Anda di halaman 1dari 173

Marietna 27 0kt 2010

FIRDAUS

Membuka memori berjuta kenangan…

Tersesat dalam mimpi dan tak bisa kembali

Membanjiri sukma dan nikmat

Tak bergeming oleh dosa

Menembus jutaan hari…

Tuhan menghardik nasibku

Melecut menghantam hatiku

Kemanakan harus kuhadapkan muka?

Malu pada dunia yang berputar

Memercik disudut mata

Air dari beningnya kehidupan

Tersentak dari tidur panjangku

Hitam,,,Pekat,,, Mengikat

Tuhanku,,,,

Ulurkan tanganmu..

Sambut aku dari jurang beracun ini

Bawa aku tersenyum dan menari

Didalam Firdaus Mu
Marietna 26 0kt 2010

BUMI

Apa maksud dari marahmu wahai bumi?

Mencengkram kami oleh takut dan putus asa

Tak cukup jua puasmu akan darah –darah kami

Kami tau,,kami hanya untaian debu di genggammu…

Bumi…..

Mungkin tak kami sadari lelahmu,,,,,

Mungkin tak kami takutkan gertakmu…

Mungkin tak kami hiraukan murkamu…

Tangan tangan serakah dan liar itu robek senyummu

Mesin –mesin tak kenal lelah kuras impianmu..

Bengis mereka tertawa di atasmu

Kami tau itu bumi…

Bumi,,,???

Jangan lagi buat negeriku menangis oleh jentik jemarimu

Cukupkan darah dan tangis kami untukmu,,,

Tuk puaskan murkamu pada kami….

Bumi….

Maafkan kami yang salah ini,,,,


Marietna 28 okt 2010

HEPAR

Kadang harus ditempa oleh siksa

Kadang harus disisir oleh perih

Kadang harus bermandikan air mata

Hepar….

Sebuah rahasia dari setiap jiwa

Mengubur hasrat-hasrat tersembunyi

Bahagia atau duka,,,

Hepar…

Hanyalah seonggok darah dan danging

Membusuk karna dosa dan lara

Bercahaya karna iman dan taqwa,,,

Hepar…

Jadikanlah permata hidupmu

Agar firdaus tersenyum padamu…

Hepar…..
Marietna 24 okt 2010

DESEMBER KELABU

20004…

Menusuk mendengar kata itu…

Berderap luka kurasa

Beribu sepi menyiksa hati

Desember…..

Bisakah kau menguap dari dunia ini?

Kejammu tak terlupa

Menghilangkan raut-taut kebahagianku

Ya….

24 desember 2004

Kau rebut panutanku

Kau hancurkan perisaiku

Kau sirnakan anganku

Kini,,,,

Berpuluh windu tlah kulewati

Berjuta kisahku ingin kubagi untuknya

Harusnnya kau duduk disini

Memangku aliran darah sucimu…

Ayah….
Banjarbaru, 15 oktober 2010

KEHILANGAN

Relung kosong tak berhuni

Bagai kesturi tanpa biji

Kosong melompong

Sunyi…. Sepi….

Kutatap dinding hitam

Polos tak berwarna

Gelap… seakan tak ada,

Cahaya penerang memancar

Hatiku beku

Dingin, melebihi dinginnya kutub

Rasa dihati tak menentu

Bergejolak bak ombak dilaut lepas

Tak mampu lagi

Raga menopang tubuh penuh dosa

Seribu maaf tak mampu

Hapuskan salah dan khilaf

Kini diriku sendiri

Karena ku tlah kehilangan

Dirimu kekasih yang ku cinta…

September 2010
BUNGA

Mawar, melati…

Kemboja, kenanga…

Banyak rupa, penuh warna

Indah nama, penuh pesona

Itulah bunga….

Siapa pemilikmu wahai bunga..?

Bunga….

Harapku, kau terus mekar sepanjang masa

Kokoh, cantik, bercahaya

Meruntuhkan angkuhnya sinar purnama…


KAU DAN PENGABDIANMU
WAHDIAH
KAU…
SEBONGKAH SOSOK YANG PERNAH HADIR DIHATI KAMI…
KAU…
BAGAI SETETES EMBUN DIPAGI HARI,
MEMBASAHI TANDUSNYA GURUN KEHIDUPAN KAMI…
SEUNTAI KASIH TLAH TERJALIN,,,
DARIMU… UNTUK KAMI….
SECERCAH HARAPAN CINTA MENAUNGI KAMI

KAU….
SEORANG AYAH DENGAN ANAK YANG BERJUTA JIWA,
BERJUTA WARNA…..
NAMUN KAU….
TETAP TEGAR, MERELAKAN DIRI, MENDIDIK, MEMBINA, DAN MEMBELA KAMI

SEKARANG,,, WAKTU TLAH BERLALU….


BERJALAN MERAMPASMU DARI KAMI
KINI,,, KAU INGIN PERGI MENINGGALKAN KAMI…
TANPAMU,,, KEMANA LAGI KAMI HARUS MENGADU…
TANPAMU,,, KAMI KEHILANGAN JIWA “SELAMAT PAGI”………..

Banjarbaru, 13 september 2010


September 2010

“Ummi Ku Sayang”

Memancar sang surya

Bersinar cahayanya

Begitulah berseri

Wajah Ummiku sayang

Aku sayang Ummi

Ummiku sayang Ummi

Bila pulang sekolah

Ummi sambut kami

Sembahyang bersamamu Ummi

Alhamdulillah….

Ummiku kaulah srikandi

Berkorban slalu untuk kami

Ummiku kau pelita hati….


Banjarbaru, 25 Oktober 2010

Dasimah

SAYANGILAH

Bulu – bulu halus di tubuhmu tak terawat

Tubuh yang kurus layu lemah terkulai

Dibalik keringnya wajah sendu sunyi

Suara lucu haus kasih sayang belaian

Kau tatap jalan kemana melangkah

Kau tetap barjalan tanpa arah

Kasihan dalam jiwa terdalam

Adakah jawabannya ?

Mendekat mengharap iba rembulan

Meratapi rona kehidupan

Tertatih tanpa bosan kerinduan

Hinaan kebencian tak berakhir keindahan

Tak pantaskah sinar kedamaian abadi

Taburkan kepedihan nalurimu

Tak pernah ada rasa peduli

Kau kau menjauh berlalu pergi

Kau hanyalah kucing ciptaan Tuhan

Penghibur jiwa yang gersang

Berharap disayangi berangan kelembutan

Jangan pernah disakiti


Banjarbaru, 26 Oktober 2010

Dasimah

TOBAT

Kliat cahaya membelah angkasa

Diiringi halilintar yang menyambar

Kristalpun berjatuhan ke bumi

Disambut pepohonan yang bersenandung

Kalimat syukur tiada tara

Masih ada kehidupan indah

Penuh liku – liku dalam ujian

Menghantarkan penyesalan membias

Titik noda mewarnai senyuman

Dusta munafik meruntuhkan hati

Membuka hati yang kelabu

Waktu waktu mulai bersinar

Putih cinta untukMu

Dengan saksi alam semesta

Aku kembali ke jalanMu


Banjarbaru, 26 Oktober 2010

Dasimah

AYAH

Lantang suaramu menggairahkan hidupku

Menyejukkan hati yang berambisi

Di wajahmu ada cinta untukku

Senyuman takluk taburan bintang

Sempurna mewarnai kehidupan

Jauh mata memandang mentari

Aku tak sanggup

Mendengar malaikat simponi kasih

Sungguh tiada daya menghantarkan

Gerakan bibir memanggilmu

Ayah Ayah tercinta

Tanpa hadirmu dunia sepi

Sunyi tak berarti dalam kesedihan

Tapi Ayah ...

Aku setegar karang di lautan

Sekuat semangat membaramu

Mencapai harapan impianmu

Ayah rembulan masih tersenyum

Tersenyum untuk tali kasih yang terpatri

Meskipun alam terpisah fana

Kau selalu hidup dalam hatiku


Banjarbaru, 26 Oktober 2010

Dasimah

PECUNDANG SEJATI

Kegelapan menyerah tanpa arah

jauh di relung hati ada duka

Kenangan mengharukan harapan sirna

Berjuta impian terhapuskan waktu

Langit hitam di jiwa

membutakan pelangi kegalauan

Bumi berteman malam sendiri

hancur berkeping tak peduli

Aku pasrah menyerah

Berhenti berjuang mata batin

Angin berlari menyapu pagi

Hilang ditelan kecewanya embun

Pecundang sejati menutup cerita

Tiada arti penyesalan tak berujung

Dalam butiran bening di pipi

Kasih tak sampai selamanya


Hilang Bagiku

Banjarbaru, 27 September 2010

Dewi Nuf

Dingin menyelinap pilu

saat kabut-kabut persahabatan itu tlah menghilang

sirna diterjang panasnya cahaya matahari yang lebih gemerlapan

Di antara sesaknya hari yang panas namun kelabu

Hujan ikut bersemarak dengan gemerincingnya

laksana dewi durga dengan gelang kakinya

Menciptakan rintihan perih

Dingin menusuk

Dingn simpati

Kemanisan wajahmu tingkahmu yang imut

Semua tak ada artinya

Saat persahabatan yang tercipta kau buang begitu saja

bagai sampah tiada berguna.


Topengmu

Banjarbaru, 28 September 2010

Dewi Nuf

Wajah imut nan manis

Kini nampak sedingin es

Keluguan merayu

Menyeret arti yang palsu

Begitu apik rapi

Terhimpun erat dan sunyi

Menenggelamkan jutaan pandang

Pada satu titik kata kekang

Terhanyut pada kelembutan

Terlarut pada bisikan

Tanpa sadar itu tebal

Tanpa sadar itu Kental

Kemanisan terselubung

Kelembutan menghadang

Semua tlah terkuak Dan mencipta rasa muak

Tatap sayu kini bagai sembilu

Suara merdu kini bagai aum harimau

Yang tersembunyi

Bom waktu memecah sunyi


Noda Hitam

Banjarbaru, 29 September 2010

Dewi Nuf

Sejuknya menyerap dikulit

Memandu perasaan lembut

Dinginnya menyadarkan

membakar kelalaian

di antara gelap ini

kuharapkan setitik cahaya suci

Seberkas sinar kerelaan

untuk titik-titik hitam kehinaan

Tak berdaya menyerah menitik dikegelapan nan pekat

mengharap kunang-kunang mendekat

Wahai pemilik kasih sayang

Pantaskah kubertemu denganMu

Kubagai titik hitam pada putihnya rahmatMu

Mengharu biru atas kekhilafanku

ku terdampar jauh di daratan mati

Bersimpuh dalam keheningan

Berharap kau buka ampunan

Membasuh noda-noda kegelapan

Mengganti dengan cahaya keimanan


Untuk Negeri

Banjarbaru, 13 Oktober 2010

Dewi Nuf

Air beriak tenang

Mengalir sepanjang pematang

Daun luluh membawa keringat

panas terik membakar menyengat

Burung hinggap dari pucuk ke pucuk

Berceloteh bagai bayi mungil

Angin menari membawa kabar

Salam bumi pada tanaman menjalar

Kau ayunkan canngkul sekuat tenaga

Tanah itu tlah rapi dan merata

Butir-butir kehidupan kau tebar

Sambil berdo`a dan bersyukur

Berwaktu tlah berlalu

Kini saat tlah tiba

Kuning keemasan mulai merona

Siap di tuai memenuhi pangan negeri

Terimakasih pak tani

Karenamu tertanam padi

Karenamu pangan cukup tuk negeri


Arti Sahabat

Banjarbaru, 22 Oktober 2010

Dewi Nuf

Tak sesibuk Ekonomi

Dengan rumus-rumus dagangnya yang menguntungkan

Tak memusingkan bagai matematika

Dengan perhitungan yang mematikan

Bukan seperti kimia

Yang memerlukan penelitian yang akurat

Tak seserius PKN

Dengan Undang-Undang dan tatanan pemeritahan

Tak sepadat Fisika

Dengan Rumus-rumus ketetapan

Serta bukan seni

Dengan berbagai keragaman budaya

Tapi kita adalah sejarah

Penuh kenangan dan memori

Setiap pertemuan adalah pencerahan

saling berbagi dan mengisi

Penuh makna yang berarti

Takkan lekang walau diterpa waktu

Selalu hadir dan hangat diingatan

Takkan tergantikan dalam perjalanan hidup


Paulina Rohana Simatupang

Karena Aku

Senyumku tak berarti bahagiaku

Tawaku tak berarti riangku

Luka dibalik senyum

Risau dibalik tawa

Luka karena salahku

Risau karena bodohku

Banjarbaru, 5 Oktober 2010


DIAM

Tak akan kuucapkan

Tak akan kukatakan

Ku hanya akan diam

Tak akan pernah kunyatakan

Tak akan pernah kugoreskan

Yang kulakukan hanyalah diam

Kan kulakukan dalam keheningan

Tak akan ku lari

Tak akan pula kuhindari

Namun,

Tak akan ku umbar

Tak akan kutampakkan

Tak akan pula kucurahkan

Agat tetap terjaga

Agar tetap suci

Agar tetap abadi

Banjarbaru, 22 Oktober 2010

Megawati
IZINKAN AKU

Tuhan...

Izinkan aku menulis bait-bait indah dihatiku

Untuk dia yang telah menaklukan hatiku

Seulas senyum itu menggoda mimpiku

Memberikan kebahagiaan dihari-hariku

Indah terasa dunia dengan senyuman itu

Tuhan...

Aku bahagia bersamanya

Waktu seakan berjalan lambat tanpanya

Jantungku pun berdetak lebih cepat

Saat bersamanya...

Tuhan...

Aku jatuh cinta...

Jangan biarkan perasaan ini semu

Izinkan aku untuk selalu bersamanya

Bersatu di dermaga yang sama

Mengarungi samudera kehidupan

Bersama selamanya...
Karya: Siti Zubaidah

Banjarbaru, Oktober 2010


JALAN HIDUP

Ku kikis pagi dengan senyuman

Hangat nya mentari menghangatkan tubuhku

Berharap ku dapat apa yang ku inginkan

Dengan semangat ku sisihkan waktu

Ku lawan zaman

Tak ku pedulikan mentari menyambar kulitku

Tetap tegap ku langkahkan kakiku

Menuju impian dan harapan

Di masa depan

Mengapa manusia selalu mengeluh

Tak tahukah ini semua adalah jalan hidup

Semua ada yang mengatur

Dan semua ada yang menjalankan

Datang pergi...

Senang sedih...

Sehat sakit...

Tua muda...

Hidup dan mati...


Karya : Siti Zubaidah

Banjarbaru, Oktober 2010

CAHAYA-MU

Ku larut luruh dalam gelapnya malam

Hening tak terdengar suara

Kosong ku rasa semua

Hilang ditelan hitamnya malam

Perlahan ku kikis bayang hitam itu

Ku terobos gelapnya malam

Terkatung-katung ku berjalan dikegelapan

Mengapa?

Mengapa tak ku temukan setitik cahaya dikegelapan ini?

Aku takut...

Aku takut sekali tenggelam dikegelapan ini

Aku takut terbelenggu hitamnya malam

Tuntun aku menuju cahaya-Mu

Jangan lepaskan aku dari pandangan tajam-Mu

Ya Allah….
Bangun...Bangun...

