Anda di halaman 1dari 79

RINDU yang TERABADIKAN

***

Hari demi hari kian berlalu

Bersama rindu yang tak kunjung bertemu

Sengaja kukumpulkan kepingan rindu

Yang perlahan memenuhi relung kalbu

Dengan namamu yang kutuju

Walau sapaanku lalai menyambut pagimu

Meski teguranku jarang menghiasi malammu

Namun, rinduku tetap teralamatkan padamu

Hatiku telah menjadi milikmu

Biarlah kumenyapamu dalam diksi

Mengutarakan rindu lewat bait-bait puisi

Menegur sambutmu lewat sekelumit kata yang sengaja kuperlihatkan ini

Pahamilah setiap kata yang telah terabadikan

Bentuk partikel rasa yang aku kumpulkan

Dalam lembaran afeksi tanpa kedustaan

***
KECANTIKAN SANG MAWAR
***

Arunika senja mulai memecah cakrawala

Dari arah barat yang kunanti kini

Namun keindahannya hanya sekilas saja

Untuk membayar penantian lama diri ini

Dalam keindahan senja

Kutemukan senyum manismu yang menawan hati

Yang jauh untuk digenggam raga

Sulit untuk kutemui

Bagaikan semerbak bunga mawar

Dengan kuncup yang merekah anggun

Di musim semi yang penuh kehangatan

Memikat para lebah daam labirin keindahannya

Membuatku selalu takut

Akan kehilangan dirimu

Sang pemilik hatiku

Tempat pengharapanku bergantung

***
AKU dan PUISIKU
***

Di antara kumpulan diksi dan untaian doa yang kuutarakan

Di antara secercah harapan dan segenggam cinta yang kumiliki

Kuselipkan namamu di dalamnya

Terangkai indah bersama cinta yang kian bergejolak

Sebagai sampul dalam karya tulis

Sebagai dermaga dalam sebuah tujuan

Sebagai tepi dalam penantian

Sebagai rumah untuk persinggahan

Dari seorang perempuan yang tak sengaja kutemui

Mata sendu yang begitu indah dipandang

Bagai bunga melati yang mekar kuncupnya

Dengan dedaunan hijau melambai bersama keanggunannya

Membuatku terpesona

Tak bisa menahan gejolak asmara dalam diri

Tak pernah jemu tuk kutemui

Mengobati rindu yang selalu menggebu

***
KAU ADALAH KETENANGANKU
***

Malam yang pekat dan legam

Ditemani segala perhiasan yang buram

Bertabur bintang, bersinar purnama dibalut kelam

Dalam pesona dan kemisteriusan sang hitam

Namun semuanya tak lebih indah dari kedua bola matamu yang hitam menawan

Senyum manismu menawan kalbuku dalam khayal

Menenggelamkanku dalam lautan rindu

Untungnya berenanglah hobiku

Hingga aku selalu selamat dari jeratannya

Hari-hari yang kelam selalu datang

Bersama angin malam yang menerjang

Namun bayang dirimu tak kan pernah hilang

Di setiap sudut bumi yang kupandang

Kutemui selalu dalam jiwa yang tenang

***
RENJANA CINTA
***

Aku ingin terus menulis

Pada lembaran afeksi yang menyelipkan rasa dalam aksara

Dalam manuskrip drama cinta bersamamu

Sang wanita tempat hati dan cintaku bertahta

Di malam penuh pengharapan

Saat swastamita pun telah padam

Aku ingin bersenandika bersama pena biru yang telah menjadi sahabatku

Menemaniku membelah waktu tuk menulis tentangmu

Tentangmu dengan matamu yang penuh dengan nayanika

Membuat hasratku terombang-ambing berkepanjangan

Kau telah menjadi renjanaku

Renjana asmara yang tak kan termakan oleh waktu

***
AJARI AKU MENULIS
***

Ajari aku diksi puan

Agar rinduku menjadi bait-bait puisi

Ajari aku menulis nona

Agar cintaku terangkum dalam lembaran-lembaran sajak

Menulis bersamamu

Adalah salah satu impianku

Agar aksara yang kuadakan terlengkapi oleh hadirmu

Kehadiran yang telah lama kutunggu-tunggu

***
GORESAN PENA
***

Hari demi hari berlalu

Dalam setiap detik waktu yang kutunggu

Bersama penantian yang berlalu

Inginkan sebuah temu denganmu

Seakan semua tak menentu

Atau pun hanya semu

Ataukah sebuah sayu

Hingga diri ini terpaku dalam sendu

Bersama hening malam kuceritakan

Keluh kesah yang kurasakan

Apakah akan ada yang memberikan jawaban

Teruntuk diriku yang tengah membutuhkan

Dalam lembayung malam yang telah tiba

Kugores sebuah kata

Yang tersimpan dalam lubuk hati yang mencinta

Berharap ia terus terjaga

***
AKU RINDU IBU
***

Di larut malam gulita nan pilu

Kutorehkan rindu penuh haru

Untuk seorang wanita yang melahirkanku

Yang kasih sayangnya bagai semesta raya padaku

Sungguh rindu ini menyiksaku

Mengingat dirimu membuatku menangis tanpa henti

Ingin menatapmu dari kejauhan, walau hanya sebatas angan

Angan yang sangat kunanti

Wahai ibuku ....

Kuingin membisikkan sesak di dadaku

Saat dekapanmu kian memudar dalam ingatan

Merampas paksa kehangatan yang pernah kurasakan

Kini menghilang tanpa menunggu kesiapan dariku

Sekarang tiada yang tersisa kecuali rindu

Ditemani oleh ratapan pilu

Berharap ini semua hanyalah mimpi

Bukan kenyataan pahit yang abadi

***
TAKUT KEHILANGANMU
***

Dalam keindahan malam

Kuingin selipkan sepenggal harapan

Untuk seorang insan yang berada di kejauhan

Sosok yang tak bisa ketemui lagi secara langsung

Sinar rembulan begitu terang benderang

Menyilaukan netra berkilau yang tengah memandang

Seraya menikmati sapaan lembut sang angin yang perlahan menguat

Bersama kerlipan bintang yang terpancar

Angin menemani pepohonan yang menari-nari

Mengikuti jejak hembusan yang memberi irama dalam kegelapan

Bayangan diri pun enggan mendekat memberikan tawaran

Mengikuti atau justru meninggalkan

Untukmu seorang insan,

Yang kini membuat alam pikirku acak-acakan

Yang terus-terusan menanamkan padaku kegelisahan

Akan hatiku yang takut kehilangan

***
INGIN JUMPA
***

Ibu ....

