Anda di halaman 1dari 38

TUGAS MATA KULIAH B&K SEKOLAH

"JENIS DAN KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING"

Dosen Pengampu:
Nur Azizah, S. Psi., M.A.

Disusun Oleh:
Ni Made Ari Anggraeni (17090000087)
Zulfikri Ikhlasul Qamal (15090000082)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERDEKA
MALANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.

Oleh karena setiap satuan pendidikan harus memberikan layanan yang


dapat memfasilitasi perkembangan pribadi siswa secara optimal berupa bimbingan
dan konseling. Pemahaman mengenai apa dan bagaimana layanan bimbingan disekolah
mutlak diperlukan oleh pengawas.Sebab  adanya layanan bimbingan dan konseling berguna
mempermudah dalam mengembangkan potensi diri dalam seseorang.
                                                      
2. Rumusan Masalah
a. Apa saja jenis-jenis layanan & kegiatan BK?
b. Apa yang dimaksud layanan informasi?
c. Apa yang dimaksud layanan penempatan & penyaluran?
d. Apa yang dimaksud layanan bimbingan belajar?
e. Apa yang dimaksud layanan konseling perorangan?
f. Apa yang dimaksud layanan BK kelompok
g. Apa yang dimaksud kegiatan penunjang?
                         
3. Tujuan Makalah
Mengetahui:
a. jenis-jenis layanan & kegiatan BK.
b. layanan informasi.
c. layanan penempatan & penyaluran
d. layanan bimbingan belajar
e. layanan konseling perorangan
f. layanan BK kelompok
g. kegiatan penunjang
BAB  II
PEMBAHASAN

I. JENIS LAYANAN DAN KEGIATAN BIMBINGAN KONSELING


A. Layanan Orientasi
Layanan orientasi adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk memperkenalkan
siswa baru dan atau seseorang terhadap lingkungan yang baru dimasukinya.
1. Layanan Orientasi di sekolah
Bagi siswa ketidakkenalan atau ketidaktahuannya terhadap lingkungan lembaga
pendidikan (sekolah) yang di sekolah baru dimasukinya itu dapat mempertlambat
proses belajarnya kelak.
Allan & McKean (1984) menegaskan bahwa tanpa program-program orientasi,
periode penyesuaina untuk sebagian siswa berlangsung kira-kira tiga atau empat
bulan. Penelitian Allan & McKean menunjukkan beberapa hal yang perlu
mendapat perhatian , yaitu :
a. Program orientasi yang efektif mempercepat proses adaptasi dan juga
memberikan kemudahan untuk mengembangkan kemampuan
memecahkan masalah.
b. Murid-murid yang mengalami masalah penyesuaian ternyata kurang
berhasil di sekolah.
c. Anak-anak dari kelas social ekonomi yang rendah memerlukan waktu
yang lebih lama untuk menyesuaikan diri daripada anak-anak dari kelas
sosioekonomi yang tinggi.

Individu yang memasuki lingkungan baru perlu segera dan secepat mungking
memahami lingkungan barunya itu. Hal-hal yang perlu diketahui itu pada
garis besarnya adalah keadaan lingkungan fisik, materi dan kondisi kegitan,
peraturan dan berbagai ketentuan lainnya, jenis personal yang ada, tugas
masing-masingdan saling hubungan antara mereka.
Untuk lingkungan sekolah misalnya, materi orientasi yang mendapat
penekanan adalah :
a. Sistem penyelenggaraan pendidikan pada umumnya
b. Kurikulum yang ada
c. Penyelenggaraan pengajaran
d. Kegiatan belajar siswa yang diharapkan
e. System penilaia, ujian dan kenaikan kelas
f. Fasilitas dan sumber belajar yang ada
g. Fasilitas penunjang
h. Staf pengajar dan tata usaha
i. Hak dan kewajiban siswa
j. Organisasi siswa
k. Organisasi orang tua siswa
l. Organisasi sekolah secara menyeluruh