Bangunlah hai jiwa yang terpuruk

Jangan biarkan gelap menyelimutimu

Jangan kau biarkan jiwamu tenggelam dalam kegelapan

Membelenggumu di tempat yang tak berujung

Waktunya bangkit

Hai jiwa-jiwa yang terbuai

Hapus gelap itu dari mimpimu

Dan berjalanlah menuju cahaya terang

Yang akan membimbing menuju hidup yang nyata

Yang sebenarnya...
Karya: Siti Zubaidah

Banjarbaru, Oktober 2010

Cerita setitik rinai

Tirai langit mulai membuka

Membawa rinai bermain lincah

Melompat girang memeluk harumnya bumi

Semesta itu ternyata bijak

Biarkan musim tak hanya terik

Tapi jua sejuk dari rintik berirama

Biar alam tak kerut oleh panas masa

Rinai kecil itu berkejaran…memburu

Beranjak meninggalkan kelabu awan

Menyingkap kelamnya tabir penutup cahaya

Berlomba menyatu bersama tanah

Hujan itu indah

Meski awalnya berkawan mendung

Meski datangnya dikawal kabut kelam

Namun…hujan itu tetap indah

Hadirnya ciptakan warna warni atas selendang pelangi

Membuka semburat yang sempat tertutupi

Sungguh, rintik itu mampu membingkai pesona marcapada

Bahkan mayapada….
Banjarbaru, 15 oktober 2010

Mariyana

Perjalanan kotaku

Hampir tak ku kenali rupa itu

Meski harumnya masih sama

Tapi geliat masa buatnya bersolek

Tertutupi oleh gerus yang tak ku sadari

Meski olak itu tetap sama

Dan riak barito tetap di sana

Tapi tak kurasa lagi tenangku

Aku merasa beda di tanah lahirku

Aku merasa hilang di pusaran arus waktu

Hampir tak kudapati lagi kenanganku

Bahkan dongeng perahu naga,rapuh…

Seperti siring terkikis hantaman barito

Memudar bersama debu bernama modernisasi

Entah…masih juakah kudapati lagi

Jingganya cakrawala di hulu kotaku

Hangatnya sambut dari hilir yang mengesankan

Dan aku merindukan itu….


Banjarbaru,20 Oktober 2010

Mariyana

Kehilangan
Senyap menundukkan daya
Ketika kebisuan menghadang tanpa permisi
Dan hati ambruk seketika dalam pikir tak berarah

Tegar itu lepas…


Entah kemana perginya tak jua pamit
Hingga tangis tak lagi tertahan
Menyeruak tanpa ampun

Pikir ini rancuh


Kebingungan dalam bolak balik memori
Kadang terdiam…
Kadang berlari tak menentu

Entahlah…
Asa pun tak lagi mampu berdiri sendiri
Roboh dalam raung tak henti
Mengantar pilu dalam duka

Tak jua senyum mampu tercipta


Ketika gores menyayat perih
Meski masih ada harap tak berkawan
Namun percuma…ketika tegar tak jua kembali
Banjarbaru, 15 Oktober 2010
Mariyana

Renung dari Mentawai


Barat Indonesia berguncang
Ombak yang tadinya kawan kini menyerang
Coba robohkan benteng terluar Indonesiaku
Ubah tenang menjadi raung

Mentawai…primitif yang sembunyi dari masa


Pesisir indah tanpa cela
Alami yang tak terjamah tangan – tangan modernisasi
Kin rancuh oleh hentakan tak terprediksi

Sahabat,terpikirkah amuk itu?


Tatkala sejuk yang didapat telah ubah
Ketika damai yang kau rasa menjadi erang
Dan ketika duka itu hadir tanpa permisi
Menelusup diantara riak-riak tawa kita

Mungkinkah sejarah sudah terlupa?


Hingga tanah adat tak lagi terkuasai
Dan amuk itu kini kembali menghantam
Tersadarkah kita akan tegur itu?
Atas frekuensi yang tak jua terhitung

Sahabat,andai detik itu masih di sini


Ketika sejuk masih milik kita
Ketika ombak masih antarkan selancar kita
Tak perlu ada tangis di reruntuhan
Tak lagi ada kehilangan di antara hempas gelombang
Banjarbaru,31 Oktober 2010

Mariyana

Duka Yogyakarta
Merapi itu terbangun dari lelapnya
Hibernasinya telah usai
Da kubah itu terkuak
Ciptakan kepul yang menggumpal

Merapi itu tak lagi seramah dulu


Kabutnya sudah berubah jadi awan panas
Menguap ke langit lalu turun ke bumi
Tergelincir lewat lereng tak henti
Mengubur jiwa-jiwa yang sujud

Mungkin merapi itu bosan


Mungkin jua lelah tak tertahan
Ketika tangan dingin menjamah alaminya
Atau dia rasakan murka sang pencipta?
Ketika jiwa-jiwa itu berpaling dari-Nya
Ketika sujud tak lagi maknakan khusyuk

Tegarnya merapi terusik kafilah tak berhati


Lembah-lembahpun berguncang
Seimbangkan ritme lereng yang berdebu
Tebarkan duka di negeriku
Sadarkah engkau wahai kawan?
Akan alpa yang kita lewatkan
Akan khilaf yang menjadi…
Banjarbaru,28 Oktober 2010

Mariyana

Catatan Mahameru
Harum masih tercium dari lembah mandalawangi
Deskripsikan anggunnya semeru
Bersama kabut di puncaknya
Bersama edelweis di lereng tak terjamah

Berawal dari sambut hangat ranu pani dan ranu regulo


Terukir pesona hingga ke ranu kumbolo
Menyusur bukit terjal dari tapak ke oro-oro ombo
Dengan padang hijau terhampar
Dengan lereng terhias pinus menawan
Sempurnakan relief yang tercipta

Mahameru…mengukir legenda
Puncaknya dewa atas perjalanan Brahma dan Wisnu
Penyampai pesan bumi untuk mayapada

Dan jonggring seloko…terbentuk indah


Puncak kekuatan yang tersimpan
Lahar yang tertutupi rindangnya cemara
Dari balik gunung kepolo…
Dan Gie membukukan di akhir nafasnya
Bersama senyum bangga kebebasan…
Banjarbaru,22 Oktober 2010

Mariyana

Halau-Halau
Semburat jingga jelaga menyatu bersama kabut
Terbuhul rapi di puncak meratus
Menyisakan legenda yang terlewat
Tentang dewa dan roh bersemayam
Tentang pelarian komunis atas lascar kesultanan
Tentang puncak gaib dari seratus gunung

Puncak itu masih tegak berdiri


Mengisahkan singgasana maharaja dan bunian
Tentang tanya yang belum jua terjawab
Lalu…tertutupi oleh selimut daun-daun

Puncak itu masih seperti itu


Elok dengan pesonanya
Menyimpan rapat misteri di pundaknya
Tentang pertapaan datu Ayuh
Tentang sumpah yang tenggelam bersama mata air
Janji yang terikat nining bahatara

Semburat jingga jelaga menyatu bersama kabut


Mengawal kelam merasuk hening bukit-bukit
Sembunyikan adat yang hamper tak disadari
Dari pijak yang tak jua dimengerti
Tentang endemik di puncak meratus
Banjarbaru,23 Oktober 2010

Mariyana

Sajak Untukmu
Dengarlah sajakku
Syair alam yang kupetik malam ini
Lewat desir hening
Lewat kemilau ratu malam yang purnama

Dengar nyanyiku
Bincang burung yang kubukukan dalam lirik
Kurangkai lewat notasi embun pagi
Biar sempurnakan nada-nada sumbangku
Biar tak sekedar bising

Lihat sketsaku
Lukisan semesta yang kubawa bersama ilalang
Kusapukan dalam kanvas kesederhanaan
Biar kokohnya tebing terimbangi

Rasakan gerakku
Roh bumi yang kudeskripsikan lewat kepak angin
Nafas-nafas hijau yang berhembus merayu
Dan selendang pelangi yang terjalin kontras
Menuntun tiap tapak meniti di warnanya
Meski tak jua mampu hapus kenangan tentang hujan
Dan aku tahu…kamu rindukan itu!
Banjarbaru,24 Oktober 2010

Mariyana
Setapak Jalanku
Ku sadari….
Tak selamanya melodi itu harmonis
Ketika not-not itu kumainkan
Ternyata ada sumbang di nadanya
Dan ku akui…
Ternyata di jalan ini ada yang menghadang
Terjal yang kupijak tak selamanya bersahabat
Dan tak selamanya mampu ku bertahan

Kini kurasakan riak-riak gamang


Bimbang atas hati yang kujaga
Pilihan yang tak mampu ku ukur
Bahkan lewat jemari pikirpun aku tak sanggup

Andai aku bisa maknai tiap baris yang kubaca


Andai aku bisa rasakan tiap jejak
Mungkin aku tak begini
Tapi, apalah arti khayalku?
Ketika yang kudapat tak seindah mimpiku
Biarlah…mungkin ini buatku belajar
Biar tak kudapati lagi gerutuku
Dan tangis pergi selamanya
Banjarbaru,4 Nopember 2010

Mariyana

Antara kini dan masa lalu


Perjalanan ini tak berujung
Seperti berkubang di labirin waktu yang kosong
Dan ternyata tak mudah melewatinya
Tak semudah bayangku meniti lengkung pelangi

Atau mungkin aku tersesat?


Tersuruk dalam lembah detik tak terukur
Tapi mungkinkah aku tersesat di benakku sendiri?
Entahlah…nyatanya tak mampu kutemukan portal itu
Pembatas antara kini dan masa lalu

Aku memang sudah kehilangan arah


Aku tak lagi punya peta apalagi navigasi
Terombang ambing dalam deskripsi sendiri
Dalam kontruksi pikir yang rancuh
Tak lagi mampu batasi nyata dan mimpi
Tak lagi bisa pisahkan kenangan dan fakta

Atau mungkin kubiarkan saja begini?


Terus tenggelam dalam dimensi tak dimengerti
Lalu biarkan tapak tak peduli petunjuk jalannya
Hingga aku terus terlupa akan sejatiku…..
Banjarbaru,5 Nopember 2010

Mariyana

Ayah
Sosok itu masih sama
Tetap saja begitu
Teduh dalam bijaknya
Beku dalam amarah tak terarah

Aku masih saja mengaguminya


Masih teguh dengan baktiku
Mengiring cita dari harapnya
Mematri mimpi bersama waktu

Sosok itu masih sama


Diam dalam renung yang tak ku mengerti
Biarkan dirinya bergelut sendiri
Menimbang tiap skenario-skenario hidup
Biar aku tak salahi lakonku
Biar tak terbuai hiruk pikuk masa
Dalam geliat manja….
Banjarbaru,22 September 2010

Mariyana

Refleksi dalam pagi


Malam semakin surut
Mengantar purnama turun dari singgasana
Kabutpun turun mengepung marcapada
Mengawal mentari menggantikan bulan

Mungkin purnama meditasi sejenak


Sedikit refleksi atas hadirnya
Biar tak buat kecewa bintang
Biar mentari tak pongah atas sinarnya

Malam semakin surut


Tegaskan semburat pagi yang merekah
Menyapu kelam lewat biru tenang
Mengarak awan dari keteduhan yang tersimpan
Biarkan kokok menyambut kehangatan cahaya

Malam semakin surut


Ketika jiwa-jiwa itu terbangun
Hening dalam sujud
Senyap ditakbir bersama sejuknya embun
Banjarbaru,15 Oktober 2010

Mariyana

Hening Memory
Masih saja aku tak lena di ujung malam
Membolak balik naskah perjalanan masaku
Mengolah persepsi dari segumpal pikir
Mematut impian dan fakta

Resahpun tak jua enyah didiriku


Menimbang episode-episode lalu
Ciptakan sesal atas bimbang

Kadang aku terbakar ego


Lupakan nurani hingga raga letih sendiri
Atau kadang jauhkan hati
Hingga rasa terombang-ambing
Hanyut tak tentu arah

Mungkin harusnya aku diam


Sejenak terpaku dalam renung
Rasakan sedikit rasaku
Biar tangis tak malu menyapaku
Biar bisaku tak jadi biasa…
Banjarbaru,28 September 2010

Mariyana

Tunas Bangsa

Senyum polos situ

Untaian kata yang lugu

Canda tawa yang tak berbatas

Keringat bau tak berdosa

Bola mata yang penuh harap

Bola mata yang penuh mimpi

Mereka adalah tunas bangsa

Tak kan ku biarkan mereka sia-sia

Karena kuingin mereka

Kan jadi manusia seutuhnya.


Afdah

Bajarbaru, 27 Oktober 2010

Sariawanku

Hadirnya dirimu begitu menyiksaku

Makanan terasa batu

Minuman terasa duri

Seyumpun sulit tuk terbit

Untaian kata juga sulit tuk terucap

Mengapa kau datang lagi padaku

Kau sungguh menyiksaku

Apakah aku ada dosa?

Apakah aku ada khilaf kata?

Tapi ku kan ikhlas

Mungkin kau adalah teguran Allah bagiku

Agar aku tak banyak kata,tak banyak cela, tak banyak dusta

Terima kasih atas hadirmu

Sariawanku ……..

Banjarbaru,17 oktober 2010


Maafkan Hati Ini

Hati ini telah lama sakit dan hampir mati

Tak ada ruang yang bisa dimasuki

Tak ada tanda kehidupan dan cinta

Warnanya pucat dan tak berdarah lagi

Namun tak kusadari ada darah yang mengalir ke hati ini

Dengan hangat darah itu meresap ke ruang-ruang hati yang beku

Ruang hati yang hampa ……….

Perlahan hati ini hangat

Perlahan hati ini hidup kembali…..

Darah yang kau beri bawakan sari-sari makanan cinta

Bawakan oksigen kasih…..

Namun darah itu tak sanggup tuk buang penyakit lama

Penyakit yang menyiksa hati ini

Kini hati ini sakit lagi

Sakit yang tak bisa terobati dengan darah yang kau alirkan

Hati ini tak ingin kau tercemari

Karena kau darah yang sungguh berarti bagi hati-hati yang lain

Maafkan hati ini yang perlahan mulai menolakmu

Maafkan hati ini yang tak bisa memberimu apa-apa

Terima kasih untuk darah hangat penuh cintamu……..

Terimakasih atas hidup yang sempat kau berikan pada hati ini……

Banjarbaru, Oktober 2010

Perlahanku Harus Pergi


Kau adalah yang kucinta

Kau adalah nafasku

Jantungku mungkin berhenti tanpamu

Otakku tak dapat berpikir tanpamu

Jiwaku ada dalam tatapan matamu

Tapi kau tak tahu semua itu

Hanya aku yang tahu

Hanya aku yang merasa

Tapi tak pernah ku ungkapkan lewat bahasa

Bahkan matakupun hampir takut tuk bicara semua

Hasratku menjadi bagianmu

Adalah naïf

Kau tak tahu akan cintaku

Cintaku memang salah untukmu

Kutakut kau tahu cintaku

Tapi kutakut tuk jauh darimu

Tapi…..kini ku sadar sudah tiba waktunya

Aku harus pergi

Pergi meninggalkan cintaku

Cinta yang tak kan pernah terwujud

Cinta yang hanya akan terkubur di hatiku.

Banjarbaru, 7 Okt., 2010.


Akhir Cerita Kita

Biarpun cerita kita pernah tertulis di diary cinta

Namun ruang dan waktu tlah memisahkan kita

Biarpun kau pilihan hatiku

Namun kau bukan yang terpilih

Biarlah...

Biarlah cerita kita hanya legenda

Biarlah kuikhlaskan semuanya

Karena memilikimu itu,

hanya mimpi belaka

hanya angan yang tak mungkin tercapai

hanya asa yang tak dapat dikejar

hanya impian yang membelenggu

Banjarbaru, 14 Oktober 2010

Musfi Rosmaini
Diary Bunga

Kemarin...

Buana pernah tak bersahabat dengannya

Sang bayu enggan membelai

Dan awan berarak menjauh

Panas pun menghadang

Hingga bunga itu menjadi layu

Layu..

Bahkan hampir mati

Namun, hari ini sang rinai hujan berkirim kabar

Hingga bunga mulai bisa tersenyum bahagia

Hingga bunga mulai bisa berwarna

Kini...

