Martindas sosok seoarang panglima perang yang mengukir patung menyerupai kecantikan putri pingkan yang sangat ia cintai
agar ia bisa membawa kemanapun ia pergi, patung itu mengukir perasaan Martindas, merekam juga kecantikan dan kebaikan
hari Putri Pingkan,…..” Ciumlah Aku Jika Kau Merindukanku”….kata Putri Pingkan kepada Martindas.
Seperti Sakura yang mekar di awal musim semi, kemudian langsung gugur,
tapi sakura tidak pernah berhianat.
Angin dari bukit masuk lewat jendela matamu sehabis mengemas warna dan aroma bunga di terjal perbukitan sana,
seperti memandang langit yang tidak ada batasnya dan selalu bercermin pada laut, apa dosa dan salahku yang selalu mencintai
wanita Manggarai – Ende yang keras kepala ini….??? Tapi memang kepala diciptakan Tuhan sebagai bagian tubuh yang paling
keras. Cerita itu memang itu memang jawaban paling jitu bagi pertanyaan yang diajukan oleh suatu kaum, tentang banyak hal
yang menyangkut keberadaannya.
Bagaimana mungkin seseorang bisa terbebaskan dari jaringan benang yang susun bersusun, silang menyilang, timpa
menimpa dengan rapih, di selembar sapu tangan yang ditenunnya dengan sabar, oleh jari - jarinya sendiri, oleh kesunyiannya
sendiri , oleh ketabahannya sendiri, oleh tarikan nafasnya sendiri, oleh rintik waktu dalam benaknya sendiri, oleh kerinduannya
sendiri, oleh penhayatannya sendiri, tentang hubungan - hubungan pelik antara perempuan dan laki – laki yang tinggal di
sebuah ruangan kedap suara yang bernama KASIH SAYANG, ….bagaimana mungkin. …???