2. Metode Layanan Orientasi sekolah


Keluasan dan kedalaman masing-masing pokok materi di atas yang disampaikan
kepada siswa di sesuaikan dengan jenjang sekolah dan tingkat perkembangan
anak. Untuk anak-anak yang baru memasuki kelas 1 SD , pokok-pokok materi itu
sebaiknya disampaikan kepada orang tua murid.
Untuk anak-anak yang segera akan memasuki SLTP, Allen & McKean
menyarankan kegiatan :
a. Kunjungan ke SD pemasok
b. Kunjungan ke SLTP pemesan
c. Pertemuan dengan orang tua
d. Staf konselor bertemu dengan guru membicarakan siswa-siswa baru
e. Mengunjungi kelas
f. Memanfaatkan siswa senior

3. Layanan Orientasi di Luar Sekolah


Cara penyajian orientasi di luar sekolah sangat tergantung pada jenis orientasi
yang diperlakukan dan siapa yang memerlukannya.

B. Layanan Informasi
Secara umum, bersama dengan layanan orientasi bermaksud memberikan pemahaman
kepada individu-individu yang berkepentingan tentang berbagai hal yang diperlukan
untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan, atau untuk menentukan arah suatu tujuan
atau rencana yang dikehendaki.
Ada tiga alasan utama mengapa pemberian informasi perlu diselenggarakan :
1. Membekali individu dengan berbagai pengetahuan tentang lingkungan yang
diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi berkenaan dengan
lingkunga sekitar, pendidikan, jabatan, maupun social budaya.
2. Memungkinkan individu dapat menentukan arah hidupnya kemana dia ingin
pergi.
3. Setiap individu adalah unik, keunikan itu akan membawakan pola-pola
pengambilan keputusan dan bertindak.

a. Jenis-jenis Informasi
1) Informasi Pendidikan
Norrish, Hatch, Engelkas & Winborn (1977) menekankan bahwa
informasi pendidikan meliputi data dan kekurangan yang sahih dan
berguna tentang kesempatan dan syarat-syarat berkenaan dengan
berbagai jenis pendidikan yang ada sekarang dan yang akan dating.
Informasi pendidikan dan pelatihan perlu disebarluaskan kepada
anggota masyarakat untuk semua umur, khususnya bagi yang masih
menduduki bangku pendidikan formal. Mereka perlu mengidentifikasi
tingkat-tingkat informasi pendidikan. Jenis-jenis informasi pada setiap
tingkat adalah sebagai berikut :
 Pertama kali masuk sekolah
 Memasuki SLTP
 Memasuki SMA
 Memasuki Perguruan Tinggi b. Informasi Jabatan

2) Informasi jabatan/pekerjaan yang baik sekurang-kurangnya memuat


hal-hal sebagai berikut :
a) Struktur dan kelompok-kelompok jabatan
b) Uraian tugas masing-masing jabatan/pekerjaan
c) Kualifikasi tenaga yang diperlukan untuk masing-masing jabatan
d) Cara-cara atau prosedur penerimaan
e) Kondisi kerja
f) Kesempatan-kesempatan untuk membangun karier
g) Fasilitas penunjang untuk kesejahteraan pekerjaan.
Norris, dkk. Mengklasifikasikan informasi jabatan/pekerjaan ke dalam
empat tingkat yaitu : tingkat SD, tingkat SLTP, SMA dan pasca SLTA

Tingkat SD
Tingkat ini merupakan tingkatan yang paling awal dan mendasar.
Informasi yang diberikan pada tingkat ini bersifat umum dan tidak
mengarah pada jenis-jenis jabatan/pekerjaan tertentu dimaksudkan
untuk :
a) Mengembangkan untuk sikap terhadap segala jenis
pekerjaan.
b) Membawa anak-anak untuk menyadari betapa luasnya dunia
kerja yang ada.
c) Menjawab berbagai pertanyaan anak tentang pekerjaan.