Anakmu merindu

Hari-hari berjalan lamban tanpa sosokmu di dekatku

Jarak terbentang menjadi tabir penghalang yang amat tinggi

Kukira mimpi dapat mengobati

Ternyata ia malah merajam jiwa tiada ampun

Hingga aku makin tenggelam tak berarti

Dalam rindu yang berkepanjangan

Kucari kesibukan sebagai pengalihan

Berharap gejolak rindu dapat teredam dan terobati

Namun, ternyata anakmu kembali kalah

Bayang-bayang paras cantikmu selalu menghantui diri ini

Mengapa rindu ini begitu menyiksa

Tiada penawar kutemukan

Tuk mengobati hati terjarah rindu

Kecuali bertemu kembali denganmu, Ibu ....

***
MENGIKLASKAN
***

Saat dirimu melambai di atas pelaminan

Isyarat pergi kau nyatakan

Aku memandang dari kejauhan

Bersama kesendirian yang telah menampakkan lembah lara

Munafik memang, bila kumengatakan ikut berbahagia

Saat dirimu dalam pelukan orang lain

Yang kini kau sebut sebagai seorang 'suami'

Kuingin berteriak sekencangnya

Berharap semua kenangan ikut hancur

Tak ada sisa yang tersedia

Melebur seluruh rasa dalam atma yang membara

Kuharap ini hanyalah mimpi

Jika memang bukan

Kuberjanji tak akan mengharapkan dirimu lagi

Menghapus segala kenangan, dengan buliran air mata berjatuhan

***
UCAPAN TERAKHIRMU PADAKU
***

Masih menghijau di ladang kalbu

Bermekaran bak mawar merah yang menyambut mentari pagi

Sangat jelas terpahat indah dalam ingatan

Harapan yang kau dambakan padaku

Agar pinta lebih darimu dapat terlaksanakan

Bagaimana bisa aku melampaui, sedangkan tiada yang mampu mengganti sosokmu

Kini kau telah pergi

Tak mengajakku turut menjejali

Lebih kejam lagi

Kau tak kembali kembali

Ayah ....

Di mana lagi si perkasa yang kubanggakan

Aku terlalu lemah

Tuk memikul beban berat ini sendirian

***
SEANGGUN PURNAMA MENGHIASI MALAM
***

Dengan parasmu yang menawan

Membuatku terus berangan-angan

Dan selalu memikirkan dirimu

Duduk di bawah pangkuan rembulan yang bersinar

Aku melihat cantikmu terpancarkan

Semakin membara hasratku yang ikut terbakar

Merindukan perempuan yang berada di kejauhan

Kapankah rindu itu menjadi temu

Kuingin sekali bertemu denganmu

Ingin berada di dekatmu

Tanpa ada jarak yang membelenggu

Sembari menatap langit malam yang mulai larut

Kutuliskan sebuah harapan yang saling berpadu

Dalam hamparan gelap yang kian memekat

Kuingin terus mencintaimu

***
LANGIT MENGGELAP, TETAPI BUKAN MENYAMBUT MALAM
***

Air menetes, tetapi bukan rintihan hujan

Menatap langkah pergimu yang kian menjadi realita

Kau menghilang dengan menyisahkan kenangan

Yang melukai fisikku dan meluluh lantahkan atma di jiwa

Kutunggu datangnya hujan

Berharap dapat menghapus tinta-tinta cinta ini

Yang telah kutulis bersama dirimu

Tanpa ada sisa lembaran afeksi yang tersimpan lagi

Menari-nari di bawah atap semesta yang berkabung

Menciptakan kristal embun perlahan berjatuhan

Air mata pun ikut tersamar

Teriakku dalam tangis pun semakin bebas

Menggema

Dalam nestapa yang merajam

Kehancuran mimpi tak bisa kuhindari

Saat diri ini lepas kendali

***
ASA SEMAKIN MEMBARA
***

Saat hinaan terus menikam

Menorehkan goresan di hati

Menyebabkan luka yang mendalam

Pada perasaan yang perlahan mati

Kurajut satu per satu

Setiap cercaan manusia yang dilontarkan

Kubungkus indah dengan pujian

Berharap dapat kupersembahkan

Terima kasih atas cemoohnya

Karenamu semangatku terus menggebu

Tak tergoyahkan

Laksana api yang ingin membakar seluruh hutan

Dalam anggap remeh terhadapku

Akan kubuktikan kau salah

Ragaku tak selemah yang kaukira

Dari tekad yang bulat akan kubuktikan

***
LEMBUTNYA REMBULAN
***

Pada malam yang sunyi

Penuh dengan ketenangan

Hatiku terasa sangat damai

Terhanyut dalam nyamannya lamunan

Aku hadir menyambut datangmu

Dari tirai jendela kamarku

Kunikmati pancaran cahaya redupmu

Memerangkap diriku dalam lamunan tentangmu

Menawannya hitam nan legam

Menyembunyikan hariku yang kian kelam

Indahnya segala perhiasan yang kau hadirkan

Bertabur bintang dengan kerlip, purnama dengan cahaya

Memudarkan sedihku yang begitu menyiksa

Menemani hati yang masih berada dalam kesepian

Menghibur jiwa yang jatuh begitu dalam pada keterpurukan

Hingga malam telah menjadi teman bercengkerama

***
ABADI DALAM SINAR JINGGA
***

Kubuka tirai jendela yang menutupi sinar indah mentari

Agar ia menerangi ruang kamarku

Tak terasa gelap malam perlahan menghilang

Dan cahaya terang mulai datang

Kuabadikan senyum indah itu

Dengan tiap goresan tinta biru

Pada secarik kertas yang menjadi tempatku bercerita

Dipayungi kemilau senja mengabadikan namamu

Agar ia dapat kupandang selalu

Di setiap hariku yang berlalu

Walau jarak terbentang begitu jauh

Hanya kau seorang yang selalu kutunggu

***
ARUNIKA
***

Kau dengan segala keindahan yang tercipta

Adalah sebuah kerahasiaan cinta yang kumiliki

Aku menyapamu sebagai senjaku

Sebuah keindahan yang tak jemu kunantikan

Senja hanya satu warna dengan segala pesonanya

Dirimu hanya seorang dengan segala cinta

Sekelumit kisah terangkum tentangmu

Sekumpulan kata tercipta karenamu, rindu pun tersimpan padamu

***
BENANG HATI YANG KUSUT
***

Di malam yang kelut

Yang mulai larut

Aku terduduk terdiam dengan selimut yang masih terbalut

Di tepi pantai dengan terjangan ombak dari laut

Ada apa dengan hembusan angin malam ini

Dingin rasanya dibandingkan malam lain

Kukira cuacanya yang berputar arah

Namun ternyata sikapmulah yang mulai berubah

Kukira musim yang mulai berganti

Mungkin akulah yang tak berarti

Kukira suhu yang mulai turun

Mungkin cintamulah yang ingin menurun

Berilah aku jawaban agar pikiranku tak karuan

Berilah aku pernyataan agar hatiku tak menyimpan keraguan

Jangan dilemakan aku dengan sikapmu

Membuatku terus bertanya-tanya tentang rasa pada diriku

***
TERTITIP RINDU PADA LAKSANA ANGIN
***

Ingin kusapa pagimu

Sembari menyambut senyum manis bagaikan madu

Indah berseri tak pernah pudar oleh waktu

Selalu merekah dengan anggun dan memukau

Bagaimana kabarmu?

