Bimbingan Konseling
Disusun Oleh:
Afdah A1E3079
2009
JENIS LAYANAN DAN KEGIATAN BIMBINGAN KONSELING
A. Layanan Orientasi
Layanan orientasi adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk
memperkenalkan siswa baru dan atau seseorang terhadap lingkungan yang baru
dimasukinya.
1. Layanan Orientasi di sekolah
Bagi siswa ketidakkenalan atau ketidaktahuannya terhadap lingkungan
lembaga pendidikan (sekolah) yang di sekolah baru dimasukinya itu dapat
mempertlambat proses belajarnya kelak.
Allan & McKean (1984) menegaskan bahwa tanpa program-program
orientasi, periode penyesuaina untuk sebagian siswa berlangsung kira-kira tiga
atau empat bulan. Penelitian Allan & McKean menunjukkan beberapa hal
yang perlu mendapat perhatian , yaitu :
a. Program orientasi yang efektif mempercepat proses adaptasi dan juga
memberikan kemudahan untuk mengembangkan kemampuan memecahkan
masalah.
b. Murid-murid yang mengalami masalah penyesuaian ternyata kurang
berhasil di sekolah.
c. Anak-anak dari kelas social ekonomi yang rendah memerlukan waktu yang
lebih lama untuk menyesuaikan diri daripada anak-anak dari kelas sosio
ekonomi yang tinggi.
Individu yang memasuki lingkungan baru perlu segera dan secepat
mungking memahami lingkungan barunya itu. Hal-hal yang perlu diketahui
itu pada garis besarnya adalah keadaan lingkungan fisik, materi dan kondisi
kegitan, peraturan dan berbagai ketentuan lainnya, jenis personal yang ada,
tugas masing-masingdan saling hubungan antara mereka.
Untuk lingkungan sekolah misalnya, materi orientasi yang mendapat
penekanan adalah :
a. Sistem penyelenggaraan pendidikan pada umumnya
b. Kurikulum yang ada
c. Penyelenggaraan pengajaran
d. Kegiatan belajar siswa yang diharapkan \
e. System penilaia, ujian dan kenaikan kelas
f. Fasilitas dan sumber belajar yang ada
g. Fasilitas penunjang
h. Staf pengajar dan tata usaha
i. Hak dan kewajiban siswa
j. Organisasi siswa
k. Organisasi orang tua siswa
l. Organisasi sekolah secara menyeluruh
2. Metode Layanan Orientasi sekolah
Keluasan dan kedalaman masing-masing pokok materi di atas yang
disampaikan kepada siswa di sesuaikan dengan jenjang sekolah dan tingkat
perkembangan anak. Untuk anak-anak yang baru memasuki kelas 1 SD ,
pokok-pokok materi itu sebaiknya disampaikan kepada orang tua murid.
Untuk anak-anak yang segera akan memasuki SLTP, Allen & McKean
menyarankan kegiatan :
a. Kunjungan ke SD pemasok
b. Kunjungan ke SLTP pemesan
c. Pertemuan dengan orang tua
d. Staf konselor bertemu dengan guru membicarakan siswa-siswa baru
e. Mengunjungi kelas
f. Memanfaatkan siswa senior
3. Layanan Orientasi di Luar Sekolah
Cara penyajian orientasi di luar sekolah sangat tergantung pada jenis orientasi
yang diperlakukan dan siapa yang memerlukannya.
B. Layanan Informasi
Secara umum, bersama dengan layanan orientasi bermaksud memberikan
pemahaman kepada individu-individu yang berkepentingan tentang berbagai hal
yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan, atau untuk
menentukan arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki.
Ada tiga alasan utama mengapa pemberian informasi perlu diselenggarakan :
a) Membekali individu dengan berbagai pengetahuan tentang lingkungan yang
diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi berkenaan dengan
lingkunga sekitar, pendidikan, jabatan, maupun social budaya.
b) Memungkinkan individu dapat menentukan arah hidupnya kemana dia ingin
pergi.
c) Setiap individu adalah unik, keunikan itu akan membawakan pola-pola
pengambilan keputusan dan bertindak.
1. Jenis-jenis Informasi
a. Informasi Pendidikan
Norrish, Hatch, Engelkas & Winborn (1977) menekankan bahwa
informasi pendidikan meliputi data dan kekurangan yang sahih dan
berguna tentang kesempatan dan syarat-syarat berkenaan dengan
berbagai jenis pendidikan yang ada sekarang dan yang akan dating.