d) Menekankan jasa dari masing-masing jenis perkerjaan


kepada kesejahteraan hidup rumah tangga dan masyarakat.
e) Pekerjaan ada di mana-mana.
f) Saling ketergantungan antara pekerjaan yang satu dengan
yang lainnya.
g) Kemampuan khusus maupun ciri-ciri kepribadian tertentu,
di perlukan untuk keberhasilan pekerjaan.
h) Untuk memilih suatu pekerjaan diperlukan informasi yang
tepat.
i) Ada berbagai hal masalah yang mungkin dihadapi oleh
orang-orang yang menginginkan perkerjaan tertentu.
j) Untuk memilih perkerjaan atau karier di masa depan perlu
kehati-hatian dan pertimbangan yang matang.

Tingkat SLTP
Informasi jabatan/pekerjaan di SLTP menyajikan bahwa informasi
dengan tujuan agar para siswa mampu merencanakan secara umum
masa depannya dan tidak merencanakan pekerjaan tertentu secara
khusus. Diharapkan siswa mulai :
a) Mempelajari bidang pekerjaan secara lebih luas
b) Melihat hubungan antara bidang-bidang pekerjaan itu
dengan mata-mata pelajaran yang ada di sekolah.
c) Lebih mendalami informasi tentang pekerjaan tertentu.
d) Memahami cara-cara memperoleh informasi yang tepat dan
mutakhir dengan jumlah yang cukup tentang dunia kerja.
e) Memahami pentingnya dan ruang lingkup perencanaan
perkerjan/karier
f) Memahami bahwa dunia kerja itu tidak pernah dalam
keadaan tetap.

Tingkat SLTA
Informasi pekerjaan SLTA hendaklah meliputi, cakupan yang
memungkinkan siswa :
a) Mempergunakan berbagai cara untuk memperdalam
pemahaman tentang dunia kerja.
b) Mengembangkan rencana sementara pekerjan yang akan
menjadi pegangan setamat SLTA
c) Memiliki pengetahuan tentang apapun mempunyai
hubungan dengan pekerjaan tertentu apabila siswa memang
menghendai untuk memegang jabatan itu setamat dari
SLTA.
3) Informasi social-budaya
Manusia ditaksirkan berpuak-puak, bersuku-suku dan berbangsa-
bangsa. Supaya saling mengenal saling memberi dan menerima
sehingga tercipta kondisi yang dinamis yang mendorong kehidupan
manusia itu selalu berubah berkembang dan maju. Mereka perlu
dibekali dengan pengetahuan dan pemahaman isi informasi tentang
keadaan social-budaya berbagai daerah. Hal ini dapat dilakukan m
melalui penyajian informasi social budaya yang meliputi :
a) Macam-macam suku bangsa
b) Adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan
c) Agama dan kepercayaan-kepercayaan
d) Bahasa, terutama istilah-istilah yang dapat menimbulkan
kesalahpahaman suku bangsa lainnya.
e) Potensi-potensi daerah.
f) Kekhususan masyarakat atau daerah tertentu.

b. Metode Layanan Informasi di Sekolah


1) Ceramah
2) Diskusi
3) Karyawisata
4) Buku Panduan
5) Konferensi karier

c. Layanan informasi di Luar Sekolah


Layanan informasi juga banyak diperlukan oleh warga masyarakat di
luar sekolah. Jenis-jenis informasi yang diperlukan itu pada dasarnya
berkenaan dengan penghidupan yang lebih luas, tidak terbatas, selalu
dapat berubah sesuai dengan perubahan dan perkembangan masyarakat.