Kuharap baik-baik saja

Tak ada sedih yang kini tersimpan

Tak ada resah yang tercipta, atau pun sakit yang tertawan

Dalam pagi yang datang kutitip salam

Pada angin timur yang berembus melawati sudut pintu kamarku

Menyelinap dari pintu jendela yang sengaja kutunggu

Berharap ia membisikkan rasa rindu ini ke telingamu

***
DENTINGAN AFEKSI
***

Tak mampu kuungkap rindu

Padamu sang mawar yang warnanya tak pernah layu

Selalu mekar dalam setiap waktu

Dan begitu juga dengan diriku yang merindukanmu di setiap detik yang telah berlalu

Aku takut rinduku mengusikmu

Cintaku sampai mengganggu hidupmu

Maka dari itu kutuangkan rindu ini dalam lembaran kertas kosong

Kaulah pemeran utama dalam diksiku

Dalam keindahanmu kuterpana

Dalam sinarmu ‘ku tak mampu berkata

Dalam hadirmu selalu kutunggu

Dan dalam tunggu selalu merindukanmu

Apakah namaku juga ada dalam catatan rindumu?

Nama asing yang kau jumpai

Dari seseorang yang terus merindukanmu

Yang tak pernah berhenti walau tak tahu kapan akan ada temu

***
RAHASIAKU
***

Kedua bola matamu sungguh indah

Aku manuruh rasa yang amat dalam padamu

Rasa yang telah kusimpan dalam sebuah tempat yang kusebut rahasiaku

Selalu kuhiasi dengan sanjungan jiwaku

Pada sebuah tempat yang tak semua orang kupersilahkan singgah

Di sebuah ruang yang tidak semua jiwa kuizinkan masuk

Di sebuah wadah yang dikhususkan hanya teruntuk dirimu

Sang pujaan hati dalam tahta indah di hatiku

Sang penawan hati

Yang membuat rinduku selalu hadir dalam waktu yang silih berganti

Seorang perempuan yang belum mampu kumiliki

Namun telah mengikat diri ini

***
***

Kumerangkum kata dalam sukma diri

Menyusun irama-irama melodi dalam hati

Berbait kalimat rindu

Tertuju kepada engkau pemilik hatiku

Sajak-sajak cinta hanya kutujukan kepadanya

Selalu bercerita saat angin rindu datang menyapa

Menuliskan kata demi kata

Dengan tinta cinta penuh asmara

Bersama pena biru dan secarik kertas

Bersama malam dan sinar rembulan

Aku menulis dalam redup cahayanya

Bersama cinta yang telah kau hadirkan pada jiwaku

Kau menjadi tokoh utama dalam diksiku

Perempuan cantik yang sangat kurindukan

***
***

Hamparan malam yang kelut

Telah terenggut

Bergegas pergi tanpa sebuah raut

Embun pagi pun mulai menyusut

Bergantikan sinar mentari yang teramat cerah

Yang dapat terlihat dari berbagai arah

Mengingatkan kepada senyum orang tercinta

Senyum yang manis dan indah

Apakah senyumnya masih secerah pagi?

Atau telah mendung dibalut awan kabut?

Aku rindu akan engkau kasih

Mentari pagi yang ceria

Jaga senyumnya agar tidak luntur

Apalagi sampai memudar

***
SAKSI BISU
***

Kutitip rinduku pada awan yang datang

Berharap ia akan menjadi butiran embun yang menyambut pagimu

Kuukir rinduku di atas batu karang

Agar ia terus tumbuh, tetap kokoh berdiri dihantam ombak waktu

Bila angin rindu menimpaku

Pena biru ‘kan menjadi saksi bisu

Melukis cinta dalam rindu

Menata hati untuk temu

Dalam malam hening

Pena biru yang asing

Ingin bercerita lagi tentangmu yang cantik bagai embun pagi yang bening

Mengobati hati yang mulai denting

***
PERADUAN SENJA
***

Di saat senja ingin pergi

Aku bergeming memandangi

Menatap cahaya yang ia sinari

Sembari menikmatinya dengan secangkir kopi

Awan hitam akan datang

Kegelapan akan menerjang

Senja pun ‘kan menghilang

Dunia pun tak lagi terang

Indahmu tak bisa kulihat lebih lama

Cantikmu tak bisa kupandang dengan saksama

Namun cahaya dari sinarmu akan menjadi kenangan selamanya

Penantian panjangku pun kembali lagi

Tak terganti walau banyak warna yang merona

Karna kau yang ‘kan selalu kudamba

***
ALUNAN RINDU
***

Setelah sekian lama hari berlalu

Dendang suara darimu pun telah tiba

Irama yang terucap dari bibir manismu

Yang telah lama kutunggu-tunggu

Kini telah kau dendangkan lagi padaku

Kau lantunkan lagi dalam sunyiku

Tak terbilang rasa bahagia dan senang

Saat irama suaramu kau bunyikan

Setiap kata yang kau dendangkan pada diriku

Menghadirkan sosokmu dalam ingatanku

Dalam irama yang mengisi hati

Dalam melodi yang mengobati rindu

***
LEPAS PANTAI
***

Kurehatkan penat di tepi pantai

Duduk dalam kesunyian sepi

Bersama bayanganmu yang selalu mengikuti

Perempuan cantik yang ingin kumiliki

Terjangan ombak jadi pengisi

Irama yang teramat sunyi

Diiringi air yang menepi.

Mengarah pada duduk yang kutempati

Menikmati setiap hembusan angin silih berganti.