Bunga sadar

Masih ada rerumputan yang menemaninya

Masih ada embun yang menyusup hingga bergelombang lautan hati

Masih ada lebah yang menantinya

Inilah saatnya bunga bersemi kembali

Banjarbaru, 14 Oktober 2010

Dari: Musfi Rosmaini


Kerinduanku

Ketika sang surya hampir terbenam

Merah merona warna lembayung senja

Menggoda dengan kehangatannya dan seberkas senyum

Nyatakan kasih sayangnya pada dunia

Ku terpaku memandangnya

Seolah seberkas wajah tampak dalam merahnya awan

Wajah yang membawa senyum kesejukkan dan ketenangan

Itulah wajah dan senyum yang slalu kuharapkan

Yang kuimpikan untuk bisa bersamanya

Itulah harapanku

Yang kujaga setiap waktu

Banjarbaru, 11 Oktober 2010

Dari: Musfi Rosmaini


Tentang Rasaku

Kau hadir disaatku kesepian

Kau hadir disaatku bimbang

Kau hadir disaatku goyang

Kau oase disaatku kehausan

Kau iringi jalanku dengan keindahan

Kau iringi setiap langkahku dengan kedamaian

Kau iringi setiap jejakku dengan perhatian

Namun,

Rerumputan berbisik,

Bunga-bunga ikut berteriak

Air pun beriak

Hingga aku sadar keadaan

Rasa itu tak boleh hadir

Asa itu tak boleh mampir

Karena aku tlah bersamanya

Karena aku tak boleh egois

Karena aku tak boleh menyakiti

Kamu dan dia

Banjarbaru, 17 Oktober 2010

Musfi Rosmaini
Tuk Mama

Ijinkan kuungkap semua rasa yang terpendam dibenakku

Lewat rangkaian aksara ini

Walau semua tak mungkin tergenapi

Mama,

Sudah 21 tahun ku mengisi diary cinta bersamamu

dengan tawa dan tangis,

dengan ketulusan kasihmu,

dengan keindahan rindu,

dengan ketulusan sayangmu,

dengan penuh pengorbananmu

Sudah 21 tahun ku menyempurnakan puzzle kehidupan bersamamu

Agar tak ada sekeping pun bagian puzzle itu hilang

Mama,

Disetiap hela napasku

Disetiap detak jantungku

Disetiap melodi yang dilantunkan

Kuukir sebuah asa

Kupatri sebuah obsesi terbesar

Kuingin memberikan yang terbaik dari apa yang kumampu

Kuingin memberikan yang terindah dalam hidupku

Kuingin mengembalikan senyummu yang tlah hilang karena penyakitku

Kuingin membuatmu bangga tlah melahirkanku

Meski kutahu tak banyak yang kubanggakan

Namun,
Semua asa itu kan kuwujudkan dalam nyata

Hanya seuntai doa yang kuharapkan darimu, Mama

Agar jalan itu terasa ringan

Agar asa itu tak goyah

Agar obsesi itu tak pudar

Mama,

Seutuhnya kan ku lakukan hanya untukmu

Tuk malaikat pelindungku

Sang mujahidah sejati

Dian yang tak pernah padam di hati

Simfoni yang tak pernah mati di sanubari

Ijinkan aku penuhi janji dari serpihan nuraniku ini, Mama..

Banjarbaru. 29 September 2010

Dari : Musfi Rosmaini


Salam Pagi

Pagi ini saat daun ketapang masih berserakan


Tanda belum ada tangan iba memungutnya
Ku dengar riuh bersahutan teriakan-teriakan
Memanggil penghuni asrama keluar dari kamarnya

Ketika bumi masih berselimut kabut


Hawa dingin menyergap raga yang pulas
Namun teriakan itu terdengar sangat ribut
Merontokkan sendi-sendi jiwa yang malas

Semua orang beranjak mengambil sapu


Berbaris rapi walau bukan latihan militer
Sambil memegang bilahan ijuk yang kaku

Teriakan pun terdengar kembali


Kala menyahut sebuah salam wajib tiap hari
“Selamat pagi!”
“Pagi!”
Sahutan itu berdentum beberapa kali
Penyemangat mahasiswa mengawali pagi
Ukiran Hati

Terbius hati ku oleh indahnya karya pemahat rupa


Selaksa puji pun tak akan mampu lagi terucap
Gugup terpana namun enggan berhenti menatap
Salah tingkah meluapkan gejolak gelombang rasa

Dia . . .
Adam sang pengukir senyum yang membuai hawa
Membawa hembusan semilir kala teriknya surya
Menyejukkan kekeringan yang berwulan melanda
Ukiran senyum itu memendarkan berjuta makna
Terketuk hati ku memendam meredam satu rasa
Entahlah itu apa

Sirnakan senyum itu andai itu hanya goresan beku


Sebuah sunggingan tanpa lensa yang fokus padaku
Tapi aku yakin
Duhai pengukir senyum yang begitu sakti
Senyummu adalah ukiran terindah dari lembutnya hati
Fenomena Pagi

Ketika mentari tlah mengguliat

Bangunkan seisi jagad yang sempat terlelap

Berarak arak semesta terbangun dari hitam kopi likat

Berganti temaram jingga dari timur cahaya

Fenomena indah yang sering terlupa

gerutu karena lelap yang ditantang

Dipaksa bergerak sendi sendi lelah

Meradang mimpi tak berujung senang

Hanya dapat tersenyum sumbang

Kita lupa....

Saat butiran embun sejukan kering dahaga jiwa

Kobarkan api semangat lewat percikan hangat

Lantunkan ayat ayat lewat kicau kecil nan khusyu

Pagi nan indah

Hanya dinikmati orang orang indah

Yang memandang hidup dengan indah

Dan bersyukur terhadap Zat Maha Indah

Nurhidayati
KORUPTOR

Wajah wajah keras dengan rahang bergetar

Melontarkan kata kata tak beradap

Menghujam menindas menginjak jepit lusuh

Tanpa nurani teman jadi musuh

Sepatu mengkilat buatan import

Menginjak tanah dengan penuh angkuh

Menggilas bongkahan kerikil kerikil kecil

Hingga lumat jadi serpihan debu

Tebal kantong celana dengan sumpalan kertas

Topeng cantik tutupi muka muka bengis

Meringis melihat hati kecil menangis

Inikah gambaran negriku

Tikus tikus berdasi yang dielu elu

Merampas bulir padi dari tanah gersang

Menghianati negri hanya demi segenggam kacang

Nurhidayati
Kebersamaan Terindah

Hitam payung awan berselimut kabut

Menemani khayal ku yang kian hanyut

mengenang kebersamaan kita

Kebersamaan yang penuh kasih

saat berada di peraduan yang sama

Dengan satu tujuan seirama

Kebersamaan ini

Berwarna warni bagai pelangi

Walau harus tersapu malam

Namun keindahannya kekal di hati

Kebersamaan ini

Kebersamaan paling bermakna

Memikul beban beramai ramai

Tersenyum manis bersama sama

Ketapang tua

Saksi bisu kebersamaan kita

Kebersamaan Keluarga Asrama

Nurhidayati
Hilang
Yulyyana

Melodi tak jua terangkum indah di benakku

Meski aku coba rangkai tanpa batas

Mungkin aku tak lagi peka

Mungkin jua ku tak paham dengan nada

Yang terdengar…yang ku rasa hanya sumbang

Tlah letih ku raba not jiwa

Namun tak jua berarti….

Bukan…bukan ku tak belajar

Atau aku tak selami tiap lirik

Hanya saja aku tlah rapuh…

Tak lagi kenali bait perasaan..

Aku memang kuat…tapi itu pertahananku!

Aku memang tak menangis apalagi menggerung

Ketika aku kehilangan

Ketika satu persatu tinggalkanku

Lalu…menghapus tiap memori egoku

Tapi aku tetaplah aku

Dan akan kupertahankan benten pertahanku

Tetap tegar dan tak mau menangis

Banjarbaru, 16 oktober 2010


Akhir Kisah Sepenggal Jalan
Yulyyana

Dipundakmu tunas- tunas kecil kau panggul

Bersama sang ratu menyusuri notasi senyum

Menuju melodi yang ingin kelak kau senandungkan

Mengajari tunas –tunas kecil hitam putih pelangi

Mengajari tunas-tunas kecil wangi hujan

Mengecapkan madu keringat perjuangan

Hingga mengerti bagaimana menjalani hidup

Tapi mengapa begitu cepat kau meninggalkan tunas -tunasmu

Begitu pagi kubelajar merangkai nada sendiri

Saat nada yang dirangkai masih tercium sumbang

Hanya cukup hantarkan kita sepenggal jalan

Tak lagi tunas-tunas kecil ini kau panggul

Bersama sang ratu

Mengajari tunas-tunas kecilmu

Merapal melodi yang akankah dapat dititipkan

Kisah kita hanya sampai sepenggal jalan

Mungkin kisah kita hanya sepenggal jalan

Namun tunas-tunas kecilmu takkan menyerah

Walaupun kau tak ada lagi bersama

Tunas-tunas kecimu akan buktikan

Bahwa mereka akan menjadi pucuk yang besar

Agar kau bisa tersenyum

Agar kau bisa mendengar nada yang indah


Yang mulanya sumbang

Agar kau bisa bahagia

Menatap indahnya pucuk yang besar.

Banjarbaru, 6 oktober 2010


Semangat Kawan !
Yulyyana

Kawan ……

Perjuangan kita belum selesai

Masih banyak melodi yang harus dirangkum

Masih banyak titian yang harus kita lewati

Semangatlah kawan …..!

Mungkin sekarang kita hanya sebutir kerikil

atau….

Hanya sebutir pasir

Yang hilang terbawa derasnya ombak

Semangatlah kawan…..!

Jalan masih panjang

Melodi itu akan terus kita rangkum bersama

Dan akan kita senandungkan dengan indah

Titian demi titian akan kita lewati bersama

Mewujudkan cita-cita dan harapan

Banjarbaru, 22 oktober 2010


Harapan
Yulyyana

Bersama hujan dan panas

Yang kuhitung dalam hari lelahmu

Bersama sang ratu menyusuri notasi senyum

Menuju melodi yang kelak kau senandungkan

Tangis tunas-tunas kecilmu mengatakan

Inilah kebahagian

Bersama hujan dan panas

Yang kuhitung dalam hari lelahmu

Kau susuri tangga waktu

Merangkai hari demi hari

Mengucur peluh

Hari lelah yang indah

Bersama hujan dan panas

Yang kuhitung dalam hari lelahmu

Terselip harapan

Untuk tetap terangi hati

Sang ratu dan tunas-tunas kecilmu

Hingga sampai di penghujung lelah

Kau bisa tersenyum indah


Banjarbaru, 1 oktober 2010

Tugasmu Ayah
Yulyyana

Inilah singgasanamu

Berpayung mahoni

Ditingkahi angin damai Desa

Termashur bagimu

Setelah kayuhan yang terasa kian berat

Kau tetap semangat

Kaki gemetarmu tetap setia dalam kayuahan

PRmu masih banyak

Melodi indah harus kau rangkum

Dan kau senandungkan

Meniti bait-bait yang terlupa

Spasi panjang dalam helaan

Harus terus kau rangkai

ratu dan pangeranmu perlu penghidupan

Banjarbaru, 15 oktober 2010


Kasih sayang Ibu
Yulyyana

Orang itu manatap ku tajam

Orang itu membuat ku tersenyum

Orang itu memeluk ku mesra

Orang itu melindungi ku dari serangan musuh ku

Orang itu slalu membuatku tenang

Orang itu slalu ku kenang

Orang itu slalu ada dalam pikiranku

Orang itu sebuah matahari dalam hidupku

Matahari yang slalu menerangi setiap jalan hidupku

Cahaya lampu yang slalu menerangi gelap malamku

Ketika dia tersenyum dunia terasa damai

Ketika dia memelukku terasa hanyut dalam buayannya

Takkan ku lupakan senyuman itu

Takkan hilang dari benakku saat kecil mungil

Kau belai dan kau peluk hangat

Kasih sayangmu kan ku ukir indah bak prasasti dalam hidupku

Sampai akhir hayatku

Banjarbaru, 27 Oktober 2010


Kenistaanku

Yulyyana

Dosa ini mungkin tak sanggup ku ukir dalam lembaran hidupku

Luka ini menikam tajam dalam hatiku

Perih…..Sakit……

Tapi luka ini kan slalu ku coba tuk ku obati dalam hitungan hariku

Taubat

Inilah kata kunci bagiku

Ku tau semuanya benci padaku

Ku tau semuanya marah padaku

Ku ingin lari tapi ku tak bisa

Ku ingin pergi jauh tapi ku pikirkan mereka

Ku tau cahaya penerangku kini mulai redup

Matahari mulai ditutupi awan hitam

Malam sunyi dan gelap tanpa sang rembulan

harus ku jalani

Tapi apakah aku salah ?

Ku hanya minta tanggung jawab

Ku hanya minta keadilan

Ku hanya minta konsekwen darinya

Paksaan untuknya adalah sesuatu yang paling ku benci

dan ku hidari

Tapi aku tak dapat berkata lagi

Kesalahan itu sudah terjadi

Dosa itu sudah ku buat

Walaupun hati ini sakit teriris


Ku harus tetap semangat jalani hidupku

Untuk mereka yang menyayangiku dan cita-citaku

Ku tak mau mereka kecewa padaku

Ya allah ampunilah dosa kami

Dan berikan aku kekuatanuntuk dapat menjalani semuanya

Banjarbaru, 02 November 2010


Di setiap datangnya siang dan malam

Disetiap bintang yang berlomba memberikan kemerlap sinarnya

Dinginnya angin malam yang berhembus

Menusuk tulang-tulang raga ini

Terselip keinginan untuk bisa menghadapnya

Disepertiga malam yang penuh dengan keberkahannya..

Keberkahan-mu yang selalu diharap semua insan

Tahajud....

Seluruh alam raya...

Berlomba untuk bisa bertahajud disajadah keberkahan

Menangis berharap mendapat samudra pengampunan

Bersujud mengharap kemerlap sinar rahmat

Yang kau turunkan disepertiga malam mu

Diri ini....

Ingin ikut merasakan gemerlapnya sinar rahmat yang kau turunkan

Ingin ikut mengecap rasa samudra pengampunanmu

Tahajud di sepertiga malam yang pernuh dengan nikmat-mu


Ibu..

Tiga huruf yang begitu menggugah perasaan..

Ketulusan yang terpancar di setiap desah napasnya..

Matanya memancarkan sinar kasih sayang

Mulutnya selalu berdoa untuk keberkahan orang terkasihnya..

Ibu...

Memang dapat ku rasakan

Sayang orang tua sepanjang jalan..

Menghantarkan orang terkasihnya

Menuju gerbang kebahagiaan.

Dunia dan akhiratmu

Ibu...

Tiada sanggup kata-kata dipuisi ini..

Untuk mengungkapkan seberapa besar sayang mu padaku.

Ingin ku sampaikan padamu ibu..

Ku menyayangimu...
Dunia...

Tempat persinggahan sementara...

Mengumpulkan butir-butir rahmat-nya

Untuk hari keabadian kelak.

Dunia..

Dengan segala tipu dayanya..

Ingin manusia tertipu dengan segala kenikmatannya..

Dan menjadi ladang penuh dengan dosa

Dunia.

Siapapun makhluk mau bersandar..

Pada keabadian hidup setelahnya.

Maka manisnya kebahagiaan akan terasa..

Dalam perjalanan menuju keabadian-nya

Dunia..

Jadikan lah ia tempat persinggahan menuju rahmatnya..

Tempatkanlah diri kita bagaikan musafir.

Yang mencari jalan mencari sinar kebahagiaan

Menuju Sang Maha Pemberi Rahmat


Cinta bagaikan sebuah kupu-kupu

Yang harus diberikan kebebasan

Agar bisa menampakkan warna kebahagiaan

Seperti taman bunga yang berwarna ceria

Menyambut datangnya kupu-kupu

Yang siap memberikan kesemarakan di taman hati

Pada Sang Pencinta..


Keindahan yang menyenangkan

Kau tahu keindahan apa


Yang dapat menenangkan risauku?

Bulan yang menampakkan dirinya


Dengan sempurna, ketika mendung terkurung

Senyum dari jiwa lain yang adalah kekasihku


Yang didalamnya membawa semua kebaikan

Keindahan pancaran dari matamu, temanku


Yang sedang ceria dalam penglihatan

Dan belaian lembut ibuku dari kasihnya


Melalui tangannya yang lebih suci dari langit

Kau tahu keindahan siapa yang dapat menenangkan risauku?