C. Layanan Penempatan dan Penyaluran


1. Penempatan dan Penyaluran Siswa di Sekolah
a. Layanan Penempatan di dalam Kelas
Penempatan masing-masing anak secara tepat akan membawa keuntungan :
1) Bagi siswa yaitu memberikan penyesuaian dan pemeliharaan terhadap
kondisi individual siswa
2) Bagi guru dengan penempatan yang tepat menjadi lebih mudah
menggerakkan dan mengembangkan semangat belajar siswa. Perubahan
penempatan setiap kali dapat dilakukan untuk mencapai manfaat yang
setinggi-tingginya dari pelayanan tempat itu. Hal-hal yang patut mendapat
perhatian khusus adalah :
3) Jangan sampai penempatan pada seorang murid pada suatu tempat
merupakan hukuman yang diterapkan kepadanya.
4) Sedapat-dapatnya alas an penempatan masing-masing anak itu diketahui
dan disetujui oleh semua warga kelas.
b. Penempatan dan Penyaluran ke dalam Kelompok Belajar
Pembentukan kelompok belajar mempunyai dua tujuan pokok. Pertama,
untuk memberikan kesempatan bagi siswa untuk maju sesuai dengan
kemampuannya masing-masing. Dalam system ini setiap siswa mempunyai
kesempatan untuk maju sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya tanpa
harus menunggu atau didesak oleh siswa lain. Kedua, untuk wadah belajar
bersama. Dalam pengelompokkan ini dilakukan tidak menurut kemampuan
siswa melainkan dilakuakan sedemikian rupa sehingga di dalamn suatu
kelompok belajar akan terdapat siswa-siswa yang kemampuannya pandai,
sedang dan kurang.
c. Penempatan dan Penyaluran keadalam Kegiatan Ko/Ekstra Kurikuler Salah
satu ciri yang menonjol dari kegiatan ekstra/ko kurikuler adalah
keanekaragamannya mulai dari memasak sampai musik, dari pengumpulan
perangko sampai dengan permainan hoki. Hampir semua minat remaja dapat
digunakan sebagi bagian darii kegiatan ekstra/ko kurikuler.
d. Penempatan dan Penyaluran ke Jurusan/Program Studi Setiap awal tahun
ajaran banyak siswa SMA yang menghadapi masalah “jurursan program apa
yang sebaiknya saya ikuti”. Terhadap siswa-siswa yang seperti ini perlu
diberikan bantuan agar mereka dapat membuat rencana-rencana dan
mengambil keputusan secara bijaksana. Usaha pemberian bantuan seperti
yang diamksud di atas diawali dengan menayajikan informasi pendidikan dan
jabatan yang cukup luas. Infomasi itu, hendaknya dapat mengarahkan siswa
untuk memahami tiujuan, isi (kurikulum),sifat,syarat-syarat memasuki
program studi tertentu, cara dan keterampilan belajar, kesempatan-
kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan kesempatanb untuk bekerja
setalah tamat.

2. Penempatan dan Penyaluran Lulusan


a. penempatan dan penyaluaran ke dakam pendidikan lanjutan
Penempatan dan penyaluran siswa pada pendidikann lanjutan tidak dapat
dilakukan secara acak, tetapi memerlukan perencanaan yang matang sebelum
siswa tamat dari bangku yang sedang didudukinya. Rencana yang baik ialah
rencan yang disusun berdasarkan atas pertimbangan tentang kekuatan dan
kelemahan siswa dari segi-segi yang amat menentukan keberhasilan studi
pada program pendidikan lanjutan itu, tertutma segi kemampuan dasar, bakat
dan minat serta kemampuan keuangan.