Berharap ia membawa harum seorang kekasih yang selalu kunanti

Setangkai mawar yang ingin kujelajahi

Pelipur lara dalam sepi

Penghias tawa dalam sunyi

Pengobat rindu dalam hati

Tempat harapan yang kucintai

***
MANISNYA SENYUM ITU
***

Senyumnya manis

Bagaikan tanda kekuatan hati yang tak ingin menangis

Berhias taman mawar mekar di pipi saat senyumnya terlukis

Yang tersimpan manis dalam balutan cadar gamis

Kuingin sekali memiliki senyum manis itu

Walau terkadang kuragu dengan diriku

Karna kesadaran yang selalu memerangi

Dengan keadaan yang selalu saja membuatku kalah

Namun cinta di hati terus meronta

‘Tuk mengikuti setiap jejak langkahmu

Agar jiwaku sampai di hadapanmu

Hingga senyum manis dapat kumiliki untuk satu tuju

Menjaganya agar tidak pernah layu

Di setiap waktu yang kulalui bersamamu

***
KATA
***

Bila diksiku telah bercerita tentangmu

Sajakku telah merangkum kisahmu

Dan senjaku telah menanti untukmu

Bait kata akan selalu kucurahkan dalam keindahanmu

Pahamilah kasih setiap kata dariku

Jangan kau meragu

Tak tahu diri ini cara meluaskan rasa rindu

Selain untaian kata indah dariku untukmu

***
KISAH KASIH IBU
***

Kuhapus jejak-jejak langkah di sudut kamarku

Kutakut rindu ini ‘kan mengikutiku

Senyummu pengantar pergi

Tangan halusmu pengiring keberangkatan

Ibu, tawamu bekal perjalananku

Kusimpan rindu untuk sebuah temu

Demi sebuah cita yang ingin kutuju

Walau terkadang pilu, tetapi harus kulalu

Demi membahagiakanmu, ibu ....

***
BILA NANTI
***

Bila suatu hari nanti

Suaraku tak terdengar lagi

Jiwaku telah mati

Temui aku kasih, di antara larik-larik sajak yang akan terus menemani

Kau akan tetap kujelajahi

Dalam ilusi-ilusi menyesatkan

Yang kuciptakan sendiri

Denganmu yang selalu kunanti dalam kenangan

Bila suatu saat nanti

Impianku pun tak dikenal lagi

Namun di sela-sela huruf sajak ini

Akan menjadi bukti

Atas sebuah rasa yang kumiliki

***
SENANDUNG REMBULAN
***

Saat malam telah datang, suara jangkrik pun akan terdengar

Memberi irama pada malam yang ditemani rembulan

Saat gelap telah menyelimuti, keindahan kunang-kunang pun akan terlihat

Menjadi perhiasan dalam malam bertabur bintang

Saat rindu telah menyapa, kata hati pun akan berbicara

Membiarkan ia bersenandung

Kepada hati yang disanjung

Bersama kidung-kidung malam yang menjunjung

***
SANG MAWAR
***

Rentetan hari demi hari berlalu indah saat melihatmu sang mawar

Ingin kuberlari mengejar bayangmu

Bisakah aku mendapatkan dirimu?

Untuk kumiliki seutuhnya

Berwaktu-waktu kusimpan rindu dalam buku usang

Kata itu mengalir saja ketika bayangmu terlintas di benakku

Bagiamana bisa kuabaikan kata hati

Saat ia ingin berbicara dan menyatakan rasa

Bagaimana bisa kubisukan kata jiwa

Saat ia ingin bersenandung dalam kerinduan atas namamu

Kucoba untuk diam

Namun aku kalah dengan rasa yang tak terbilang

Dalam malam

Bersama cinta yang bersemayam

Kepada hati yang mengirimkan salam

Untuk dia seorang yang menawan

***
PILIHAN HATI
***

Aku menolak memberikan hati saat ada yang meminta

Menjauh saat ada hati yang mendekatinya

Aku tak ingin jika itu bukan dia

Karenanya ketemukan arti cinta

Wahai satu nama yang menjadi ruang rinduku.