Tunas Bangsa

Senyum polos situ

Untaian kata yang lugu

Canda tawa yang tak berbatas

Keringat bau tak berdosa

Bola mata yang penuh harap

Bola mata yang penuh mimpi

Mereka adalah tunas bangsa

Tak kan ku biarkan mereka sia-sia

Karena kuingin mereka

Kan jadi manusia seutuhnya.


Satu dihatiku

Indahnya cinta

Bukan pada biru samudera dibatas cakrawala

Indahnya cinta

Menyejukkan hati yang lara

Terangi jiwa yang gelap

Inilah yang ku rasa

Wajahmu membuat aku terpana

Biru matamu memancarkan sejuta pesona

Derai tawamu menjadi bintang dilangit terang

Nada suaramu membuat aku rindu

Senyumanmu ketenangan dijiwa ku

Kau adalah jejak yang iringi langkahku

Kau adalah detak yang iringi jantungku

Kau adalah air mata yang iringi tangisku

Catatlah aku dalam hatimu

Catatlah olehmu tentang satu kepastianku

Aku takkan pernah berpaling darimu

Karena kau satu dihatiku

Mentari

Dengan langkah malu-malu

Kelam mulai beranjak meninggalkan singgasana raja


Yang baru mengerdipkan mata

Dibangunkan kokok sijago dari tidurnya

Sang fajar mulai menyemburatkan sinar cemerlangnya

Terpantul elok didedaunan nan bermandikan embun

Dihiasi tawa canda bidadari dari balik lengkungan pelangi

Mentari . . .

Dengan senyum menawan, mulai menampakkan indahnya

Memberikan sapa bagi penghuni bumi

Mengikis dinginnya sungai yang berselimut dingin

Memeluk hangat jagad raya

Memberikan harapan yang tak kan putus

Bagi setiap insane pemilik cita-cita penuh


Ibu
Senyum dan tawamu menghangatkan jiwa

Menyejukkan hati yang lara

Mendapat cintamu adalah anugerah

Mendapat sayangmu adalah karunia

Tapi melihat air matamu adalah dosa bagiku

Ibu

Bagiku kau pemata

Kau mutiara

Tak boleh sedikitpun dirimu

Tergores air mata kecewa dariku

Karena aku tak pantas buatmu terhempas retak

Karena ibu pelita emas didunia cintaku


Dua Hati
Ku jalani hidup mengarungi samudera

Tuk mencari penawar rasa dihati

Mencari makna cinta sejati

Pertemuan kita adalah sebuah bukti

Begitu banyak jurang pemisah antara kita

Tapi pertemuan dua hati takkan ada yang bisa memisahkan

Walau seberat apapun rintangan akan dihadapi

Kini ku tahu makna cinta

Cinta bukanlah sekedar rasa

Cinta bukanlah sekedar tutur kata

Cinta itu tuk membahagiakan

Cinta itu tuk menentramkan

Kini perahu telah ditambatkan

Pada satu sisi kehidupan

Masa yang terus berjalan

Semoga menambah kedewasaan

Dan cinta kan terus berjalan


Kau untukku

Aku ingin buatmu tersenyum manis

Aku ingin buatmu selalu tertawa

Tertawa takkan pernah kecewa

Aku ingin selalu ada dalam hatimu

Perasaan dan ingatanmu

Tatap mataku dank au kan lihat

Betapa kau begitu berarti bagiku

Tetaplah berdiri menatap langit

Takkan pernah diterpa badai

Takkan mengihang tersapu debu

Sampan sudah terlalu jauh lita tempuh

Pantang rasanya untuk menepi dan berhenti

Untuk cinta kita selamanya


Alur Mimpi

Dalam kegelapan malam

Ku dengar gemercik air

Yang menenangkan jiwa

Membentuk sebuah simponi alam

Dalam kegelapan

Seperti memainkan lagu sendu

Diantara kekosongan angan dan kegelapan malam

Ku rindukan mentari

Dengan cahayanya yang sombong

Marasuk masuk kedalam jendela kaca

Mengirimkan sinyal akan datangnya pagi

Menghentikan alur mimpi indahku


“Ingin”

Karya : Noviecka Wieyanthi

Keheningan menyelimuti hatiku

Seakan tak ingin pergi jauh

Rasa berbalut pedih

Bagai disayat sembilu yang tumpul

Entah kenapa aku seperti ini

Layak air yang mengalir dan tak tahu kemana muaranya

Perih bercampur sakit

Luka meninggalkan bekas

Napas ini….

Air mata ini….

Aku tak tahu harus apa?

Denting jantung bergema seakan tak ingin berhenti

Ingin rasanya menyulam diatas pasir

Meneguk sedikit kasih sayang bersama orang terkasih

Didalam indahnya bulan purnama

Tenggelam dalam kehanyutan…

Banjarbaru, 19 Oktober 2010


“Bimbangku”

Karya : Noviecka Wieyanthi

Dingin menusuk tulang

Tangan ini kaku dan ngilu

Aku bingung akan semua ini

Gelap…gelap dan gelap

Pikiran ini tak tahu ambang batasnya…

Entahlah, aku pun bingung

Semakin aku cumbu hatimu dengan lembut

Semakin aku larut akan sakit ini

Disana…seonggok bayangan menantiku sangat lama

Tapi, aku semrawut akan perasaanku

Bagai benang yang tak tahu ujungnya

Akankah bayangan itu pantas untukku?

Banjarbaru, 15 Oktober 2010


“Mama”

Karya : Noviecka Wieyanthi

Ma…

Dirimu sangat tegar bagai batu karang yang terhempas ombak

Seolah redup bagai bulan purnama yang tertutupi awan hitam

Seperti bongkahan es yang keras membantu…

Kadang pula kau bagai angin yang berhembus memberi kesejukan

Sering sekali aku nakal…

Tapi, kau sangat sabar dan sayang denganku

Senyummu sangat lembut dan hangat

Tanganmu laksana selimut yang melindungiku saat dingin datang

Kasih sayangmu tak pernah habis dimakan zaman

Setiap saat…

Setiap waktu…

Bahkan saat ku sakit, kau adalah malaikat penyembuhku

Pemberi semangatku…

Dan tempat curhatku…

Mama…satu kata untukmu

I Love You Mom…

Banjarbaru, 01 Oktober 2010


“Setia”

Karya : Noviecka Wieyanthi

Dua insan saling melengkapi

Dimana kejujuran terbina

Hati dan jiwa beradu pandang

Cinta dan kasih sayang melebur jadi satu

Seorang adam melindungi hawa

Tak ada kebohongan diantara keduanya

Saling percaya dan mengerti

Saling melengkapi

Tak berpaling kelain hati

Disaat sedih…

Sepi…

Bahagia…menjadi bagian hidup

SETIA

Ucapan terurai bak lantunan gaung

Antara dua insan tak ada perselisihan

Tak ada kesalahan yang dalam

Kapar, 18 April 2005


“Uang”

Karya : Noviecka Wieyanthi

U…A…N…G….

Rangkaian kata UANG…

Uang banyak membuat dunia bodoh

Uang bikin sengsara

Koruptor menguasai Negara

Karna uang dan tahta, hidup pun menderita

Kemiskinan…Gara-gara uang

Kejahatan…Gara-gara uang

Uang diatas segalanya

Uang merajai dunia

Tanpa uang orang tak bias apa-apa

Sekalipun itu aparat bahkan pejabat

Masuk sekolah…uang

Masuk rumah sakit…uang

Masuk WC umum dan mau makan pun harus pakai uang

Kapan “uang” dapat dikalahkan…Ehm…uang…uang…..

Kapar, 10 Agustus 2005


“Kesendirianku”

Karya : Noviecka Wieyanthi

Sepi…Sepi sekali hidupku ini

Semenjak seorang maya pergi

Aku…aku bagaikan sosok cahaya yang ingin redup

Hati ini seakan telah tertutup untuk seseorang

Entah dimana dia berada

Kepedihan dan kesendirian aku jalani

Tapi…aku tak dapat pungkiri perasaan ini

Bagai air yang keruh menghitam

Jiwaku t’lah rapuh bagai kayu yang lapuk akibat tetes hujan

Setiap hari kabut tebal menghiasi langit

Seakan langit tak ingin muncul untuk sekian kalinya

Apakah kesendirianku akan dihilangkan seseorang adam..

Kapar, 06 Oktober 2004


“Tirai Jingga”

Karya : Noviecka Wieyanthi

Hati ini t’lah singgah di singgasana emas

Meneguk sekecup indahnya kebahagiaan

Mengalir bunga-bunga cinta ditaman jiwa

Merah merona warna langit diatas tirai jingga

Kesejukan seakan enggan pergi jauh

Hujan malu-malu berjalan kebumi

Sayup terdengar suara lantunan melodi jiwa

Tersenyum simpul diatas awan cinta

Relung hati sanggup bertahan diranting lapuk

Menggantikan daun yang t’lah lama kering

Keheningan seakan bertepuk bahagia

Menuju indahnya panah asmara

Banjarbaru, 24 Oktober 2010


Rindu Muhammad

Menggema rindu di sanubari

Terpatri di dalam relung hati

Hati yang gersang

Hati yang penuh ego

Hati yang mendamba akan cinta

Muhammadku….

Sungguh aku rindu, rindu, rindu padamu

tak ada ungkapan yang mampu melukiskan

tiada lisan yang dapat menyampaikan

bibir pun menjadi kelu

kata-kata terpendam dalam hati yang telah merindu

Muhammadku….

Kau memang pantas untuk dipuji, dipuja, bahkan tuk dicinta

Karna apa???

Parasmu yang elok serta akhlakmu yang tak kalah anggun dan cantiknya

Kau penyejuk hati yang terhimpit akan dosa

Peneduh qolbu yang galau oleh panasnya bara dunia

Tiada benci di hati atas salah

Tiada marah atas khilaf

Ikhlas dan santun dirimu memberi maaf

senyum nan ramah tabarkan khasanah yang tiada terucap dengan kata

Muhammadku ….

Hiduplah selalu dalam pikiranku, hatiku, dan perilakuku

Hadirlah dalam kehidupan dan kematianku.


Nada-nada Rindu

Lantunan nada jiwa yang mengalun

diantara hembusan nafas-nafas

saat bibir terhenti sejenak tuk berucap

lonceng-lonceng rindu bergema

menciptakan rangkaian nada

untuk seberkas cahaya yang terjalin sudah

Diantara senja, rintihan malam membawa kedamaian hati

saat dua hati melangkah manja

mengikat cinta yang terdalam

rembulan tersenyum, bersama lesung pipit bintang

memandang jauh dua insane

laksana pijar bintang

cinta itu pun terangi jiwa yang gelap

laksana panas api asmara

membakar bekunya darah yang menggumpal

entah berapa lama

menyejukkan hati bersama cinta

yang kau hembuskan padaku

moga sampai akhir hayat kita.


Puisi untuk Ayah

Aku tak mampu mengantarkan kepergianmu

langit mendung seolah seolah turut berduka

orang-orang riuh rendah bercerita

tentang semua amal kebaikanmu

Ayah….

aku datang kepadamu

semilir angin di bawah kamboja dan nisanmu

aku menangis dan berdo’a

mengenang segala salah dan dosaku padamu

kepergianmu seketika mendewasakan aku

mengajarkan aku betapa penting arti hidup ini

kepergianmu mengajarkanku, bagaimana harus mencintai dan menyayangi

bagaimana harus tulus berkorban dan bersabar

bagiamana harus berjuang demi penghidupan anak dan keluargamu

hingga saat terakhir hayatmu, engkau terus berdoa demi kebaikan anak dan keluargamu

Ayah ….

hari ini aku menemuimu

lewat sebait puisi untuk mengenangmu

bila datang saatnya nanti, ku kan cerita segala kebesaran dan keagunganmu

bersama tetesan air mata, ku sertakan doa


Pahlawanku

engkau bagaikan mentari pagi yang mengikis embun di dedaunan

tebarkan senyum menghiasi cakrawala hati yang sedang gersang

hati yang telah lama mati, ditikam kebodohan

engkau bagaikan embun bening penghias mahkota bunga

hembuskan nafas kehidupan yang menyejukkan diri yang ditimpa kebingungan

tak tau apa arti kehidupan

Allah ciptakan bulan untuk menerangi malam,


seperti halnya engkau,
yang selalu membimbing dan menerangi kami dengan berbagai ilmu

Allah ciptakan bintang dimalam hari sebagai penghias,


seperti halnya engkau,
yang selalu menghiasi hari-hari kami dengan begitu indahnya

engkau adalah pahlawanku,yang tidak mengharapkan balasan


Segalanya kau lakukan dengan ikhlas
jasamu takkan kulupa, takkan terhapus oleh waktu

hingga akhir hayat menjemputku

tak ada yang dapat kuucapkan selain beribu terima kasih setulus hati

terima kasih pahlawanku, terima kasih guruku


Sahabat yang Hilang

Sahabat….

Sampai kapan kau anggap aku musuh, pengkhianat bahkan mungkin penjahat

Sampai kapan kau palingkan wajahmu saat melihatku, saat bertemu pandang atau
berpapasan denganku

sampai kapan kau pertahankan pertengkaran ini

jika aku bersalah, maafkanlah

jika aku khilaf, ingatkanlah

jangan kau pergi untuk menghindar dan mendiamkan ku

terlarut dalam kesalahan yang tak ku sadari

kurang cukupkah kata maaf yang ku ucapkan

kurang puaskah akan sesal yang telah ku rasakan

masih kurangkah air mata yang jatuh berlinangan

aku ingin melihat senyummu kembali

tawa dan candamu seperti dulu yang telah menghiasi hari-hari

mendengarkan cerita pengalaman kita berdua

ku takkan bosan dan berputus asa untuk menunggu hari itu

hari dimana kau dapat bersama ku lagi

meniti hari-hari yang ceria


Rinduku

Kasih….

kerinduan hati

terendap dalam mimpi

ku coba pandangi langit

melihat kau di sana

udara pagi ….

laksana wangi tubuhmu

hangatnya mentari

bagaikan pelukan hangatmu

kasih yang kau beri

takkan sia-sia di hati

ku beri cinta ini

untuk kau jaga sepenuh hati

jika rindu merasuk hati

hiruplah udara pagi dan rasakanlah kasih

disetiap hembusan nafassmu

aku akan selalu ada untukmu


Mentari

dengan langkah yang malu-malu

kelam mulai beranjak meninggalkan singgasana raja

yang baru mengerdipkan mata

dibangunkan kokok si jago dari tidurnya

sang fajar mulai menyemburatkan sinar cemerlangnya

terpantul elok didedaunan nan bermandikan embun

dihiasi tawa canda bidadari dari balik lengkungan pelangi

mentari….

dengan senyum menawan, mulai menampakkan indahnya

memberikan sapa bagi penghuni bumi

mengikis dinginnya sungai yang berselimut dingin

memeluk hangat jagad raya

memberikan harapan yang tak kan pupus

bagi setiap insan pemilik cita-cita penuh


BUNDA

Engkau pelita hidupku penerang gelapnya jiwa

Pemberi sinar terang pada hatiku yang redup

Engkau laksana cakrawala menyinari semesta

Dengan kasih sayang tiada tara

Tanpamu aku tak berarti apa-apa

Tanpamu aku laksana debu yang tak berguna

Tanpamu aku laksana ranting tak berdaun

Dan tanpamu aku tak tahu arti hidupku

Bunda....

Ku hanya bisa tersenyum menatap matamu

Ku hanya bisa bergelut manja dipelukmu

Dan ku hanya bisa mencium tangan dan keningmu

Takkan ku ganti bahagiamu dengan sedihmu

Takkan ku buat ceriamu menjadi laramu

Dan takkan ku jadikan senyummu jadi tangismu

Tapi akan ku jadikan kau selalu tersenyum bahagia

Jalani sisa waktumu yang tersedia untukku

Bunda....