b. Penempatan dan Penyaluran ke dalam Jabatan/Pekerjaan


Di samping penempatan dalam pendidikan, sekolah juga membantu para
siswanya yang akan memasuki dunia kerja. Prisnsip lain yang perlu
diperhatikan ialah bagi setiap lapangan kerja penambahan tenaga kerja berarti
peningkatan produktivitas pada lapangan kerja yang dimaksud. Penambahan
jumlah tenaga kerja tanpa diikuti dengan peningkatan produktivitas sama
dengan pemborosan. Sedangkan peningkatan produktivitasnya hanya
mungkin dicapai apabila tenaga kerja yang bersangkutan mempunyai
motivasi yang tinggi untuk berprestasi, mempunyai kemauan untuk bekerja
keras, mencintai dan menyenangi perkerjaannya, di samping memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang tinggi. Layanan penempatan dan
penyaluran bentuk paling nyata dari berbagai fungsi pemeliharaan dan
pengembangan dalam segala pelayanan bimbingan dan konseling. Dengan
layanan dan tersebut individu dipelihara kondisinya sambil di sana sini
diperbaiki kondisi yang kuran memungkinkan.

D. Layanan Bimbingan Belajar


1. Pengenalan Siswa yang Mengalami Masalah Besar
Masalah belajar memiliki bentuk yang banyak ragamnya, yang pada umumnya
dapat di golomgkannya atas :
a) ketercepatan dalam belajar
b) keterlambatana akademik
c) sangat lambat dalam belajar
d) kurang motivasi dalam belajar
e) bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar.

Siswa yang mengalami maslah dalam belajar seperti tersebut di atas dapat
dikenali melalui proses pengungkapan melalui :

Tes Hasil Belajar


Tes hasil belajar adalah suatu alat yang disusun untuk mengungkapkan sejauh
mana siswa telah mencapai tujuan-tujuan ppengajaran yang ditetapkan
sebelumnya. Siswa-siswa dikatakan telah mencapai tujuan pengajaran apabila
ia telah menguasai sebagian besar materi yang berhubungan dengan tujuan
pengajaran yang telah di tetapkan.

Tes Kemampuan Dasar


Setiap siswa memiliki kemampuan dasar atau inteligensii tertentu. Tingkat
mkemampuan dasar biasanya diukur atau diungkapkan dengan
mangaministrasikan tes inteligensi yang sudah baku.

Skala Sikap dan Kebiasaan Belajar


Sikap dan kebiasaaan belajar merupakan salah satu factor penting dalam belajar.
Sebagian dari sikap dan kebiasaan siswa belajar itu dapat diketahui dengan
mengadakan pengamatan dalam kelas.

Tes Diagnostik
Tes diagnostik merupakan instrument untuk mengungkapkan adanya
kesalahan-kesalahan yang dialami oleh siswa dalam bidang plajaran tertenttu.

Analisis Hasil Belajar atau Karya


Analisis hasil belajar atau karya merupakan bentuk lain dari tes diagnostic.
Tujuannya sama, yaitu mengungkapkan kesalahan-kesalahan yang di alami
siswa dalam mata poelajaran tertentu. Analisis hasil belajar merupakan
prosedur yang pelaksanaannya diulakukan dengan cara memeriksa secara
langsung materi hasil belajar yang ditampilkan siswa.

2. Upaya Membantu Siswa yang Mengalami Masalah Belajar.


a. Pengajaran Perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada
seorang atau sekelompok siswa yang menghadapi masalah belajar dengan
maksud untuk memperbaiki kesalahan dalam proses dab hasil belajar.
Pengajaran perbaikann sifatnya lebih khusus, karena bahan, metode dan
pelaksanaannya disesuaikan dengan jenis, sifat dan latar belakang masalah
yang dihadapi siswa.
b. Kegiatan Pengayaan
Kegiatan pengayaan diberikan kepada anak yang memiliki kecepatan yang
lebih dalam belajar. Masalah yang akan muncul terletak pada kemungkinan
dampak yang timbul sebagai akibat dari kecepatan belajar yang tinggi itu.
Dampaknya dapat positif atau negative.
c. Peningkatan Motivasi Belajar
Alasan mengapa siswa belajar sangat bersifat subjektif. Alasan itu merupakan
hal-hal yang mendorong (motif siswa) siswa untuk belajar. Guru konselor dan
staf sekolah lainnya berkewajiban membantu siswa meningkatkan
morivasinya dalam belajar dengan :