Sosok yang menjadi puisiku

Aku tak ingin jatuh cinta lagi, kecuali hanya padamu

Cukuplah hanya dalam keindahanmu

Kau cantik, cantik sekali

Tak ada bunga yang lebih mekar selain dirimu

Bunga indah dengan segala keindahannya

Apalah dayaku si kumbang yang takut mendekat pada hati yang terpikat

***
SEMESTA BERCERITA
***

Padamu angin yang berembus, kuingin titipkan pesan

Pada burung yang berkicau, kuingin memberitakan

Jika engkau bertemu kekasihku

Sampaikan kepadanya salam

Setiap hembusan angin membawa harummu untukku

Setiap kicauan burung mendendangkan namamu untukku

Setiap mimpi yang hadir membawa wajahmu untukku

Setiap pandangan menampakkan bayanganmu padaku

Setiap tetes hujan menceritakan tentangmu padaku

Aku merindukanmu dan kau masih tetap menjadi ruang rinduku

***
LAUTAN ASMARA
***

Kau adalah jatuh cinta yang kusengaja

Kuingin mengenalmu lebih jauh

Rasa penasaran yang kau berikan padaku

Memaksaku ‘tuk mengikuti dalam ketidaktahuanmu

Semakin kukenal dirimu, membuatku hanyut dan tenggelam dalam keindahan

Tak ada ranting yang bisa dijadikan pegangan

Tak ada tongkat yang bisa dijadikan tumpuan

Tak ada tali yang bisa kujadikan genggaman

Aku semakin tenggelam karenamu

Hanyut dalam arus gelombang cinta

Derasnya hampir membunuhku

Namun ia tak tega membinasakanku

***
SENYUMAN
***

Mata ini indah melihatmu

Melihat dirimu yang duduk di bawah rembulan malam dengan cahayanya

Melihat dirimu dari kejauhan

Tak ada satu makhluk pun yang mampu menghilangkan bekasmu dari realita

Tak ada keberanian lebih dekat

Aku takut kau menjauhiku

Dalam dirimu kutemukan senyuman indah

Yang dahulu pernah hilang dariku

***
TAK SEJALAN
***

Kau adalah jiwa yang ingin kujelajahi

Kau adalah hati yang ingin kutelusuri

Tak ada jiwa yang seteduh hamparan milikmu

Tak ada cinta yang mempesona layaknya dirimu

Mimpi ini terlalu tinggi untukmu

Tak mampu untuk kudaki, merangkak pun ‘ku tak sanggup lagi

Jangankan untuk berlari

Bangkit untuk maju pun tak mampu untuk berdiri

Kelam duniaku membuatku sadar

Aku tak pantas untukmu

Indah senyumanmu membuatku terperangkap

Yang sulit membuatku lepas dari kendali khayal

Yang tak akan pernah menjadi nyata untukku

***
AKU DAN RINDUKU
***

Dalam malam ini

Sang bintang telah menampakkan diri

Saling memancarkan cahaya kemilau

Kerlap-kerlip yang mengingatkanku pada candamu

Semakin lama kupandangi sang gemintang

Seakan wajahmu terlukis di atas sana

Terlukis dari gugusan rasi bintang yang bernyanyi

Malam ini kuingin membisikkan pada bintang

Aku sedang merindukannya lagi

Tapi tenanglah, ini hanya antara aku dengan rinduku saja

Rinduku takkan merubah apapun

Rinduku takkan menggangumu

***
ISI HATI
***

Tak mampu kusampaikan segala isi hati

Hati yang telah tergoreskan namamu

Tak mampu kuucapkan kata di hadapan sang putri

Pipi merah kemerahan bagai taman bunga mawar bermekaran

Mulutku diam dalam bungkam

Tak mampu meluaskan rasa dengan kata

Gemetar jiwaku

Hingga yang kaulihat hanyalah kebisuan

Biarlah pena birumu bercerita tentangmu padaku

Biarlah pena birumu menjadi saksi bisu kesungguhanku

Dari pena biru menumpahkan segala isi hati

***
BARA API MEMUDAR
***

Tak kan pernah kurangkai kalimat ini

Jika engkau tak hadir dalam hidupku

Menulis huruf demi huruf

Menggabungkan kata demi kata

Mengabadikan semua dalam kumpulan diksi

Setiap larik hadir dari serpihan kecantikanmu

Kau nyalakan api cinta dalam hatiku

Namun kau juga yang memintaku memamdamkan kobaran itu

Di saat nyala api itu kian bergejolak

Kau memintaku dari air mata sendiri

Kini kau telah pergi

Pergi dari pandanganku

Kau telah menjauh

Menjauh dari hidupku

***
LEMBAYUNG SENJA
***

Sinar mentari tenggelam dalam kegelapan malam

Memancarkan sinar jingganya membelah cakrawala

Sebagai isyarat kepergian yang menyisakan kelam

Digantikan oleh lembayung malam beratapkan duka dan lara

Kauberikan senyumanmu di akhir kepergian

Senyuman entah kebahagiaan atau kesedihan

Di kala senja, berjanji untuk selalu kembali

Namun kau tak kunjung dating menghampiri

Rintik gerimis mengundang

Di penghujung senja yang mulai menghilang

Sembari menanti kedatanganmu

***
KEPERGIAN
***

Mengingat kepergianmu

Seperti lenyapnya ratu senja

Menyapa sejenak dengan pesona

Menghilang dengan segala keindahannya

Sinar mentari pagi berhasil mengingatkanku

Akan cerahnya senyumanmu lagi

Senyuman yang telah hilang

Yang pernah membuat manis kopiku yang dulunya pahit

Kau adalah ketidak pastian yang kuharapkan

Kemustahilan yang kuinginkan

Ketidak mungkinan yang kuimpikan

Namun aku akan terus melakukannya karena itu adalah padamu

***
HANYA FANA BELAKA
***

Kukira rasamu akan abadi padaku

Ternyata salah

Aku pun telah kalah

Bertaruh rasa antara hati dan logika

Lilin itu lebih terang dariku

Hingga kau pun berpaling

Dari nyalaku

Tak sedikitpun ada iba darimu

Cangkir kristal itu lebih indah

Hingga si cangkir kaca pun kau buang

Dengan mudahnya

Tuk menggenggam si cangkir kristal

Kini aku telah kalah untuk meyakinkanmu

Kini aku telah gagal untuk memilikimu

Pergimu telah menjadi nestapa, rindu hanya menciptakan isak

Cinta hanya menjadi cerita dan dirimu adalah lukaku

***
RANGKAIAN SAJAK CINTA
***

Dirimu terlalu indah untuk kurangkai menjadi sebuah sajak

Sangat menawan di setiap ucapan

Begitu anggun dalam pendangan

Hingga membuatku hanyut dalam angan berkepanjangan

Tiada diksi yang mampu mewakili

Di setiap rasa yang dihadiri

Akan cantikmu yang terus membayangi

Kau rahasia tersembunyi dalam cinta yang kumiliki

Untuk sekian kali

Aku coba membisukan diri

Namun angin rindu terus memintaku untuk mendekati

Aku takut engkau pergi

Namamu telah ku pahat dalam hati

Agar ia tak pernah terganti

Keindahan mu yang telah menghiasi

Menjadikan cinta ini abadi

***
OCEHANKU
***

Di dalam malam, bintang-bintang hadir menghiasi langit

Sementara bulan purnama bersinar dengan anggunnya

Jangkrik mendengarkan suara merdunya, sembari menikmati datangnya malam

Sementara nyala lilin menemani dengan kehangatan

Duhai kekasih ....

Hadirnya malam menghadirkan dirimu padaku

Kau pemecahan lamunanku

Kau sepucuk pengharapanku

Kau segenggam rahasiaku

Setangkai bunga mawar yang indah

Yang selalu kuamati dari kejauhan

Ingin lebih dekat

Namun, kutakut membuatmu terusik

Malam ini aku ingin bersenandung lagi

Mengobati rindu yang telah menjalar dalam hati

Kutebar dedaunan jingga di sepanjang jalan yang telah kulalui

Berharap nantinya daun itu sampai pada langkah kakimu

Agar rindu ini sampai kepada empunya

Semoga engkau memahaminya


Di setiap kata yang kusematkan di dalamnya

Bersama cinta yang kutuliskan bersamanya

Duhai sang mawar ....

Pancaran sinar rembulan memantulkan cahayamu padaku

Bersama perhiasannya yang membuatku terpaku

Hingga tembus ke dalam sukmaku

Sehingga malam menjadi pengobat rinduku

***
KATAKU
***

Dedaunan jingga sengaja kutebar di tepian jalanan kota

Dalam kidung malam, tak seorang pun mengetahuinya dan memahaminya

Berharap ia sampai kepada sang mawar

Dengan segala cinta yang telah kusebar

Saat hatiku telah tertawan padamu

Kuselipkan sebuah harapan dan namamu dalam doaku

Kujadikan engkau salah satu tujuanku

Yang pada akhirnya, menghadirkan rindu untukmu

Semua yang kurasakan, belum mampu kusampaikan dengan ucapan

Mulutku ..., terdiam dengan seribu alasan

Hanya tulisan, yang membantu untuk menceritakan

Semua cinta yang kurasakan

Apakah hatimu akan menghiasi cintaku?

Ataukah cintaku akan menghiasi hatimu?

Aku berharap keduanya bersatu padu

Jangan tanyakan kenapa aku terus mencintaimu

Walau diri ini tak pernah bertemu

Sampai kapan kau akan bertahan dengan cintaku

***
UNTAIAN ASMARA
***

Dalam gelapnya malam ini

Angin berembus dengan sejuknya

Memandang langit, banyak sekali hiasan yang menarik

Dengan kerlipan cahaya yang cantik

Rasi bintang tengah bermain di atas awan

Melukiskan senyuman manis yang terpampang

Sinar indah rembulan sang penguasa malam

Menggambarkan wajahmu dengan menawan

Membuat kusemakin melayang dalam cinta yang gemilang

Hingga kata tak terbilang

Saat semuanya kupandang

Walau dalam kesendirian yang panjang

Kepada pujaan hati yang tersayang

***
KEKAGUMAN
***

Kumengagumimu dalam lintasan hasrat untuk memilikimu

Dalam landasan cinta dan asa

Yang telah tercipta dan terpatri kokoh

Di setiap sudut relung hati yang ada

Namun logika selalu mengalahkan

Siapakah aku yang berhak cemburu padanya

Saat ia yang kucinta, di dekati jua oleh ksatria lain

Dan semua hati yang ikut terpana saat melihatnya

Hati kecilku berkata

Bisakah orang biasa ini memiliki mawar langka seperti dirinya?