Saat ini ku tak bisa selalu menatap senyummu

Merasakan hangatnya belaian lembut tanganmu

Dan mendengarkan nasehat-nasehat terbaikmu

Ku di sini hanyalah untukmu

Hanya untaian doa yang ku persembahkan

Semoga Tuhan selalu menjaga dan melindungimu

Aku rindukan semua yang ada padamu

Beri ku restu untuk setiap jalanku

Tuk tempuhi tiap liku hidupku


Dosaku
Ku termangu sendiri dalam gulita

Terpejam mataku saat sadari semua

Tergoda oleh indahnya kilau dunia

Terasa hatiku sebagai manusia biasa

Langkahkan kaki yang tak lepas dari khilaf dan dosa

Terngiang lagi bisikan –bisikan syaitan itu

Terdengar lagi rintihan tawanya yang menderu-deru

Dan terbayang lagi semua dosa dimasa lalu

Kini ku hanya bisa menangis pilu

Tangisan sesal dipenuhi haru dan malu

Ampuni aku ya Allah

Ampunkan ku atas sgala perbuatanku

Kini ku tersadar dari tidur panjangku

Tanpa-Mu ku takkan jalani hari-hari yang indah

Tanpa-Mu tak mungkin kaki ini pijaki dunia

Dan tanpa-Mu ku cacat hati dan jiwa

Karena ku hanya manusia biasa yang tak sempurna

Tuntunku dalam jalan -Mu Ya Allah

Kala mata tak mampu lagi melihat

Kala bibir tak mampu lagi berucap

Kala telinga tak mampu lagi mendengar

Dan kala semuanya tak mampu lagi merasa

Hanya iman dan amal yang tersisa

Mungkinkah ku mampu mencium bau surga

Padahal diri ini penuh berlumur dosa

Ya Allah tunjukkan ku menuju jalan lurus-Mu


Sebelum tubuh ini terbujur kaku membeku

Sucikanlah aku sebelum menghadap-Mu

Suci lahir dan batin yang ku mau

Ya Allah, dengarlah rintihan hatiku

Saat ku terbangun dari buaian dunia-Mu


Malam
Di tengah keheningan dan kebisuan malam

Ku terbangun dari rengkuhan buaian

Saat sang rembulan menampakkan senyum indahnya

Ku tadahkan wajah menatapi langit

Terlihat indahnya kerlipan jutaan bintang

Ku terbuai oleh senyuman sang rembulan

Ku terpesona oleh ramahnya tatapan malam

Ku terhanyut oleh lembutnya bisikan angin

Dihiasi nyanyian syair-syair penghuni malam

Desahan dedaunan yang dihembus angin

Menggodaku untuk menatap tariannya yang gemulai

Oh Tuhan.....

Inikah malam sebagai karunia-Mu?

Inikah keindahan yang hanya dimiliki oleh malam-Mu?

Tanpa ku sadari ku terhanyut dalam khayalan

Andai ku bisa menjadi rembulan

Ku ingin selalu bisa menerangi malam

Tanpa malu dan bersembunyi di balik gumpalan awan

Ku ingin selalu bisa tersenyum menatap malam

Ku ingin selalu bisa bercanda bersama bintang-bintang

Dan ku ingin selalu memancarkan sinar lembutku


Ke seluruh semesta alam

Ya Tuhan....

Biarkan malam-Mu berlalu dengan kedamaian

Biarkan pesona keindahan-Mu terpatri

Dalam kalbu pengagum-Mu

Dan biarkan jiwa-jiwa ini selalu merindukan malam-Mu


SAHABAT

Bagai udara dia hadir setiap waktu

Laksana air dia ada saat ku butuhkan

Hangat hadirnya bagaikan mentari yang selalu bersinar

Saat derai air mata ku tumpahkan

Saat awan mendung menghias wajahku

Saat hatiku berkeluh kesah

Saat lisanku mengadu mengeluh

Dia selalu limpahkan lembut sinarnya

Wahai sahabat...

Bagai oksigen arti hadirmu

Tanpamu ku tak bisa hadapi hidup

Kau tempat berbagi suka dan duka

Mencipta warna-warni hariku

Terima kasih sahabat...

Bagai kupu-kupu di taman bunga

Kau buatku selalu tersenyum cerah

Nantikan hari esok nan cemerlang

Meniti lintasan hidup berbatu sandungan

Kau cerahkan detik-detik waktu

Dengan canda tawa mengesankan


Karya: Muhammad Eko Wahono

Senja

Terbersit merah senjamu

Meliuk ufuk merona indahmu

Menusuk dalam membekas hatiku

Menggores jiwa mutiara syahdu

Senja

Senja

Hentikan langkahmu pergi dariku

Ketika mendung berhembus mendekatimu

Rupawan warnamu menangis tersedu

Oh senja

Ku tak kuasa menahan diri

Saat engkau tak pernah kembali

Merintih pahit di dalam hati

Berharap kembali hiasi hari

Banjarbaru, 24 September 2010


Karya: Muhammad Eko Wahono

Bangkit

Dengan kesunyian kuraih semua

Dengan keheningan kudapatkan cita

Tak perlu resah

Tak perlu ragu

Semangat empat limamu

Bersemayam dihatiku

Wahai anak bangsa

Lihatlah dirimu sekarang

Kau tak berbaju

Kau tak berpakaian

Apakah seperti ini?

Sahabat karibmu mengambil semua

Teman seperjuanganmu mengobrak-abriknya

Negara tetanggamu dapatkan suka

Berdirilah kawan

Bangkitlah

Singsingkan lengan bajumu

Kuatkan tekatmu

Banggakan nenek moyangmu.

Banjarbaru, 1 Oktober 2010


Karya: Muhammad Eko Wahono

Siapakah Kau

Menjerit hati cercah cahaya

Ufuk rona kemilau mewangi

Haus dahaga di gurun sahara

Angan hati raih misteri

Malaikat kecil bangunkan mimpi

Menyapa indah mentari pagi

Aroma tubuh cerminan jiwa

Dikeheningan malam sunyi sepimu

Elok rupamu cerminkan tingkahmu

Kemilau sinarmu terangi gelap hati

Ombakpun bernyanyi sambut bahagia itu

Wahai tunas hijau di kerikil lembayung

Alirkan air di musim kemarau ini

Hancurkan benteng-benteng kokoh itu

Obori api di gua-gua senyap

Nirwana yang dibanggakan

Oase yang menyejukkan

Banjarbaru, 15 Oktober 2010


UNGKAPAN HATI UNTUK KUPU-KUPU
JILID 1

Gelisahku,,,
Ketika raut wajah kupu-kupu menyiratkan kesedihan

Sedihku,,,
Bila ku lihat air mata dipipi merahmu

Tangisku,,,
Jika ada sesuatu yang menyakiti hatimu

Tenangku,,,
Ketika tatapan matamu memancarkan kebahagiaan

Bahagaiaku,,,
Bila ku lihat senyum manis diwajahmu

Senyumku,,,
Jika kau memberikan senyummu kepadaku
UNGKAPAN HATI UNTUK KUPU-KUPU
JILID 2

Aku membuat warna untuk kupu-kupu

Biru,,,
Tak bisa ku ungkapkan bahagia hatiku,,,

Hijau,,,
Dia tersenyum padaku dan aku pun tersenyum manis padanya

Kuning,,,
Gelisah hatiku bagai mendung yang menyelimuti awan

Merah,,,
Akhirnya hatiku pun menangis, seperti hujan yang turun dari awan

Tapi,,,
Apapun warnya, kupu-kupu tetaplah indah bagiku
Karena itu, aku pun tetap menyayanginya
Meski,,,
Rasa sayangku mengiris pedih hatiku sendiri
UNGKAPAN HATI UNTUK KUPU-KUPU
JILID 3
Aku,,,
Siapa Aku?

Aku adalah pohon,,,


Tempat kupu-kupu berteduh, saat tak ada satupun tempat berteduh untuknya

Aku adalah lavender,,,


Tempat kupu-kupu mereguk manisnya madu, saat tak ada satupun bunga untuknya

Aku adalah kepompong,,,


Tempat kupu-kupu hinggap, saat tak dapat terbang karena sayapnya yang terluka

Tapi,,,
Saat kupu-kupu dapat terbang kembali
Saat kupu-kupu menghisap madu yang lebih manis
Saat kupu-kupu menemukan pohon yang lebih teduh

Aku masih bisa tersenyum dari bumi


Memandang kupu-kupu yang terbang indah dilangit

Meski,,,
Tak ada suatu apa pun yang dapat mengungkap perihnya hatiku
Rindu Muhammad

Menggema rindu di sanubari

Terpatri di dalam relung hati

Hati yang gersang

hati yang penuh ego

hati yang mendamba akan cinta

Muhammadku….

Sungguh aku rindu, rindu, rindu padamu

tak ada ungkapan yang mampu melukiskan

tiada lisan yang dapat menyampaikan

bibir pun menjadi kelu

kata-kata terpendam dalam hati yang telah merindu

Muhammadku….

Kau memang pantas untuk dipuji, dipuja, bahkan tuk dicinta

Karna apa???

Parasmu yang elok serta akhlakmu yang tak kalah anggun dan cantiknya

Kau penyejuk hati yang terhimpit akan dosa

Peneduh qolbu yang galau oleh panasnya bara dunia

Tiada benci di hati atas salah

Tiada marah atas khilaf

Ikhlas dan santun dirimu memberi maaf

senyum nan ramah tabarkan khasanah yang tiada terucap dengan kata

Muhammadku ….

Hiduplah selalu dalam pikiranku, hatiku, dan perilakuku

Hadirlah dalam kehidupan dan kematianku.


Nada-nada Rindu

Lantunan nada jiwa yang mengalun

diantara hembusan nafas-nafas

saat bibir terhenti sejenak tuk berucap

lonceng-lonceng rindu bergema

menciptakan rangkaian nada

untuk seberkas cahaya yang terjalin sudah

Diantara senja, rintihan malam membawa kedamaian hati

saat dua hati melangkah manja

mengikat cinta yang terdalam

rembulan tersenyum, bersama lesung pipit bintang

memandang jauh dua insane

laksana pijar bintang

cinta itu pun terangi jiwa yang gelap

laksana panas api asmara

membakar bekunya darah yang menggumpal

entah berapa lama

menyejukkan hati bersama cinta

yang kau hembuskan padaku

moga sampai akhir hayat kita.


Puisi untuk Ayah

Aku tak mampu mengantarkan kepergianmu

langit mendung seolah seolah turut berduka

orang-orang riuh rendah bercerita

tentang semua amal kebaikanmu

Ayah….

aku datang kepadamu

semilir angin di bawah kamboja dan nisanmu

aku menangis dan berdo’a

mengenang segala salah dan dosaku padamu

kepergianmu seketika mendewasakan aku

mengajarkan aku betapa penting arti hidup ini

kepergianmu mengajarkanku, bagaimana harus mencintai dan menyayangi

bagaimana harus tulus berkorban dan bersabar

bagiamana harus berjuang demi penghidupan anak dan keluargamu

hingga saat terakhir hayatmu, engkau terus berdoa demi kebaikan anak dan
keluargamu

Ayah ….

hari ini aku menemuimu

lewat sebait puisi untuk mengenangmu

bila datang saatnya nanti, ku kan cerita segala kebesaran dan keagunganmu
bersama tetesan air mata, ku sertakan doa
Pahlawanku

Engkau bagaikan mentari pagi yang mengikis embun di dedaunan

tebarkan senyum menghiasi cakrawala hati yang sedang gersang

Hati yang telah lama mati, ditikam kebodohan

Engkau bagaikan embun bening penghias mahkota bunga

hembuskan nafas kehidupan yang menyejukkan diri yang ditimpa


kebingungan

tak tau apa arti kehidupan

Allah ciptakan bulan untuk menerangi malam,


seperti halnya engkau,
yang selalu membimbing dan menerangi kami dengan berbagai ilmu

Allah ciptakan bintang dimalam hari sebagai penghias,


seperti halnya engkau,
yang selalu menghiasi hari-hari kami dengan begitu indahnya

Engkau adalah pahlawanku,yang tidak mengharapkan balasan


Segalanya kau lakukan dengan ikhlas
jasamu takkan kulupa, takkan terhapus oleh waktu

hingga akhir hayat menjemputku

tak ada yang dapat kuucapkan selain beribu terima kasih setulus hati

Terima kasih pahlawanku, terima kasih guruku


 “ Memang Begitu Bagiku “ 

Harus . . . ya, memang harus Di wajahmu, di hatimu dan di setiap langkahmu


Tidak . . . ya, memang tidak Yang jelas ada kasih sayang Tuhan dibalik hujan
Jangan ditanya lagi karena memang begitu
Dan memang sudah semestinya begitu bagiku Hanya satu yang bisa menggoyahkan segala
argumenku tentang hidup dan hatiku . . .
Yang Membuatku mengiyakan tanpa syarat . . .
Lakukanlah meski harus menentang alur hati
Yang membuatku tertindak tanpa alasan
Larilah sampai kakimu tak sanggup lagi berlari mendaki
Tak ada orang lain yang bisa mempengaruhiku
Patahkan semua yang membuat tekadmu lemah
Tak ada orang lain yang mampu membuatku yakin
Singkirkan hambatan sedih melintang dihadapanmu
Hanya kau . . .
kau yang melahirkanku dan yang membuatku terlahir ke
Persimpangan itu menggoyahkamu? dunia
Jangan dihiraukan, ingat tujuan awalmu karena kau kumasih berjuang . . .
Keramaian manusia mengganggumu?
Enyahkan, kebahagianmu ada dalam dirimu “untuk hidup dan anggapanku tentang kebahagian”

Sebagian dalam dirimu berkecamuk?



By : Mahfuzatul Husna
Tak masalah, untai lagi harapan baru
Sebagian pengisi hartimu tak berprinsip?
Khawatir . . . itu jelas, cepatlah kau bersihkan

Dunia menertawaimu, terserahlah


Dunia mengejekmu, memang tak ada yang sempurna

Tapi ingat jangan memaksakan awan putih


Jika sekarang memang sedang mendung
Kau kan masih bisa menatap langit besok
Biarkan langit hujan dulu . . .
Rasakan tetesan hujan yang jatuh
“Entah apakah ini hanya egoku semata atau bisa ku jadikan sebagai tameng penguat hati . . .
Entahlah

Tapi beginilah caraku memperlakukan hatiku agar kerapuhan dan ketakutan itu tersamarkan”

 Bjb, B24 (4 okt’ 10)


 PERJALANAN MATAHARI
Pagi membawa kita pada sebuah cerita

Membuka jendela harapan mula seorang anak manusia

Bertemu dengan cahaya matahari yang menyehatkan

Berlari-lari kecil di atas rumput basah

Siang hari, kau harus sedikit berjuang belajar berlari

Berjuang Belajar alur pencipta, belajar alur dunia, belajar alur hati

Menghadapi matahari menyengat, kerikil tajam, duri runcing

Matahari kadang sinarnya menyilaukan mata hati, kau terlupa tapi ku yakin kau tak gagal

Sesekali berteduhlah di tempat yang rindang

Jangan berhenti berjuang agar segala wisuda ilmumu tercapai

Sore hari, matahari tak seterik tadi tapi tak kalah hebatnya menghantam

Aku yakin bisa, Jika kau mau berlarilah berjuang belajar

Berlari berjuang bersama, bersama dia beriringan sejajar

Payung mungkin bisa membantumu di kala hujan, berpayunglah bersama


Matahari mulai tenggelam, senja tak dapat di tolak

Tapi kau tak sendirian, kau bersamanya, kau bisa belajar darinya

Kau pun telah menyiapkan lilin pelita

Bekal di bakulmu pun ada . . . jadi tenanglah

Sekarang sudah malam . . . kau mau apa?

Kupikir nikmati saja malammu . . .

Sujudlah, pendinginanlah, istirahatlah bersama teman masa tuamu

Entah kau masih bisa atau tidak melihat matahari esok hari

( BY : MAHFUZATUL HUSNA)
Dalam setiap nafas itu tersirat harapan tentang HARAPAN masa depanyang tak tahu apa saja itu.