Informasi pendidikan dan pelatihan perlu disebarluaskan kepada
anggota masyarakat untuk semua umur, khususnya bagi yang masih
menduduki bangku pendidikan formal. Mereka perlu
mengidentifikasi tingkat-tingkat informasi pendidikan. Jenis-jenis
informasi pada setiap tingkat adalah sebagai berikut :
- Pertama kali masuk sekolah
- Memasuki SLTP
- Memasuki SMA
- Memasuki Perguruan Tinggi
b. Informasi Jabatan
Informasi jabatan/pekerjaan yang baik sekurang-kurangnya memuat
hal-hal sebagai berikut :
1. Struktur dan kelompok-kelompok jabatan
2. Uraian tugas masing-masing jabatan/pekerjaan
3. Kualifikasi tenaga yang diperlukan untuk masing-masing jabatan
4. Cara-cara atau prosedur penerimaan
5. Kondisi kerja
6. Kesempatan-kesempatan untuk membangun karier
7. Fasilitas penunjang untuk kesejahteraan pekerjaan.
Tingkat SD
Tingkat SLTP
Tingkat SLTA
Tes hasil belajar adalah suatu alat yang disusun untuk mengungkapkan
sejauh mana siswa telah mencapai tujuan-tujuan ppengajaran yang
ditetapkan sebelumnya. Siswa-siswa dikatakan telah mencapai tujuan
pengajaran apabila ia telah menguasai sebagian besar materi yang
berhubungan dengan tujuan pengajaran yang telah di tetapkan.
Tes Diagnostik
Analisis hasil belajar atau karya merupakan bentuk lain dari tes diagnostic.
Tujuannya sama, yaitu mengungkapkan kesalahan-kesalahan yang di alami
siswa dalam mata poelajaran tertentu. Analisis hasil belajar merupakan
prosedur yang pelaksanaannya diulakukan dengan cara memeriksa secara
langsung materi hasil belajar yang ditampilkan siswa.
2. Upaya Membantu Siswa yang Mengalami Masalah Belajar.
a. Pengajaran Perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan
kepada seorang atau sekelompok siswa yang menghadapi masalah belajar
dengan maksud untuk memperbaiki kesalahan dalam proses dab hasil
belajar. Pengajaran perbaikann sifatnya lebih khusus, karena bahan,
metode dan pelaksanaannya disesuaikan dengan jenis, sifat dan latar
belakang masalah yang dihadapi siswa.
b. Kegiatan Pengayaan
Kegiatan pengayaan diberikan kepada anak yang memiliki kecepatan
yang lebih dalam belajar. Masalah yang akan muncul terletak pada
kemungkinan dampak yang timbul sebagai akibat dari kecepatan belajar
yang tinggi itu. Dampaknya dapat positif atau negative.
c. Peningkatan Motivasi Belajar
Alasan mengapa siswa belajar sangat bersifat subjektif. Alasan itu
merupakan hal-hal yang mendorong (motif siswa) siswa untuk belajar.
Guru konselor dan staf sekolah lainnya berkewajiban membantu siswa
meningkatkan morivasinya dalam belajar dengan :
1. pemahaman masalah
2. analisis sebab-sebab timbulnya masalah.
3. aplikasi mode khusus.
4. evaluasi tindak lanujut.
Pemahaman masalah oleh klien harus benar-benar persis sama dengan
pemahaman konselornya dan objektif sebagaimana adanya masalah itu.
Upaya pemahaman masalah itu biasanya dilakukan denan konseling. Usaha
pemahaman masalah klien biasanya terkait langsung dengan kajian tentang
sumber penyebab masalah itu. Dengan mengkaji sebab-sebab timbulnya
masalah, klien dan konselor memperoleh pemahaman yang lebih lengkap
dan mndalam tentang masalah klien.
Apabila hati dan pikiran klien dapat digugah besarlah harapan kekuatan
yang ada dalam diri klien terbangkitkan untuk mengentaskan masalah yang
dialaminya. Terpahaminya masalah klien dengan nbaik serta tergugahnya
hati dan pikiran klien belum tentu serta mereka membuahkaan hasil
terpecahkannyua masalah. Proses konseling masih perlu dilanjutkan dengan
penerapan metode khusus sesuai dengan rincian masalah dan sumber sumber
penyebabnya.