Bisakah orang awam ini bersaing dengan ahli ilmu yang turut mengagumimu?

Bisakah krikil jalanan ini dapat bersanding indah dengan permata sepertimu?

Jalan cinta sungguh amat rumit

Semakin aku mencintaimu

Kesadaran diri semakin menampar keras diriku

Namun kau selalu kuamati

Walau raga dan hatimu tak berada di sisiku

***
TARIAN PENGACAU KALBU
***

Kau senantiasa menari di dalam pikiranku

Terus bersemayam dalam hatiku

Dan selalu terlihat dalam pandanganku

Meski tak seorang pun melihatmu

Aku merasakan hadirmu dalam hatiku

Hingga tak ada alasanku ‘tuk merasa kesepian

Aku melihat senyummu dalam sinar senja

Hingga tak ada alasanku ‘tuk melupakanmu

Dalam relung hati, aku bercerita tentangmu

Bersama kerinduan yang menyapa

Hingga aku terbuai dan terlena

Duhai gadis yang kucinta ....

Izinkan aku memelukmu dalam diksi

Hingga aku lupa dengan kata sepi

***
BUKU USANG
***

Hembusan angin dari ufuk timur melewatiku

Membawa senja yang ingin segera berlalu

Mataku tak berkedip melihat kepergian cahaya senja

Hingga pandanganku hanya tertuju padanya

Masih adakah aku dalam hatimu

Sebuah jiwa yang telah menjadi ruang rinduku

Hati yang telah membuat ‘ku terjatuh hamparan cintamu

Sebuah senyuman yang selalu kusimpan

Berwaktu-waktu tulisanku bercerita tentangmu

Mengutarakan cintaku menjadi diksi

Bersama hati yang selalu menanti

Di setiap waktu yang kutemui

Engkau bukanlah kesalahan

Kau bukan juga derita

Justru aku mensyukuri ini

Dan izinkanlah aku terus bercerita tentangmu pada buku kusangku

***
GADISKU
***

Aku ingin kembali melihatmu dalam pejaman mata

Yang telah terlukis jelas dalam ingatanku

Dari lukisan manis senyummu

Dari lukisan menawannya engkau

Yang berhiaskan mutiara-mutiara indah kebaikanmu

Bertabur permata dalam setiap langkahmu

Dengan keikhlasan yang kauberikan

Aku terperangkap dalam kekaguman

Kau sosok yang kucinta

Dalam sebuah tempat

Aku menantimu

Kau sosok yang kusanjung

Dalam sebuah ruang

Aku menunggumu

Selalu ....

***
LUKISAN RINDU
***

Dalam senyuman mentari pagi terlukis indah senyumanmu

Dalam tawa keceriaan mentari pagi tercipta tawa mu

Dalam keindahan cahaya mentari pagi muncul bayang dirimu

Dalam terbitnya mentari pagi menggambarkan hangatnya cintaku padamu

Tak mengapa dirimu tak kunjung hadir

Sang mentari telah menghadirkan bayanganmu padaku

Aku merindukanmu, Sayangku ....

***
DIARY CINTAKU
***

Di malam yang sunyi penuh ketenangan

Di malam yang hening penuh kenangan

Bersama kertas dan pena

Bersama cinta dan rindu yang menggema

Aku ingin berpuisi lagi

Menulis irama kata hati yang menuntut ‘tuk dituntaskan kini

Mengikuti detak dan riak yang tiada henti

Dalam jiwamu yang ingin selalu kujelajahi

Dari senyum manismu yang tak pernah terganti

Dengan segala senyum yang membuat kesedihan menepi

Aku akan menanti tanpa henti, di ujung batas penantian kini

Dari tawamu yang membuat ‘ku teringat

Dengan segala canda yang membuatnya memudar

Aku ‘kan menunggumu, di batas cakrawala kalbu

Aku ingin menyapamu kembali

Dari sepenggal kata ocehanku ini

Menatapmu dengan sembunyi lalu diam-diam pergi

***
OCEHAN BARUKU
***

Ini kisah tentang ocehanku

Sekumpulan kata yang terangkai menjadi kalimat

Segenggam rasa yang menjadi diksi

Seuntai rindu yang menjadi doa

Tentang seorang wanita yang tak sengaja kujumpai

Di sebuah jalan takdir Ilahi

Tak senjaga menghampiri

Lalu menelusuri setiap kisah tentang diri

Maya Serungke nama indahnya

Maya yang berarti seorang putri, putri yang cantik jelita bagaikan intan mutiara dasar lautan