Kita akan selalu merindukan kehidupan bumi, merinukan kedamaian dalam sebuah yang terus
bersemi hingga bumi berhenti bernafas dalam jiwanya. Yang namanya hidup harus tetap berjalan hingga
tetap pada suatu titik yang akan berhenti. Hingga orang lain tidak akan pernah peduli dengan apapun
cara kita menghadapi satu titik itu.
PERLAKUAN UNTUK HATI
Ketika menderita, sedih, menangis . . .

kalau bisa jangan ada orang lain yang tau.

Biar aku rasakan sendiri . . .


 
Dengan merasakannya aku mungkin akan mengerti :

Kenapa ini . . .? Bagaimanai ini. . .? Harus apa aku . . .?

Apabila ada resah di hati ,,,orang lain tidak akan memberikan penyelesaian,

yang mereka berikan hanya masukkan menurut pemikiran mereka ,

padahal mungkin saja orang lain itu tak tau sama sekali……

yang mereka berikan hanya versi mereka, yang mereka dengar, yang mereka lihat,
yang mereka pikir…

padahal mungkin saja tidak seperti itu kenyatannya di hatiku.

Ada hal yang membuat hatiku resah yang tak bisa ku ungkapkan, hanya hatiku
yang tau,

ada hal yang normal menurut hatiku tapi otakku tak bisa menerima itu, ketika hati
dan otak tak sejalan

ada hal yang mau ku lakukan tapi aku tak mampu, ada hal yang mau kukatakan
tapi tak bisa aku ucapkan

Dan pada saat ini orang akan menganggapku EGOIS

Namun pada dasarnya manusia memang makhluk egois

tapi inilah caraku memperlakukan hatiku,

biar hatiku terkontrol, biar hatiku tak rapuh.

Dan satu hal yang membuatku tidak kehilangan kebahagianku adalah diam
Diam adalah kekuatan terbesar hatiku . . .

HANYA KAMU

Saat ku sendiri dalam keramaian

Hanya kamu penghibur sepi

Saat semua orang menghinaku

Kau genggam tanganku

Saat mata-mata tertuju tajam padaku

Hanya kamu yang slalu tersenyum

Saat kata-kata menghujam jantungku

Hanya kamu yang menghibur hati

Saat kesalahan dituding padaku

Hanya kamu yang kuatkanku

Saat mereka pergi dariku

Hanya kamu yang ada disisi

Kau temani setiap hariku

Kau bisikan tulus kata cinta

Kau yang mengerti isi hati

Kau yang pahami arti diriku

Hanya kamu….SAHABAT

Fathul Jannah “_”


Banjarbaru, September 2010

Kasih ku hilang

Ku tunggu datangnya hari ini


penuh arti mengukir sejarah hidup
episode baru yang dinanti
jalani hidup bersamamu kasih

Waktu berjalan begitu cepat


yang tertinggal hanya memori
kuulang semua kisah bersamamu
mengenang kasih merajut cinta

Kini kau telah pergi tuk selamanya


meninggalkan sepenggal kisah manis
bersama sejuta mimpi dan cinta
dalam hidupmu yang singkat

Kini…
Hariku sunyi tanpa tawamu
pagiku kelam tanpa hadirmu
siangku sunyi tanpa senyummu
tidurku resah tanpa pelukmu

Kini...
kita terpisah jarak dan waktu
hapus semua mimpi dan cintaku
tuk berdua bersama selamanya
ucap ikrar cinta dalam ikatan suci
tuk reguh indah cinta abadi

Fathul Jannah “_”


Banjarbaru, 18 Oktober 2010

MASA

Masa silam yang terpendam dalam waktu

Goresan sejarah yang tak pernah terulang

Jarak terjauh tak mungkin terlampaui

Masa kini yang terukir dalam waktu

Goresan detik, menit, hari yang dilalui

Anugrah terindah yang dimiliki

Masa depan yang terpancar dalam waktu

Goresan tinta di atas buih air

Tabir misteri kegelapan abadi

Demi masa yang terus berputar

Demi masa yang tak mungkin terganti

Demi masa silam, masa kini dan masa depan…

Fathul Jannah “_”


Banjarbaru, September 2010

PUISI UNTUK AYAH

Tanah itu masih basah...

Aku berdiri terpaku diam seribu bahasa menatap nisan itu

Tapi air mata ini terus mengalir tak dapat ku bendung

Langit pun mendung turut berduka

Pikiranku melayang ketempat lain

21 tahun sudah ku jalani denganmu Ayah

Terlalu cepat Kau menjemputnya Tuhan

Ku masih ingin terus bersamamu Ayah

Kau menjaga di saat anak-anak lain nakal kepada ku

Kau menggendong di saat ku terjatuh

Kau memapah di saat ku rapuh

Kini.....

Semua sudah berakhir dan terpisah

Aku tak mampu mengantar kepergianmu


Aku tak tau harus kemana ku pergi untuk mecari perlindungan lagi

Aku tak tau harus kemana mencari sosok sepertimu Ayah

Ayah,... Kau begitu sempurna di mataku

Kini.....

Aku datang kepadamu, Ayah...

Semilir di bawah kamboja dan nisanmu

Aku menangis dan berdoa

Mengenang segala salah dan dosaku kepadamu

Kepergianmu seketika mendewasakan aku

Mengajarkan aku betapa penting arti hidup

Untuk menjadi berguna bagi ibu dan saudaraku

Kepergianmu mengajarku

Bagaimana harus mencintai dan menyayangi

Bagaimana harus tulus berkorban dan bersabar

Bagaimana harus berjuang demi ibu dan saudaraku

Hingga saat terakhir hayatmu

Engkau terus berdoa demi kebahagiaan Kami anak-anakmu

Hari ini aku menemuimu, ayah

Lewat sebait puisi untuk mengenangmu

Bila datang saatnya nanti

Kan kuceritakan segala kebesaran dan keagunganmu


Bersama embun fajar kemarau ku sertakan doa

Semoga engkau mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya

Memori in
Tanjung, 25 Mei 2009
AYAH BUNDAKU

Karya : Feny NoorJanah

Kau bangun sebelum sang surya muncul dari peraduannya

Kau berjalan menyusuri embun di pagi buta yang penuh liku dan duri

Demi mencari sesuap nasi

Kau goreskan pahat getah teman setiamu

Pada pohon-pohon yang s’lalu sabar menemanimu

Kau pikul beban dengan bambu tuamu

Sakit yang dirasa tak kau hiraukan

Kau tetap semangat dan tersenyum demi anak cucumu

Oh… Ayah Bundaku

Jasamu sungguh tiada tara

Walau dua gunung ku berikan padamu

Apa yang ada di langit dan di bumi ku persembahkan padamu

Semua itu tiada artinya

Tuk menebus cucuran keringat yang membasahi tubuhmu

Oh… Ayah Bundaku

Apa yang telah kau lakukan


Kan menjadi semangat bagiku

Guna mencapai cita – cita dan anganku

Menuju cakrawala dunia dan akhirat kelak

Ku mohon do’a dan restu darimu dalam menemaniku setiap langkahku

Banjarbaru, 15 Agustus 2008


KETIKA ANUGERAH DATANG

MENYADARKAN KU

Karya : Feny NoorJanah

Kau tau apa yang ku rasa sekarang

Kelam, dingin, dan hampa

Ku hanya bisa meneteskan airmata dari dua bola mata ku

Ku hanya bisa mengerang kesakitan yang tiada tara

Orang-orang Cuma bisa memandang ku dengan rasa iba

Mereka tak tau apa yang menerpa diriku

Oh,,,Tuhan inikah azab yang kau berikan padaku untuk menebus semua dosaku

Jika ia, hamba ikhlas Tuhan…

Kata-kata itu yang ku ucapkan dalam hati kecilku

Tatkala pisau kecil nan bersih mengiris dagingku

Ku pasrahkan hidup dan matiku hanya Padamu

Banyak ilmu yang ku ambil dari anugerah ini

Ku sadar betapa lemahnya hamba ini

Yang berharap kuasa dan keajaiban dari-Mu

Tanjung, 30 Desember 2009


PAGI KU HILANG
Kala pagi datang

Ku tak sadar akan diriku

Kala matahari muncul

Ku tak sadar rantingku tumbuh

Kala hari mulai terik

Ku juga belum sadar dahanku tumbuh

Hingga senja hari

Ku mulai sadar bahwa ku t’lah menjadi pohon

Pohon yang tumbuh ditaman bunga

Pohon yang merasa hening tiada berkawan

Dan tak ada pohon lain yang mau tumbuh di dekatnya

Akankah kasunyian ini menyelimutinya

Hingga senja hilang di pelupuk mata

Karya : Feny N.J

Agung, 22 Juli 2007


AYAH

By ; ita

Malam itu

Saat semuanya terlelap

Saat hanya terdengar suara detak jam

Aku tenggelam

Tenggelam dalam sosok bayangan

Sosok itu begitu perkasa

Begitu kuat

Begitu tegar

Tak bergeming bagai batu karang diterpa ombak

Tak peduuli angin datang

Tak takut badai menggulung

Dia tetap berdiri kokoh

Menjadi pahlawan bagi kami

Ayah..........

Ya, sosok sosk batu karang itu adalah ayahku

Lelaki tangguh dalam hidupku

Yang selalu melindungi kami


Saat fajar mulai menyingsing

Tak kenal lelah ayah banting tulang

Sampai senja datang menjelang

Titik peluh tak kau hiraukan

Hanya demi kami

Terima kasih ayah.......


KERINDUAN

OLEH : ITA

Aku berharap selalu bertahan

Dengan sisa nafas yang menyekap

Aku meminta tidak ada orang tahu

Hanya Kamu dan aku

Aku ingin cerita dengan-Mu

Ingin kutumpahkan semua gundahku

Tentang dosa yang kuselendangkan dengan bangga

Tentang dosa Yang kupamerkan dengan angkuh

Aku sesak.....

Aku ngeri.....

Aku gentar.....

Aku pilu dengan rasa ini

Ya Rabb.....

Aku menyesal

Aku rindu pada-Mu

Ya Rabb....

Pegangi aku

Rengkuh aku

Dengan cinta-Mu yang seluas samudera


Dulu…
By : aMy ahLa

Dulu…

Kau embun dalam pagiku

Pemberi kesejukan

Dikala pagi mulai merayap

Dulu…

Kau mentari dalam siangku

Pemberi kehangatan

Dikala dingin masih memeluk

Dulu…

Kau pelangi dalam hujanku

Pemberi warna

Dikala mendung menyelimuti


Dulu…

Kau bintang dalam malamku

Yang setia temani rembulan

Dikala hening menggerogoti

Dulu…

Ya…itu dulu

Sebelum cinta menjadi bara

Sebelum rindu menjadi batu

“Kenapa hanya dulu ?”

Banjarbaroe, 15 Oktober 2010


Melupakanmu

By : aMy ahLa

Mungkin t’lah tiba saatnya

Ku berhenti berharap

Setetes embun kasih darimu

Riak-riak cinta yang kau miliki

Ku sadari semua t’lah berlalu

Ku harus melupakanmu

Melupakan semua tentang kita

Semua yang t’lah kita lewati bersama

Inilah akhir penantianku

Biarlah semua berakhir

Menjadi sepenggal kisah

Antara kau dan aku . . .

Barabai, 26 November 2006


Rangkaian Kata Terindah untuk Bunda

By : aMy ahLa

Bunda…
Kau umpama mata air dikala dahaga menggelayuti
Pe,mberi kedamaian jiwa
Yang selalu sejukkan hati
Bunda…
Kau laksana pelita ketika gelap mengukungku
Cahaya kehidupan
Yang selalu menerangi langkahku
Bunda…
Kau layaknya selimut saat dingin menyiksaku
Pemberi kehangatan
Yang selalu setia menemaniku
Bunda…
Sahabat dkala duka menghampiri
Sahabat dikala suka menghiasi
Sahabat yang selalu setia menemani hari dan langkahku
Bunda…
Walau kini semua itu tak kunikmati lagi
Kau tetap selalu ada
Ada dalam mimpi dan relung hatiku
Ada bersama cita dan harapku
Bunda…
Wanita tangguh
Pahlawan hati dalam hidupku
Darimu kubelajar arti hidup yang sejati

=Banjarbaroe, 24 September 2010=


Kecantikan Sejati

Wajah nan kemerahan


Lesung pipi mengikat
Bibir indah merekah bak mawar yang mekar
Gigi runcing dan putih berbaris rapi
Hidung mancung terus menantang
Semampai tubuh tegak menjulang
Seputih salju membalut kulitmu
Rambut indah terurai panjang
Memikat semua hati yang memandang
Lalu engkau bangga
Lalu engkau lupa
Memancing dengan ucapanmu
Menggoda dengan lenggokmu
Kau bantu jiwa yang haus
Tuk teguk dan tenggelam dalam nafsunya
Memburu kaum yang lalai
Tuk lupakan hakikat hidupnya
Kau bisikkan nyanyian surga
Dan tenggelamkan mereka dalam neraka
Ingat. . . .
Engkau harus memikul
Engkau harus kuat
Cantik yang memang nampak diluar
Dari dalam haruslah lebih
Lembut budi slalu dinanti
Santun kata yang dicari
Cantik hati yang berarti
Itulah kecantikan sejati
INIKAH SETIA?
Untaian kata penuh makna
Kurangkai dalam bait-bait cinta
Menggapai asa tuk bersama
Meski hamparan jarak siap menantang kita
Kuukir namamu di dalam hati
Tempat terjaga yang takkan pernah terusik
Meski angin khianat datang berbisik
Bibit setia kutanam dalam-dalam
Dengan tekun selalu kusiram
Tumbuhlah cinta yang mendalam
Janji setia kan selalu kugenggam
Inikah setia?
Siap berdiri tegak
Di tengah aroma nikmat yang menggoda
Siap berdiri teguh
Walaupun kepercayaan hampir runtuh
Siap berdiri kokoh
Meski jiwa tengah bergejolak dan rapuh
Inikah setia?
Tetap bertahan di tengah gelombang yang mematikan
Tetap tersenyum di antara tangisan
Inilah setia. . . .
Saat ku mulai bisa
Menerima dia apa adanya
September 2010
Curahan hati: Santi Sartika
SURGAKU DI KAKIMU, IBU

Dialah sosok yang mulia


Kata-katanya adalah panjatan doa
Airmatanya adalah cinta
Senyumannya adalah gelombang berkah
Ibu
Tak cukup tinta untuk menuliskan kasih sayangmu
Hangatnya mentaripun tak mampu gantikan hangatnya pelukanmu
tak perlu kuucapkan berapa besar jasamu
dari mana dan sampai kemana
dari kapan dan sampai kapan, kasih sayangmu
semua tau, alam bersaksi
kaulah malaikat penolongku
Ibu, terlalu besar perjuanganmu
Kesabaranlah keutamaanmu
Kau bawa beban berat dalam perutmu
Ketika berdiri sakitlah pinggangmu
Ketika berduduk sesaklah nafasmu
Tapi itu tak pernah buatmu ragu
Ibu
Kau gadaikan nyawa, demi anakmu ini
Habis usiamu tergerus harapan untuk lukiskan senyuman bahagia
Kau enggan pergi, sebelum bola mataku tenggelam
Dalam mimpi
Ibu
Asing rasanya telinga ini dengan keluhmu
Tak kenalkah ibu dengan rasa lelah?
Malu aku menghitung berapa kali permintaanku yang memberatkanmu
Tapi, kau lakukan itu dengan ringan
Takut rasanya aku mengingat berapa kali aku menyakitimu
Namun, hamparan maaf menantiku

Ibu
Jika kau tengah terluka
Izinkan aku menutupnya dengan perilakuku
Jika kau tengah menangis
Perkenankan tangan ini menghapus air matamu
Jika kau tengah bahagia
Ajaklah aku turut merasakan kebahagiaanmu
Ibu
Sungguh,
Tak cukup lautan membasuh peluhmu
Tak cukup purnama menemani lelapmu
Ku kayuh sampan kecil ini
Tuk membawamu pergi selalu bersamaku
Ibu
Firdauslah hadiah terbaik untukmu
Rangkaian doa terpancar selalu untukmu
Rahmat-Nya melimpah bersamamu
Ibu, aku ingin sepertimu
Ibu
Sungguh pantas
Penghargaan Allah untukmu
Surga yang suci
Mengalir di sela kakimu
IBU

Sinar pagi yang cerah

Menampakansemangat kasih mu

Yang selalu ada mengiringi perjalanan hidup ku

Kau seperti air dari surga

Yang selalu memberikan kesejukan

Kesejukan jiwa dan hati ku

Berikan ketenangan dalam alunan langkah ku

Kau bak pelita dalam gua penerang jiwa ku

Kau penyinar hati penentram jiwa ku

Yang harus selalu ku jaga hingga diakhir bakti mu

Wajah teduhmu penyejuk kalbu

Memberikan semangat juang untuk ku

Mimpimu jadi cita – cita ku

Harapan mu tujuan hidup ku

Disetiap untaian doa ku

Kulantunkan hormat, cinta dan kasih sayang ku

Hanya untuk mu

IBU……………..