Kegiatan evaluasi ditujukan untuk menilai kemangkusan proses konseling
pada umumnya dan khususnya untuk melihat sampai berapa jauh masalah
klien terentaskan, dan untuk mengetahui keefektifan metode khusus yang
dipaka. Dua pendekatan penilaian dapat ditempuh , yaitu penilaian dalam
proses dan penilaian pasca proses.
Usaha mencari
bantuan
c. Konseling Elektrik
Konseling direktif dan konseling non-direktif merupakan dua
pendektan yang amat berbeda. Masing-masing berdiri pada dua kutub
yang berlawanan, apabila kutub yang satu ditarik garis kekutub yang lain
maka akan terbentuklah garis kontinum, yaitu garis kontinum konseling
direktif dan non-direktif. Setiap pendekatan atau teori itu mengandung
kekuatan dan kelemahan, dalam kenyataan praktek konselinhg
menunjukkan bahwa tidak semua masalah dapat di entaskan secara baik
hanya dengan satu pendekatan atau teori saja. Ada masalah yang lebih
cocok diatasi dengan pendekatan direktif dan ada pula yang lebih cocok
dengan pendekatan nono-direktif atau dengan teori khusus tertentu.
1. Ciri-Ciri Kelompok
Meskipun suatu kelompok terdiri dari sejumlah orang, tetapi
kelompok bukan sekedar kumpulan sejumlah orang. Sejumlah orang yang,
tetapi kelompok bukan sekedar kumpulan sejumlah orang. Sejumlah orang
yang berkumpul itu baru merupakan “lahan” bagi terbentuknya kelompok.
Beberapa unsure perlu ditambahkan apabila kumpulan sejumlah orang itu
hendak menjadi sebuah kelompok. Unsur-unsur tersebut menyangkut tujuan,
keanggotaan, dan kepemimpinan serta aturan yang diikuti.
Sekumpulan orang akan menjadi kelompok kalau mereka mempunyai tujuan
bersama. Keanggotaan suatu kelompok justru ditentukan oleh keterikatan
individu yang bersangkutan pada tujuan yang dimaksudkan. Dengan
demikian, tanda keanggotaan dalam dalam kelompok adalah rasa
kebersamaan yang diikat dengan tujuan yang satu itu.
Kebersamaan dalam kelompok lebih lanjut diikat dengan adanya pemimoin
kelompokyang bertugas mempersatukan seluruh anggota kelompok, untuk
melakukan kegiatan bersama, untuk mencapai tujuan bersama.
Selanjutnya, kelompok yang sudah memiliki tujuan, anggota dan pemimpin
itu tidaklah lengkap apbila belum memili aturan dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatannya. Suatu kelompok membutuhkan aturan, nilai-nilai, atau
pedoman yang memungkinkan seluruh anggota bertindak dan mengarahkan
diri bagi pencapaian tujuan-tujuan yang mereka kehendaki.
Menurut jumlah anggotanya dikenal adanya kelompok dua( yang terdiri dari
dua orang), kelompok tiga, dan seterusnya; kelompok kecil (beranggota 2-5
orang), kelompoksedang(6 -15 orang), kelompok agak besar (16-25 orang),
kelompokm besar (26 - 40 orang) dan seterusnya sampai dengan kelompok
“raksasa”. Menurut sifat pembentukannya dikenal adanya kelompok primer
(misalnya satuan keluarga) dan kelompok sekunder, yaitu kelompok yang
dibentuk secara sengaja untuk tujuan tujuan tertentu (misalnya kelompok
belajar, kelompok murid dalam satu kelas).
2. Bimbingan Kelompok
3. Konseling Kelompok
Layanan konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan konseling
perorangan yang dilaksanakan di dalam suasana kelompok. Di sana asda
konselor (yang jumlahnya mungkin lebih dari seorang) dan ada klien, yaitu
para anggota kelompok (yang jumlahnya paling kurang dua orang). Di sana
terjadi hubungan konseling dalam suasana yang diusahakan sama seperti
dalam konseling perorangan, yaitu hangat, terbuka, permisif dan penuh
keakraban. Juga ada pengungkapan dan pemahaman masalah klien,
penelusuran sebab-sebab timbulnya masalah, upaya pemecahan masalah (jika
perlu dengan menerapakan metode-metode khusus), kegiatan evaluasi dan
tindak lanjut.