Serungke yang bermakna cahaya, laksana sinar bulan purnama dalam gelapnya malam

Bila kedua kata itu digabung

Akan mengartikan sebuah perhiasan yang bersinar terang

Indah dengan sinarnya

Seperti itulah orangnya

Aku tertawan dalam senyum manis indahnya

Tenggelam dalam kecantikannya

Tersimpuh dalam hatinya


Bila mulut berbicara

Akan keluar kata-kata kearifan yang membangkitkan jiwa

Menghibur hati yang gundah

Perkataannya adalah bagian dari kebijaksanaan

Dialah sosok yang jadi motivasiku

Selama ini dalam menulis berbagai puisi-puisi yang kutuangkan dalam aksara

Kaulah sosok yang menjadi tulisanku

***
CANTIKNYA SANG REMBULAN
***

Lembayung malam yang sunyi

Pada malammu kuingin bersenandung lagi

Kuharap kau mendengarkanku

Dengan segala keluh yang kusampaikan

Kau telah menghitamkan kesilauan dunia ini

Kau telah mengheningkan kebisingan dunia ini

Pada malammu kuingin bercerita tentang seorang yang memikat hatiku

Kecantikannya telah menawan hatiku

Sosoknya telah berhasil membuat kumerindu

Hadirnya membuat hasratku berkepanjangan

Malam ... maukah engkau membantuku

Sampaikan salamku kepadanya dari si tukang oceh

Yang sedang merindu

Temani ia malam ini jika ia sedang kesepian

Belai rambutnya yang hitam, bila ia tengah merasa sedih

Hibur ia sang rembulan malam

Jangan biarkan ia sedih dan kesepian

Dalam malammu ‘ku selalu bercerita tentangnya padamu

***
KATA BERMETAFORA
***

Kulihat lembayung malam telah menggulung gelapnyanya

Pergi karena telah kedatangan pancaran indah cahaya matahari

Namun satu hal yang perlu kau ketahui

Terang sinar matahari, tak seterang dengan sinarmu

Indah senyuman mentari pagi, tak seindah dengan senyum manis darimu

Menawannya matahari saat memperlihatkan cahayanya, tak semenawan dengan dirimu

Aku berharap sinar itu tak pernah pudar dan senyum manis itu jangan murung

Bagaimana kabarmu di pagi yang cerah ini

Kuharap baik menjadi jawabannya

Selamat pagi, Rinduku

***
OCEHANKU, LAGI
***

Izinkan aku menulis keindahanmu dalam ocehanku lagi

Dari lembut sentuhan indah jari-jemarimu

Dari tatapan hitam yang menawan bola matamu

Dari suara merdu yang menenangkan bila kuajak bicara, kurindu hal itu

Dari sebuah nama yang ‘ku istimewakan

Aku ingin menulis tentangmu

Yang berkertaskan daun pepohonan

Yang bertinta air matamu

Bolehkah aku menulis tentangmu dalam puisiku

Bolehkah aku menceritakan tentangmu dalam ocehanku lagi

Bolehkah aku menyimpan namamu dalam hatiku

Kau adalah sosok yang kujadikan motivasiku

***
MALAM DINGIN YANG SEPI
***

Malam dingin yang sepi

Ditemani bayangan diri sembari duduk sendiri

Diselemuti lembayung malam

Dalam dekapan sendu

Malam ..., ‘ku ingin bercerita padamu

Kuharap kau mau mendengarkannya

Malam temani aku dalam keluhku

Kuharap kau mau menemani

Hadirkan bulan dan bintangmu

Berharap sang bulan datang menjadi pelipur lara

Meminta pada sang bintang membawa candanya

Berharap sang purnama membawa bayangannya untukku

Dengan secerah harapan

Yang telah lama terpendam

Semoga nanti ia menjadi kenyataan

***
NAMA
***

Untuk sebuah nama yang kurindukan

Sebuah nama yang telah mengisi hatiku

Sebuah jiwa yang ingin kumiliki

Sebuah senyuman yang ingin kugenggam

Aku tak tahu apakah hatimu yang dijadikan pelipur laraku

Aku juga tak tahu apakah namamu yang telah ditetapkan untukku

Tapi yang kutahu saat aku melihatmu, hati ini terasa tentram

Saat mendengar suaramu, hatiku terhibur

Namun bila nanti pada akhirnya bukan diriku yang disandingkan denganmu

Aku akan tetap berterima kasih

Kau pernah mengizinkan kuhadir dalam kisahmu

***
LEMBARAN LAMA
***

Kucoba buka lembaran lama

Membaca catatan lama yang telah berlalu

Yang hanya menyisakan debu-debu kenangan

Menghadirkan rindu yang tak tersampaikan

Namun kenangannya masih menyatu

Tak hilang dan takkan pernah hilang

Kau seolah hadir lagi, datang menghampiri

Saat semua nya mulai kubaca lagi

Saat semua catatan yang pernah kutuliskan

Menceritakan lagi tentangmu padaku

Rintik hujan membasahi pintu rumahku

Hembusan angin tiba-tiba sangat dingin

Kehilangan sosok membuat ‘ku sulit jatuh lagi

Jatuh dalam sendu yang merajam

Hingga tak ingin ‘ku jatuh cinta lagi

Karena cinta di hati yang tak pernah terganti

***
ENTAH KALI KE BERAPA(?)
***

Saat cinta menguasai raga

Tubuh tak berdaya melawan rasa

Mengambil sebuah kesimpulan

Dalam kebisuan

Namun sebenarnya hanya angan dalam pikiran

Dan dipermainkan dalam alur yang rumit

Diperindah oleh khayalan

Diperkuat oleh impian, tetapi sebenarnya hanya keegoisan semata

Keegoisan pun mulai menyapa

Padahal ‘ku bukan siapa-siapa

Aku hanya insan berparas biasa

Namun sangat menginginkanmu yang sungguh luar biasa

Laksana intan dalam samudera

Laksana kunang-kunang dalam malam

Laksana kilauan dalam gelap

Laksana putih dalam hitam

Kamu adalah wanita incaran seribu pria

Sedangkan aku pria yang takut mendekatimu

Sadar banyak yang mendambakanmu


Maka dari itu kau kupandang dari kejauhan

Melupakan sejenak

Menyimapan namamu dalam bait terindahku

Bukan karna tak cinta hanya sebuah kesadaran

Dan sebuah pengorbanan

***
TERTAWAN RINDU
***

Ke mana harus kucari lagi kekasih hati

Yang pernah tertawan dalam hati

Teringat kembali dengan keindahanmu yang terus membayangi

Seseorang yang menjadi ruang rinduku

Andaikan kau tahu, kaulah wanita yang membuat kumerindu

Di manakah harus kucari lagi

Intan berlian yang telah hilang

Kuingin melihatmu lagi

Cinta di manakah kau bersembunyi

Yang selalu menjadi ruang rinduku

Walau mungkin sekarang bukan aku yang kau inginkan

Di manakah lagi ‘ku bisa menemukanmu

Terbayang lagi wajahmu kasih

***
PETIKAN RASA
***

Ada rasa dalam hati

Ada cinta dalam diri

Yang terukir di relung hati

Tersimpan rapi dalam keheningan malam

Tak terungkap dengan kata-kata selain doa kepada sang pencipta

Tak dibiarkan lepas kendali

Oleh nafsu yang akan menjadikannya hancur

Dan teruntuk engkau yang mengisi hati

Dengan segala keindahan dalam dirimu

Kupersembahkan cinta padamu

Pada sebuah bintang indah yang jatuh ke bumi

Kunantikan suatu hari

Hari di mana takdir mengizinkanku memilikimu

***
METAFORA RASA
***

Uluran tanganmu yang anggun

Selembut kapas sehalus sutra

Yang belum mampu kuraih dan kugemgam

Hanya bisa kupandang

Yang belum mampu kumiliki dan kugandeng bersama, ‘tuk melewati jalan yang terjal ini

Hadirmu sungguh telah mengikat hati

Sehingga membuatku terjebak di ranah cinta yang tak mampu kusampaikan,

Tak mampu kuutarakan dan tak mampu kubuktikan

Apalah daya dalam diri ini

Apalah cinta tanpa bukti yang hanya menjadi bualan semata

Terjebak dalam ilusi

Tanpa sebuah tepi yang menjadi solusi

Hanya bisa melihatmu dari kejauhan, di saat banyak hati yang ingin memiliki jua

Hanya bisa memandangmu dalam kesendirian, di kala banyak hati yang ingin mendekati