1) memperjelas tujuan belajar


2) menyesuaikan pengajaran dengan bakat, kemampuan dan minat siswa
3) menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merangsang dan
menyenangkan.
4) memberikan hadiah dan hukuman bila perlu.
5) menciptakan suasana sesuai pembelajaran yang hangat dan dinamis
antara guru dan murid, serta antara murid dan murid.
6) menghindari tekanan-tekanan dan suasana yang tidak menentu
7) melengkapi sumber dan peralatan belajar.

d. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik


Sebagian siswa memerlukan bantuan untuk mampu melihat secara kritis
sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan belajar yang mereka miliki. Siswa
hendaknya di dorong untuk meninjau kebiasaannya dalam hubungannya
dengan prinsip-prinsip belajar. Siswa hendaklah dibantu dalam hal ini :
1) menemukan motif-motif yang cepat dalam belajar
2) memelihara kondisi kesehatan yang baik
3) mengatur waktu belajar baik di sekolah maupun di rumah.
4) memilih tempat belajar yang baik.
5) belajar dengan menggunakan sumber belajar yang kaya.
6) membaca secara baik dan sesuai dengan kebutuhan
7) tidak segan-ssegan bertanya mengenaai hal-hal yang tidak di ketahui
kepada teman, guru atau siapapun jua.

E. Layanan Konseling Perorangan


Konseling merupakan layanan inti yang pelaksanaannya memuat persyaratan dan
mutu usaha yang benar-benar tinggi. Apabila seorang konselor telah mengusasai
dengan sebaik-baiknya apa, mengapa dan bagaiman pelayanan konseling itu maka
dapat diharapkan ia akan dapat menyelenggarakan layanan bimbingan lainnya dengan
tidak mengalami banyak kesulitan.

1. Layanan Konseling Diselenggarakan Secara “Resmi”

Konseling merupakan layanan yang teratur, terarah dan terkontrol


serta tidak di selenggrakan secara acak ataupun seadanya. Munro dkk.
(1979) mengemukakan tiga dasar etika konseling, yaitu (a) kerahassiaan, (b)
keterbukaan, dan (c) tanggung jawab pribadi klien.

Sifat resmi layanan konseling di tandai dengan adanya ciri-ciri yang


melekat pada pelaksanaan layanan itu, yaitu bahwa :

a. layanan itu merupakan usaha yang disengaja.

b. Tujuan layanan tidak boleh lain daripada untuk kepentingan dan


kebahagiaan klien.

c. Kegiatan pelayanan diselenggarakan dalam format yang telah di


tetapkan.
d. Metode dan teknologi dalam layanan berdasarkan teori yang telah
teruji.

e. Hasil layanan dinilai dan diberi tindak lanjut.

Format konseling meliputi terutrama jarak, arah dan sikap duduk


konselor dank lien, serta tatap muka atau kontak mata antara klien dan
konselor. Format standar ialah konselor dank lien duduk berhadap-hadapan;
konselor duduk dengan sikap sempurna, pinggang kekursi; dan wajah
konselor menatap klien tanpa pandang antara klien dan konselor

2. Pengentasan Masalah Melalui Konseling


Langkah-langkah umum upaya pengentasan malasah melalui konseling pada
dasarnya adalah :

1. pemahaman masalah

2. analisis sebab-sebab timbulnya masalah.

3. aplikasi mode khusus.

4. evaluasi tindak lanujut.

Pemahaman masalah oleh klien harus benar-benar persis sama dengan


pemahaman konselornya dan objektif sebagaimana adanya masalah itu.
Upaya pemahaman masalah itu biasanya dilakukan denan konseling. Usaha
pemahaman masalah klien biasanya terkait langsung dengan kajian tentang
sumber penyebab masalah itu. Dengan mengkaji sebab-sebab timbulnya
masalah, klien dan konselor memperoleh pemahaman yang lebih lengkap
dan mndalam tentang masalah klien.