Satu hal yang paling poko yang membedakan konseling kelompok dan
konseling perorangan adalahdinamika interaksi sosial yang dapatberkembang
dengan intensif dalam suasana kelompok yang justru tidak dapat dijumpai
dalam konseling perorangan. Di situlah keunngulan konseling kelompok.
Proses pengentasan masalah individu dalam konseling kelompok
mendapatkan dimensi yang lebih luas. Kalau dalam konseling perorangan
klien hanya memetik manfaat dari hubungannya dengan konselor saja, dalam
konseling kelompok klien memperoleh bahan-bahan bagi pengembangan diri
dan pengentasan masalahnya baik dari konselor maupun rekan-rekan anggota
kelompok.
Mengenai kondisi homogenenitas dan heterogenitas yang terdapat di dalam
konseling kelompok dapat dilihat bahwa anggota kelomok sedapat-dapatnya
homogeny, dalam arti semua anggota diharapkan dapat menyumbangkan
sesuatu dalam pengembangan dinamika interaksi sosial yang terjadi di dalam
kelompok.
Untuk memasuki konseling kelompok para anggota atau klien pada awalnya
tidak memerlukan persiapan tertentu. Masalah yang akan mereka bawa
masing-masing ke dalam kelompok besar kemungkinan berbeda-beda; atau
bahkan ada di antar mereka yang menurut kategori Bordin “tidak
bermasalah”.
Mengenai masalah yang dibahas dalam konseling kelompok, selain masalah
yang bervariasi seperti tersebut, konselor dapat menetapkan (melalui
persetujuan para anggota kelompok) masalh tertentu yang akan dibahas dalam
kelompok.
Satu hal yang perlu mendapat perhatian khusus, ialah sifat isi pembicaraan
dalam konseling kelompok. Sebagaimana dalam konseling perorangan,
konseling kelompok menghendaki agar para klien (para peserta) dapat
mengungkapakan dan mengemukakan keadaan diri masing-masing
sepenuhnya dan seterbuka mungkin.
Perbedaan antara bimbingan kelompok dan konseling kelompok, sbb:
Matrix 4
Perbandingan Antara Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok
Aspek Bimbingan Kelompok Konseling Kelompok
1. Jumlah anggota Tidak terlalu dibatasi; Terbatas :
dapat sampai 60-80 orang 5-10 orang
2. Kondisi dan Relatif homogen Hendaknya homogen:
karateristik anggota dapat pula heterogen
terbatas.
3. Tujuan yang ingin Penguasaan informasi a. Pemecahan masalah
dicapai untuk tujuan yang lebih b. Pengembangan
luas kemampuan
komunikasi dan
interaksi sosial.
4. Pemimpin kelompok Konselor atau narasumber Konselor
5. Peranan anggota Menerima informasi untuk a. Berpartisipasi dalam
tujuan kegunaan tertentu dinamika interaksi
social
b. Menyumbang
pengentasan masalah
c. Menyerap bahan untuk
6. Suasana interaksi a. Menolong atau dialog pemecahan masalah
terbatas a. Interaksi multiarah
b. Dangkal b. Mendalam dengan
melibatkan aspek
7. Sifat isi pembicaraan Tidak rahasia emosional
8. Frekuensi kegiatan Kegiatan berakhir apabila Rahasia
informasi telah Kegiatan berkembang
disampaikan sesuai dengan tingkat
kemajuan pemecahan
masalah
Evaluasi dilakukan sesuai
dengan tingkat kemajuan
pemecahan masalah.
G. Kegiatan Penunjang
(1) Klien tidak diberi alternative pilihan kepada ahli mana ia akan
dialihtangankan,
(2) Konselor mengalihtangankan klien kepada pihak yang keahliannya
diragukan, atau kepada ahli yang reputasinya kurang dikenal,
(3) Konselor membicarakan permasalahan klien kepada calon ahli
tempat ahli tempat alih tangan tanpa persetujuan klien,
(4) Konselor menyebutkan nama klien kepada calon ahli tempat alih
tangan.
1. B
2. D
3. B
4. C
5. A