Hanya bisa memilikimu dalam ilusi, di saat banyak yang nyata menawarkan dirinya padamu

***
APALAGI INI
***

Menjauhimu bukan berarti ‘ku tak mencintaimu

Merelakanmu bukan berarti ‘ku tak peduli akan dirimu

Mengabaikanmu bukan berarti ‘ku tak memperhatikanmu

Tidak menyapamu, bukan berarti aku tidak merindukanmu

Terkadang aku bertengkar dengan pikiranku

Bertengkar dengan dengan diriku

Saat hati tak sependapat dengan akal

Saat akal terus mengusik dan merasuki hati

Takut ‘ku akan menawarkan cinta padamu yang seolah hanya ilusi indah yang kutampakkan

Takut melukai engkau

Takut menyakiti engkau

Takut kau menjauhiku

Takutku terlalu dalam mencintaimu

Tanpa melibatkan Allah

Membuatku tergelincir pada jalan-jalan setan

Hingga semuanya akan hancur dengan seketika

Diamku padamu bukan berarti kumencari yang lain

Acuhku padamu bukan berarti padamnya api cinta yang telah menyala

Bagaimana bisa ‘ku melupakan engkau,


Sementara sejak awal melihatmu sudah kutujukan tujuan hati padamu

Bagaimana bisa aku melupakan

Sementara namamu telah kuukir indah dalam hatiku

Bagaimana bisa aku melupakan

Sementara dalam bait doa sudah kusisipkan satu bait tentangmu

Bagaimana bisa aku melupakan

Sementara kau telah menyalakan lilin dalam hatiku dengan api kehangatanmu

Bagaimana bisa aku melupakan

Sementara baying-bayangmu tak pernah lepas dalam pandanganku

***
BALUTAN DOA
***

Kasih izinkan aku

Memelukmu dalam doaku

Karna kutahu selain diriku

Banyak hati yang juga menginginkan dirimu

Kasih izinkan aku

Menyimpan namamu dalam hatiku

Agar namamu abadi dalam jiwaku

Kasih izinkan aku menyimpan senyummu

Senyuman yang tak kan pernah terlupakan olehku

Senyuman dari ibuku, terpancar dalam senyummu

Hingga tak ada alasanku untuk mengabaikannya

Kasih izinkan aku, merangkai kata dari keindahanmu

Dalam sajak ocehan-ocehanku

Percayalah kasih dari serpihan-serpihan keindahanmulah

Yang kukumpulkan satu per satu

Yang kujadikan sajakku

Untuk kupersembahkan padamu

***
PENANTIAN PANJANG
***

Sudah berlalu lama pertemuan kita

Namun awal pertemuan, itu tidak akan pernah kulupakan

Yang akan kukenang selalu

Dengan segala cinta yang kurajut

Saat awal kita bertemu

Engkau begitu asing bagiku

Hanya sebatas pandang yang bimbang

Pandangan tiada arti, membuatku tercengang

Entah kau mengapa

Datangmu membuatku tertunduk

Hatiku tergantung padamu

Dari yang tiada arti menjadikan engkau sangat berarti

Di awal yang tak pernah terpikir olehku

Terciptalah kasih sayang

Terselip sebuah harapan

Terukir sebuah nama yang merindukan sebuah hati

Saling mengisi ruang kekurangan pada diri

Menghadirkanmu di alam pikirku

Senyum yang tak pernah terpandang langsung


Namun terbingkai indah di sanubari

***
SEDERHANA CINTA
***

Aku mencintaimumu

Mencintaimu dalam kesederhanaanku

Mencintai dalam ketidak tahuanmu

Mencinta dalam kesendirianku

Tak perlu kau tahu, sudah sejauh mana hasratku menginginkanmu

Tak perlu kau tahu, sudah sedalam mana harapan yang kugali untukmu

Tak perlu kau tahu, sudah sebesar apa keinginanku akan dirimu

Tak perlu kau tahu, sudah setinggi apa mimpiku padamu

Aku mencintaimumu dalam kebodohanku

Menghadirkan luka demi luka

Akan rasa takut kehilangan bunga mawar yang sama sekali belum tentu jadi milikku

Kau adalah sebuah teka-teki dalam doaku

Teka-teki yang belum mampu kujawab dengan akal yang menjadi ilusi dalam mimpi

Dan meminta bantuan kepada Sang Pencipta untuk menjawab teka-teki akan dirimu

Biarlah waktu yang menjawab itu semua

Biarlah takdir yang menjelaskan itu semua

Dari sebuah nama yang menjadi misteri

Dari sebuah hati yang merindu

***
CAHAYA ASMARA
***

Aku adalah ngengat yang tertarik akan cahaya dari lampumu

Yang menawan dalam kegelapan malam

Yang membuatku tertawan

Tawanan yang tak bisa kulawan

Ku berterbangan di sekelilingmu

Namun saat ingin lebih mendekatimu akan membinasakanku

Hanya bisa memandangimu

Dan belum bisa untuk memilikimu

Aku adalah bumi yang terpesona

Terpesona akan cahaya indah mataharimu

Namun menjauhi matahari itu lebih baik

Karena berusaha lebih dekat denganmu bisa menghancurkanku

Cukuplah aku melihatmu dari kejauhan

Untuk melindungiku dari rasa sakit

Aku hanyalah krikil-krikil jalan

Sedangkan engkau adalah berlian yang sangat berharga

Menyadari diriku apa itu lebih baik

Sebab kerikil tak kan bernilai di hadapan berlian

Kerikil tetaplah kerikil


Berlian tetaplah berlian

***
KESUNYIAN MALAM
***

Di dalam kegelapan malam yang sunyi ini

Di saat aku menatap di atas awan

Aku melihat beribu bintang

Gemintang itu sama-sama memancarkan cahayanya sendiri

Namun ada satu bintang yang cahayanya berbeda

Ada satu bintang yang pandanganku tertuju padanya

Ada satu bintang yang cahayanya sampai menembus hatiku

Membuat kuingin rasanya memiliki bintang itu

Bintang itu ialah bayangan dirimu

Dari kerlap-kerlipnya di atas sana

Seakan ingin mengajakku bercanda

Bersama cinta yang ada

Bintang yang selalu bersinar

Dengan sinarnya sendiri

Sehingga membuat ‘ku hanyut dalam derasnya arus-arus cinta

Yang tak bisa kubendung lagi

Kata orang bintang bisa terjatuh

Lantas aku menunggu

Setiap malam dan selalu memandangi dari kejahuan


Berharap bintang itu terjatuh untukku

Akan kutunggu saat aku bisa meraihnya

Akan kujaga cahaya itu untuk terus bersinar

Dalam hidupmu dan begitu juga hidupku

Untuk selama-lamanya

***

Anda mungkin juga menyukai