Nopember 2010

Nurliani
Mutiara Kasih

Kuhempas luka dibalik tawa

Namun derita tak mampu merakit kata

Kusembunyikan sedih dibalik sapa

Namun jerit turut meneteskan air mata

Reyuh harapan

Pudar impian

Musnah dambaan

Ditelan kekecewaan

Aku salah dalam melangkah

Aku mencintaimu ditanah yang haram

Mengharap cinta yang tak mungkin

Dimana mutiara kasih ku dulu

Yang pernah menghiasi relung hatiku

Kini secercah kenangan membelitku


Dan tak luput dari lakon hidupku

Nyatanya kini kujauhi rasa yng menyiksa

Biarlah air melukis kenanganku di atas batu

Tuk hiasi rumah hidupku

Biar dia indah dan jadi cermin dalam mata

Oktober 2010

Nurliani
TINTA DALAM PENAKU

Hidupku bagaikan sebuah tinta

Mengalir mengikuti irama tangan ketetapan garis takdir – Mu

Mencari mim pi yang hakiki

Menggores setiap langkah demi langkah

Meniti perjalanan hidup

Kadang hitam, kelam, dan kelabu

Dalam gelap malam ku mencari secercah sinar

Untuk menerangi langkah kaki ku

Dipersimpangan jalan aku kehilangan arah

Jati diri ku bagaikan kapal ditengah laut

Terombang – ambing tak tentu arah

Aku tesesat……..

Tersesat dalam menuju pangkuan- Mu

Ajarilah aku dalam bahasa firman- Mu

Agar aku dapat mengalir dengan warna yang baru

Yang melambangkan keteduhan kalbu

Dalam mencari ridho- MU

Oktober 2010

Nurliani
PENARI
Bila penari meliuk takluk gelombang nada

Memejam mata menutup bicara

Terentang dengan naluri mengembara

Menyusuri padang gelap dan kabut senja

Pasrah terengah...

Oleh gerak sayu yang tak bisa terhenti

Penari itu bersandiwara

Berontak oleh kosongnya diri

Lewat lincah

Juga senyum menggantung manja

agar tak kecewakan kupu-kupu

juga selendang yang tergantung di bahu

Penari itu lelah

Terpasung dalam gravitasi waktu

Tercebur dalam kubang tak ada tepi

Bergelut

Agar tetap hidup di atas bumi

Penari itu cemas

Oleh hari yang mulai renta

Dan kupu-kupu yang tak lagi suka

juga selendang yang tak lagi menggantung lincah

Mungkin sandiwara itu harusnya usai

Tapi pasung dan kubang itu membuatnya tetap terjaga

Menempanya hingga waktu tak terkira


Di balik jeritan layar

Dan rintihan yang tak berkesudahan

Penari itu penari itu

Masih ada

dengan warna dan ujud beda

Banjarbaru,Nopember 2010

Asri Fatimah
Surau Tua di Sudut Kota

Sedikit asa yang tersisa

Dan sepercik semburat kepedihan

Membuatku mengerti

Betapa menjulangnya arti lara

Mendekam di balik tirai duka

Yang pucat tak berwarna

Menggapai-gapai derai haapan

Yang angkuh membusungkan dada

Lalu dia berkata

‘Siapa yang kan menolongmu?

Terhenyak...

Lalu rentetan gelombang audiosonik

Mengusik ilusi mengapung mengembara

Mengalun-alun di daun telinga

Tanpa makna

Entah apa maksudnya

Suara bisu itu lalu mengalun

Mengumandangkan bunyi kedamaian

Dari surau tua di sudut kota

Banjarbaru, Oktober 2010

ASRI
Aku Masih Manusia

Aku masih manusia

Jangan kau harap aku jadi dewa

Miliki godam seperti bima

Menjadi tangguh dan perkasa

Aku masih manusia

Masih punya asa dan rasa

Atas sepinya rindu dan perihnya kecewa

Juga atas hianat yang kau lakukan...

Aku bukan batu

Tapi ku tak merintih dalam peluk munafikmu

Tak meraung terhimpit ganas tuturmu

Tak meronta dalam cengkeraman ilusi semu

Yang mulai kau bangun dalam pusaran ambisi

Ditambah rasa percaya yang dulu kumiliki

Aku masih manusia

Sendiri di tengah gundukan batu

Tertimbun hingga batang leherku

Uph...jika kubergerak sedikit saja


Batu-batumu itu akan menggilas kepalaku

Selamat!! Ambisimu akan tercapai jua

Banjarbaru, Oktober 2010

ASRI
Peringatan
Di setiap helaan nafas
Sebenarnya tersimpan suatu rasa
Rasa rindu kepada-Nya
Di dalam jiwa dan raga manusia
Tak habis-habisnya mereka menyebut nama Tuhannya
Tapi???
mengapa dalam kesedihan
mereka sering menyalahkan Tuhan!
Mengapa!!!!
padahal disaat dia senang,lupa!
Dengan semua anugerah-Nya
Bagai air susu dari Ibunda
Yang tak terbalaskan dengan apapun
Begitu pula dengan Tuhan kita . . .
Tak memberikan banyak tuntutan,
hanya:
"BERIMAN DAN BERTAQWALAH WAHAI MANUSIA"
By: Aulia Azizah

Banjarbaru, 11 November 2010

Coretan Kalbuku
Kupersembahkan.....
Coretan pena untuk Ibunda tercinta;

Embun hati bagaikan bintang dan bulan


Takkan terpisahkan...
Kasih dan sayang kau curahkan....
Sebagai tanda kesetiaan....

Sakit yang kurasakan...


Akan hilang dalam sekejap
Belianmu... Cintamu...dan
Ketulusanmu
Selalu kurasakan dalam jurang kalbuku

Sentuhan telapak tanganmu...


Seraya embun yang menetes dari dedaunan
Kesabaranmu bagai lautan yang luas
Yang kan menghiasi hidupmu dan,...,
melindungi buah hatimu...

Bunda......
Sesungguhnya cintamu takkan lepas dari benakku
Hingga ajal menjemput
Cintamu kan menyertai..
Perginya nyawaku....
By: Aulia Azizah

Banjarbaru, 11 November 2010

JANGAN TINGGALKAN AKU

Ketika gelisah menghampiri

Ketika rasa rindu menyergap hati

Ketika tiada keinginan selain bertemu..

Maka….

Ku bulatkan tekadku

Ku ambil air wudhu dan ku mulai shalatku

Ku tumpahkan segala rasa yang menyesakkan dadaku…

Sungguh…

Ku ingin memastikan bahwa kau akan terus bersamaku,

Menjagaku, memperhatikan dan mengawasiku..

Karena ku tau tiada yang seperti diri-Mu

Oh Tuhan….

Ku ingin kau ada untukku…

Selalu !
BUNDAKU

Bunda….

Rinduku padamu tak terbendung lagi

Ku ingin mencurahkan segala rasa dan asa yang ada di hatiku padamu

Ada banyak cerita yang ingin ku bagi bersamamu

Hidup ini terasa hampa tanpa belai kasihmu..

Bunda….

Seandainya mampu ku putar ulang waktu

Ku ingin menghabiskan hari-hariku besamamu

Menikmati belai kasihmu

Serta nasehat-nasehat bermakna darimu

Bunda….

Bolehkah ku iri pada mereka?

Yang masih mempunyai ayah dan bunda

Yang penuh kasih saying dan cinta

Pintaku ya Allah….

Sayangi bundaku,

Berikan dia ganjaran syurga

Dan bantu aku tuk melakukan yang terbaik untuk bundaku

Serta mendapatkan yang terbaik dari-Mu…


DERITA INI BUKAN MILIKMU

Jika dunia sedang tak ramah padamu

Dan sekeliling Nampak acuh padamu

Jika hari-hari yang kau lalui terasa berat

Dan penderitaan terasa pedih menjerat

Jika kini kau merasa terpuruk dan terjatuh

Ini bukan saat tuk kau menangis dan sesali

Ketauhilah kawan, derita ini bukan milikmu

Walau jauh dari harapan, kau harus hadapi ini dengan senyuman

Ketauhilah kawan, roda kehidupan kan selalu berputar

Ketauhilah Tuhan itu nyata,

Harapan itu ada

Kebahagian kan selalu terbit dari hati hambaNya yang bersyukur

Maka, percayalah kawan…

Kasih sayang Tuhan kan selalu ada disetiap hembus nafas dan detak jantungmu…
AKU ALPA TUHAN…
Lelah tak pernah berujung…

Bagai busur panah… yang selalu melesatkan anaknya

Menghujam tiada henti dipergantian hari

Tidak setajam tusukan duri mawar…

Tapi perihnya… lebih dari sayatan sembilu !

Mengeluh itu Dosa !

Tapi aku bisa apa Tuhan,,,,??

Aku lemah seperti Adam yang terlena buah khuldi

Aku menyerah seperti Yunus yang meninggalkan kaumnya

Tak jua seperti Yusuf…yang sanggup menolak godaan Zulaikha

Yahhhh…

Aku lemah memang

Kelemahan tak bertepi

Justru semakin berakar

Akar yang tumbuhkanku pada pohon penyesalan

Sesal akan keluhan tak terjawab

Sesal pada semua khilaf yang kubuat

Tak terlihat memang

Tapi noda itu nyata

Aku alpa Tuhan…..

Khaliq ku

Jika masih ada waktu

Izinkan aku kembali padaMu

Lurus pada koridor surgaMu

Kuharap ampunan dariMu

Lewat sajadah doa ini

Fierdaus menunggu…..
IMPIANKU

Bagiku…

Mimpi itu harapan…Bukan khayalan !

Mimpi itu kenyataan…Bukan angan-angan !

Mimpi itu misteri…Tapi begitu dinanti

Bukan seperti punguk merindukan bulan

Bukan pula mengharap durian runtuh

Atau….

Penuh semangat ingin menjelajahi dunia

Apalagi sampai harus pergi ke Roma…

Itu terlalu tinggi kawan !

Bagiku…

Mimpiku, mimpimu

Mimpiku mungkin tak sama denganmu

Mimpiku hanya, Toga…Topi wisuda serta Izajah yang melengkapinya

Mereka semua lah mimpiku

Ku ingin segera menjadi guru

Sosok yang pantas digugu dan ditiru

Mengabdi tulus untuk bangsa dan negeriku

Disini….Di kawah candradimuka

Titian tuk menggapai cita

Tempaan menjadikanku kuat

Nasehat menjadikanku hebat

Sahabat buatku semangat

Harapan kelak suatu saat

Menggapai pilihan hidup tepat

Guru…sang penyampai amanat !


Dipersembahkan untuk pangeran hatiku...

RINDU

Rindu...

Jika ini rindu...ku biarkan dia menyatu...

Jika ini rindu...ku biarkan ia membiru

Ku mau rindu tak membelenggu..

Ku mau rindu tak menyerang batinku..

Aku rindu padamu..

Diantara tebing cintamu yang mengelilingiku...

Ku harap rindu ini tak membeku..

Tak pula menyeretku..

Aku merindumu di antara lengkingan-lengkingan waktu...

Berpayung rinai-rinai kasih sayang tulusmu..

Ku hantarkan rindu ini lewat malam dambamu...

Sabarlah kau menunggu...

Rinduku kusampaikan hanya untukmu..

Banjarbaru, 15 Oktober 2010


` Laila fitriani

SUARA

Suara indah itu masih menari-nari di telingaku

Tangan ini pun terbuai talu bertalu mengiringinya

Indah...angkasa raya terbuai

Merayu semilir angin...

Menyanyi tetesan embun

Mengiring indah suara itu

Malu-malu telinga ini mengintip disetiap langkah-langkah syair darinya

Samudra bergetar...

Atlantik mencair...

Pulaupun membelah

Hanyut larut mendayu Qalbu mendengar indahnya

Aku semakin jatuh...jatuh...jatuh ke dalam indah suaranya

Aku jatuh cinta pada suara itu

Ahh....tapi maaf aku hanya jatuh cinta pada suaranya bukan dirinya...

Laila Fitriani

Ayah

Setiap pagi..suara bijak itu bersenandung


Bangun...bangun...

Membangunkan anak-anak manjanya tuk bersujud pada Rabbnya..

Duhai ayah...

Anak manja ini sering berpaling

Kadang melupa akan teduhnya hatimu..

Kadang melupa akan benarnya ucapmu..

Anak manja ini kadang membuat kau menyunggingkan senyum teduhmu..

Tapi...anak manja ni tak jarang buat buat rinai di matamu..

Maaf...maaf kan anak manjamu...

Maaf...ayahku...

Laila Pitriani

Banjarbaru, 9 Oktober 20
DENGAN SEDERHANA

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana


Hanya menghadir di sisi sepenggalan senja
Untuk menyibak awal tirai malam yang mulai menjelaga

Aku ingin mengasihi mu dengan apa ada nya


Bukan menghadirkan puncak gunung emas zaman negeri saba’
Bukan menyembahkankan sisi pualam kemilau intan permata

Aku Ingin menyayangimu dengan biasa


Melindungimu tanpa perlu sapuan ucap semanis madu
Membantumu menuntun pijakan hidup tanpa sepenggal pamrih

Mungkin kisah cinta ini tak seelok kisah rama shinta


Mungkin kisah cinta kita tak seagung kisah dewi drupadi di mahabarata
Cinta ini hanya getaran lirih di sisi rerumputan
Yang mengambang tersentuh semilir angin yang bersahutan

Tak perlulah hujaman rasa itu menggelora hingga sisi samudera


Tak perlu juga kabar itu menggema hingga ke ujung tepian angkasa

Maka biarkan kita berdua duduk terdiam merasa


Menggapai makna cinta lewat sabar menanti lambaian kebahagiaan
Karena hanya lewat keheningan
Kesederhanaan itu meresap di sisi keteguhan jiwa

By. LF
Banjarbaru, Oktober 2010

Malam

Sunyi……

Hening….

Hanya dunia mimpi indah tanpa adanya balutan masalah

Ku terusik, terbangun dari kelana yang terasa bagai sedetik

Kurasakan kelamnya malam

Kubangkit, berusaha melawan dinginnya malam

Yang berusaha membujuk tuk kembali keindahnya dunia fantasi

Membujuk diri keluar dari ketakutan diri

Akan hal-hal fiktif yang selalu menghantui

Mengajak diri tuk berteman degan tetes-tetes dingin yang menusuk tulang

Dengan harapan sedalam lautan

Sang Pencipta bersedia menengok hambanya yang penuh dosa

Dengan impian seindah rembulan

Sang Pencipta bersedia mendengar doa hamba bagi sang bunda


Banjarbaru, Oktober 2010

Teman

Teman……

Betapa hebatnya kita

Selalu tertawa, bertengkar, dan menangis bersama

Selalu memuji dan mengkritik bersama

Saat paling terang kalian terus disamping

Memeluk dengan ucapan bangga yang tak pernah berhenti keluar dari bibir

Saat tergelap kalian ada disamping

Terus merangkul dengan dukungan yag tak pernah berhenti mengalir

Teman…….

