka. Sang kucing desa sangat tertarik mendengar cerita dari
kucing kota itu sang kucing ingin sekali mencicipi bagaimana enaknya hidup di sebuah
perkotaan yang penuh dengan makanan.
Hingga akhirnya mereka tidur berdua dengan tenang dan nyaman di atas rerumputan
dan jerami kering di bawah sebuah pohon yang rindang hingga ayam berkokok menandakan
pagi hari telah tiba. Ketika tidur semalam sang kucing desa bermimpi hidup di sebuah kota
dengan segala kemewahaannya hingga dia mau ketika sang kota mengajaknya untuk pergi ke
kota bersamanya dengan janji bahwa sang kucing kota akan memberikan kesenangan,
kemewahan dari kehidupan kota. Lalu mereka berdua berangkat ke kota dengan penuh
harapan.
Sampailah mereka di sebuah rumah yang cukup besar dan mewah ketika mereka
masuk sang kucing desa kaget dengan makanan di atas meja, dia mencium aroma yang sangat
enak dan lezat hingga semangat makannya kini meningkat. Tidak lama kemudian penghuni
rumah datang dan melihat sang kucing desa telah berada di meja makan mengendus-ngendus
makanan mereka.
Dengan penuh amarah penghuni rumah mengambil sapu lalu memukul sang kucing
desa, sang kucing desa merasa ketakutan dengan kelakuan penghuni rumah dia berlari
menjauh darinya, lalu sang kucing kota menjelaskan kepada kucing desa bahwa bukan begitu
cara mendapatkan makanan disini. “Pertama biarkan para penghuni rumah makan dengan
tenang, kemudian kau harus mendekatinya sambil meminta-minta dan mengesek-gesekan
tubuhmu ke penghuni rumah itu maka cara itu akan berhasil kau pasti mendapatkan makanan
dari penghuni rumah.” jelas sang kucing kota, sang kucing desa mencoba apa yang dikatakan
sang kucing kota, memang benar dia mendapatkan makanan dari penghuni rumah namun
makanan itu adalah makanan sisa seperti tulang belulang.
Sang kucing desa kecewa dengan keadaannya di kota dia berbicara kepada sang
kucing kota “aku memang memiliki kemewahan disini tapi apa mewahnya jika aku hanya
mendapatkan sisa makanan, dan hidupku tidak tenang ketika aku akan mencicipi makanan di
meja itu sebilah kayu menghantam tubuhku.” lalu sang kucing keluar dan meninggalkan kota
tersebut, kini dia kembali ke desa dengan makanan yang sederhana namun penuh dengan
kedamaian dan ketenangan.
Pesan moral dari Contoh Cerita Hewan Fabel : Kucing Kota Dan Kucing Desa adalah
bersyukurlah atas apa yang kita miliki saat ini.

Anda mungkin juga menyukai