Kalian seperti matahari yang setia pada paginya

Seperti bintang yang setia pada malamnya

Selalu ada saat gundah melanda

Selalu hadir saat bibir tak lagi bisa mengucap kata

Dan terganti dengan tetes air mata

Teman……

Kita lebih dari saudara

Kita bagai tubuh dengan satu jantung

Terima kasih teman

Untuk kehadiranmu yang tak pernah alpa


Pernikahan
Pernikahan menyingkap tabir rahasia
Sarana mencampakkan rasa dalam hentak kata cinta
Tempat memadu kasih sayang di antara dua jenis manusia
Peristiwa yang diharapkan untuk menjaga kesucian fitrahnya
Pernikahan itu bahtera baru
Yang menuju rumah tangga samara
Pernikahan itu adalah ibadah sunnah
Suatu mitsaqan ghalizani bagi manusia
Dimana malaikat bersayap mengantar janji kepada Ilahi
Ikatan suci.......
Kehidupan dua insan bersenyawa padu
Damai..............
Dalam alunan dan rangkaian ikrar suci
Pernikahan bagai sarana tarbiyah dan ladang dakwah
Pernikahan itu adalah wadah terciptanya generasi robbani
Penerus perjuangan, menegakkan ajaran Allah
Kini dengan pernikahan
Terciptalah bingkai yang suci dan halal
Tempat bermuaranya cinta
Berlabuhnya kehidupan
Dan inilah puncak segala kenikmatan cinta
Menyinta dan memilih hidup bersama
Berjanji untuk mengasihi dan saling setia
Berbagi hidup dalam suka maupun duka

(Norlatifah, Banjarbaru 22 Oktober 10)


Samara : Sakinah, Mawaddah, dan Rahmah
Mitsaqan Ghalizan : Perjanjian yang sangat kuat
Tarbiyah : Pendidikan

Wanita Sholehah
Wanita sholehah adalah keindahan dunia
Ibarat perhiasan yang tak ternilai harganya
Wanita sholehah adalah bidadari syurga yang hadir di dunia
Yang slalu menampakkan kemuliaannya
Ia mencintai Rabbnya.....
Ia menyayangi Rasulnya......
Ia menjaga Agamanya......
Wanita sholehah akan menjadi sumber kekuatan dunia
Ia adalah taman indah nan penuh pesona
Perkataannya yang lembut bak menyejukkan kalbu slalu
terngiang
Senyumnya yang tulus kan slalu dinanti
Wajahnya yang teduh kan slalu dikenang
Air mukanya yang jernih kan slalu dirindu
Cinta kan tenggelam dalam samudra hatinya
Cinta kan datang atas kebaikan dan kebagusan akhlaknya
Disaat gemerlap dunia kian menerpa
Allah meletakkan cahaya di atas faraznya
Menyejukkan mata bagi orang-orang di sekitarnya
Dia penuh cinta, kelembutan,kasih sayang, dan
kerinduan
Ingin rasanya ku jadi wanita sholehah
Yang mampu membuat orang tersenyum
Yang slalu memancarkan keindahan budi pekerti
Yang ingin menyemburkan kebeningan di wajah
lewat tatapan mata
Yang slalu dipandang dengan penuh kekaguman dan
pesona
Kini kan ku daki tangga keistimewaan itu
Dan ku jadikan simbol hidupku
Amin......
(Norlatifah, Banjarbaru 22 Oktober 10)
Puisi
Puisi itu indah
Seperti karya Arsyad Indraji, Taufik Ismail, Chairil Anwar, dan sastrawan
lainnya
Puisi itu hasil sulingan kata-kata
Yang menjadi gerbang menuju makna
Dua puluh enam huruf membangun kata dan kalimat
Dapat menyampaikan maksud dan makna dalam jiwa
Permainan puisi adalah kata
Puisi itu mungkin khayalan
Mungkin juga tiruan dari sebuah kenyataan
Kejadian yang pernah terjadi
Penuh bumbu oleh pengalaman penyair
Puisi itu diungkapkan dengan pikiran dan perasaan
Keduanya tidak bisa saling dipisahkan
Puisi dihiasi dengan sikap penyair, pandangan hidupnya,
kedewasaannya, dan entah apa lagi.......
Ada yang mengatakan puisi itu membuka jalan ke masa depan bahasa
Puisi itu pasti bernilai dan bermakna bagi kehidupan
Tapi terkadang hanya penulisnya saja yang mengerti maknanya
Butuh otak dan pikiran yang harus dikuras
Apa karena bahasanya yang mendramatisir ??
Atau kalimatnya yang penuh arti ??
Entahlah..............
Namun puisi yang sekedar berindah-indah tapi kopong makna
Mungkin hanya jadi deretan kalimat yang basi
Puisi adalah curahan hati, mengungkap pengalaman pribadi
Banyak pesan yang tersirat di dalamnya
Ketika sedih mungkin kita buat puisi
Ketika bete mungkin kita buat puisi
Ketika putus asa, riang, gembira, rindu, atau kasmaran
Mungkin kita buat puisi
Jika puisi itu memuaskan jiwamu
Jika puisi itu membahagiakanmu
Maka tulislah puisi itu........
(Norlatifah, Banjarbaru 22 Oktober 10)
PENYESALAN
Benci aku menatapmu

Hina aku mengagumimu

Pedih aku melihatmu

Luka aku menyukaimu

Muak aku dengan kata-katamu

Jengkel aku dengan sikapmu

Bosan aku dengan senyummu

Sakit aku dengan perlakuanmu

Resah aku dengan dustamu

Jenuh aku mendengar manisnya kata-katamu

Sedih wajahku karnamu

Sepi hidupku karnamu

Buta penglihatanku karnamu

Buntu jalanku karnamu

Gelap pandanganku karnamu

Gersang hidupku karnamu

Gagal harapanku karnamu

Hilang bahagiaku karnamu


Kau musuh bagiku

Sirna sudah kebahagiannku

Mimpi-mimpi indahku Bagai bunga yang telah layu

Kini ku terpaku ku merenungi penyesalanku

Beginikah akhirnya kisahku?

Kini Ku coba tuk menulis kisah

Diantara bintang dan rembulan yang berpelukan malam

Gelap gulita tanpa sirnamu

Biarlah menjauh

Biar biar biar

Biar ku trima nasibku ini

Kini berlinanglah air mataku

Aku gadis yang malang

Oh Tuhan tunjukkanlah jalanMu

Agarku terbebas dari rasa itu dan tabah menjalani


cobaanMu

Hanya iman di dada yang berikan kekuatanku

(Norlatifah, Banjarbaru 5 Oktober 2010)


BENCANA
Hitam pekat

Panas

Menyelimuti pandangan itu

Muntahan abu gunung itu makin luas

Luncuran awan panas semakin cepat

Dia merenggut nyawa saudaraku

Dia menghancurkan Indonesiaku

Dia mengubah senyum dengan air mata

Kini tangisan mulai terlihat

Indonesia kembali dilanda ketakutan

Indonesia kembali hancur

Negeri ini jadi negeri air mata

Kini tangisan mulai terlihat

Indonesia kembali dilanda ketakutan

Indonesia kembali hancur

Negeri ini jadi negeri air mata

Bencana, bencana, dan bencana

Tak henti-hentinya menggoreskan duka dan luka

Puing-puing derita semakin menyeruak di dunia

Dengarlah jeritan saudara kita

Dengarlah tangisan saudara kita


Ratusan jiwa pergi mendahului kita

Kita semua bersaudara

Luka mereka luka kita semua

Duka mereka duka kita semua

Air mata jadikanlah permata

Kesedihan jadikanlah senyuman

Kini hati telah lusuh

Jiwa tak mampu lagi menahan duka dan resah

Merenggut semua detak jantung dan dada

Apakah ini cobaan ?

Peringatan ?

Teguran ?

Atau Azab Tuhan ?

Fikirkanlah……….

Hanya kepadaNya

Merendah dan berserah

Karena Dia tahu semua segera berakhir

Hanya dia harapan kita

(Banjarbaru, 29 Oktober 2010)


IBU

Engkau laksana pelita hati


Terangi siang dan malamku
Tiada henti,
Pancarkan sinar ketulusanmu
Demi aku yang kadang lupa
Kadang khilaf
Kadang mengecewakanmu
Tak sedikitpun kau redupkan cahaya kasihmu
Kini yang kulihat
Wajah keriput yang penuh lelah
Yang semakin renta dimakan usia
Kapan lagi kubalas semua jasa-jasamu
Ya Allah
Jangan kau ambil cahayaku
Sebelum
Aku membalas segala budinya

Banjarbaru, 8 Oktober 2010


Nurul Azizah
Tuhan

Dinginnya malam merasuk tulang


Membuatku tak ingin bangun dari tidurku
Nikmat rasanya saat kutarik selimutku
Kusadari piciknya aku
Lebih mementingkan nuraniku
Terbuai dalam nikmatnya malam
Tanpa ingat akan diri-Nya
Yang selalu member nikmat yang berlimpah
Yang selalu menjaga dan menyayangiku
Kubuka selimutku
Kupaksa bangkitkan tubuhku
Kurasakan dinginnya air basahi mukaku
Alangkah nikmatnya tiap tetesan air
Sejuk segarkanku
Kubersujud padaMu
Tundukan muka dipangkuanMu
Ya Allah maafkan hamba yang selalu lupa
Yang selalu khilaf
Ya Allah ampunilah dosa-dosaku

Banjarbaru, 15 Oktober 2010


Nurul Azizah
HUJAN

Disaat pagi datang


Awan kelam menyelimuti langit
Desir angin menyapu dedaunan
Dinginpun datang menghampiri
Seketika itu denting ramai berdenting
Seirama dijatuhi butiran hujan
Teduhkan hati yang gundah
Ramaikan suasana pagi
Hujan ingatkan aku tentang satu rindu
Dimasa yang lalu saat mimpi indah bersamamu
Kenangan itu hadir saat hujan dating
Menceritakan kembali arti hadirmu

Banjarbaru, 29 Oktober 2010


Nurul Azizah
Petuah hidup
By Ranto Yunawan

Aku sering bahagia daripada sedih


Aku tak rela kehidupanku
Semakin terpuruk
Aku ingin bangkit dari lamunanku
Dan aku akan mencari jalan
Saat aku mendapat kebahagian
Tak lupa aku bersyukur kepadaNya
Begitupun sebaliknya
Teman……………….hidup ini hanya
Semenntara
Lambat laun kita akan musnah
Ditelan zaman
Maka dari itu kita harus selalu bahagia
dan ingatlah teman ……………..
“Ajal akan datang secara tiba-tiba”.
Banjarbaru, 16 November 2010

Sesalku
Setelah hari bergulir semua peristiwa pasti ada batasnya

Tapi sering aku merasa sedih, takut kehilangan kenangan itu

Tapi kadang aku berpikir . . . . .

Untuk apa hal-hal seperti itu

Namun hal itu mengapa tak bisa lepas dari anganku?

Hatiku terasa terguncang, ketika harus melupakannya

karena bunga nan indah terpampang mantap di depan mata ini

Haruskah ku terima bunga itu?

ya walau ku tahu sekali ku buang,

kesempatan mungkin tak datang dua kali

By: Ranto Yunawan


Banjarbaru, 20 November 2010
Banjarbaru, 15 Oktober 2010

“TANYA AKHIR CERITA”

Diam…

Pikiranku melayang

Logikaku terbungkam

Semua terasa dikekang

Ku bingung

Ku capek

Ku letih dengan semua ini

Ku berjalan terus maju

Tapi kau ada didepanku

Ku mundurkan langkahku

Namun kau sudah dibelakangku

Ku duduk melepas penatku

Tapi kenapa selalu ada kamu ?

Ku bangkit…

Ku lari ke gunung

Tapi kau sudah dipuncaknya

Ku berjalan ke laut

Tapi kau sudah didermaganya

Hah…

Lelah mulai menghinggapi rasa

Ku hanya diam dan bertanya-tanya

Bagaimanakah nanti akhir ceritanya ?


Wahyu Setyo Agustina

Banjarbaru, 22 oktober 2010

“KABUT ASA”

Jauh sudah jalan ku telusuri

Banyak sudah cerita ku deskripsi

Beribu jiwa ku temui

Menanti asa yang tak pasti

Bidadari senja pemberi warna

Pengukir pelangi yang tak kan terlupa

Sosok bayangan penggores luka

Memaknai indahnya semesta cinta

Tanya hati memaksa diri

Tuk mencari dan terus mencari

Mencari rasa keraguan hati

Mencari rasa yang tak pernah ku mengerti

Asa ku semakin tinggi

Membuat langkahku tak bisa berhenti

Walaupun kabut menyelimuti

Harapku…

Ini bukan sekedar mimpi

Wahyu Setyo Agustina


Banjarbaru, 05 Nopember 2010

“BIMBANG”

Hening hati bercampur pilu

Meenguak kisah tak terencana

Terbesit nama dalam doa

Memecah asa yang tertunda

Sepotong rasa dalam doa

Mengusik mimpi tanpa makna

Mengganti angan yang bertahta

Hatiku ragu…

Logikaku goyah…

Arah mana yang harus ku ikuti

Jalan mana yang harus ku lalui

Haruskah ku bertahan dalam mimpi ?

Atau bangun dengan hari yang tak ku nanti…

Wahyu Setyo Agustina


Banjarbaru, 18 Nopember 2010

“TAK PASTI”

Resah hati tak menentu

Harap kelabu menjadi biru

Ku tak tau apa yang ku pikirkan

Ku tak mengerti apa yang ku rasakan

Yang pasti Ku bosan dengan smua ini

Aku benci…………..

Lelah sudah aku menahan

Cukup sudah aku menunggu

Tapi jawabannya tetap sama

Tak pasti

Wahyu Setyo Agustina


IBU

Kau bagai pelita di kelam malam

Bak mentari di ufuk timur

Ketabahan dan kesabaranmu

Menjadikan kau sosok yang paling berharga di dunia ini

Tak akan pernah ku biarkan

Buliran air mata menetes di pipi cekungmu

Ketika kau harus merelakan

Tubuh langsingmu menjelma besar setelah melahirkanku

Bahu dan tangan yang kokoh menjadi tangan yang lemah

Hanya untuk menggendong dan menuntunku

Tubuh yang kuat berubah ringkih saat kau berusaha menopangku

Dunia beserta isinya tak sebanding dengan

Ketulusan, ketabahan dan kesabaranmu merawatku

Tak sekalipun lelah kau menyayangiku

Walau kadang sikap nakalku yang kau dapat

Kini usia mulai menggerogotimu

Cekung dan tirus wajahmu karenaku

Mereka bilang sekarang kau tidak cantik

Tapi bagiku kaulah

Wanita tercantik dan terindah yang kumiliki

IBU
BINTANG

Hembusan angin malam itu

Hantarkan sejuk di tubuh ringkihku

Sunyi senyap tak berbintang

Kala sang surya kembali ke peraduannya

Hening, kelam, mencekam

Tak tahu jalan tuk temukan sebersit cahaya

Cahay hidup yang terangi pekatnya hati

Tak pernah q sadari langit tak berbintang sekelam ini

Menatap diriku pun aku tak mampu

Tuhan, satu pintaku padaMu

Hadirkan bintang tuk malam kelam nan mencekam

Agar malam tak pernah merasa sendiri

Temani hati yang sedang lara


AYAH

Bak seonggok debu di padang sahara

Semua terkumpul dan menyatu

Menjalani hari dengan sosokmu

Merenda mimpi dengan bayangmu

Aku tak ingin hari ini berlalu bagai angin

Kurasakan slalu tanpa pernah terlihat mata

Saat aku jauh darimu

Hati ini menderu bak deburan ombak di lautan

Bayangmu selalu hadir di setiap lakuku

Ingin ku kau selalu temani aku

Saat aku berjuang wujudkan mimpi dan citaku

Namun, aku harus tuk gapai harapanmu padaku

Satu tekad membaja dalam dadaku

Tak akan pulang dengan kegagalan

AYAH, itulah janjiku kepadamu

Anda mungkin juga menyukai