Hubungan konseling adalah hubungan pribadi yang terbuka dan dinamis


antara klien dan konselor. Hubungan ini ditandai dengan kehangatan,
kebebasan dan suasana yang memperkenankan klien menampilkan diri
sebagaimana adanya. Dalam proses konseling tidak ada kata-kata seperti
“anda salah, “harus begii atau begitu”, atau kata-kata yang mencemooh.
Setiap kata yang dilancarkan dan di luncurkan oleh konselor hendaknya
benar-benar tepat dan benar-benar mengenai permasalahannya, dapat
menggugah hati serta pikiran klien.

Apabila hati dan pikiran klien dapat digugah besarlah harapan kekuatan
yang ada dalam diri klien terbangkitkan untuk mengentaskan masalah yang
dialaminya. Terpahaminya masalah klien dengan nbaik serta tergugahnya
hati dan pikiran klien belum tentu serta mereka membuahkaan hasil
terpecahkannyua masalah. Proses konseling masih perlu dilanjutkan dengan
penerapan metode khusus sesuai dengan rincian masalah dan sumber sumber
penyebabnya.
Kegiatan evaluasi ditujukan untuk menilai kemangkusan proses konseling
pada umumnya dan khususnya untuk melihat sampai berapa jauh masalah
klien terentaskan, dan untuk mengetahui keefektifan metode khusus yang
dipaka. Dua pendekatan penilaian dapat ditempuh , yaitu penilaian dalam
proses dan penilaian pasca proses.

3. Tahap-tahap Keefektifan Pengentasan Masalah Melalui Konseling

Tahap pertama dimulai ketika klien menyadari bahwa dirinya mengalami


masalah. Kesadaran bahwa individu memerlukan bantuan orang lain itulah
yang merupakan tahap keefektifan yang kedua. Dan yang ketiga yaitu
mencari orang-orang yang benar-benar mampu dan bertanggung jawab
dalam membantu pemecahan masalah klien itu. Keaktifan klien inilah yang
justru menentukan tahap keempat dan yang terakhir memngacu pada
pertanyaan mengenai ap kah konseling itu telah memberikan hasil yang
benar-benar efektif. Kelima tahap keefektifan konseling itu dapat
digambarkan melalui diagram sebagai berikut.

Pa konseling

Partisipasi aktif dalam proses

bantuan konseling

Usaha mencari

bantuan

Kesadaran akan perlunya

bantuan orang lain

Kesadaran dan pemahaman


masalah

individu
4. Pendekatan dan Teori
Konseling
a. konseling direktif

konseling direktif juga disebut “konseling klinis”. Pendekatan ini di


pelopori oleh E.G Williamson dan J.G darley yang berasumsi dasar
bahwa klien tidak mampu mengatasi sendiri masalah yang dihadapinya.
Karena itu klien membutuhkan bantuan dari orang lain , yaitu konselor.
Dalam konseling direktif klien bersifat pasif dan yang aktif adalah
konselor.

Konseling direktif berlangsung menurut langkah-langkah umum


sebagai berikut :

1. analisis data tentang klien

2. penggabungan data untuk mengenali kekuatan-kekuatan dan


kelemahan-kelemahan klien.

3. diagnosis masalah

4. Diagnosis atau prediksi trentang perkembangan masalah selanjutnya.

5. pemecahan masalah.

6. tindak lanjut dan peninjauaneliun hasil-hasil konseling


b. Konseling Non-Direktif

Konseling non-direktif sering disebut juga “klien centered therapy”.


Pendekatan ini berasumsi dasar bahwa seseorang yang mempunyai
masalah pada dasarnya tetap memiliki potensi dan mampu mengatasi
masalahnya sendiri.

Sesuai dengan teori yang mendasarinya, yaitu teori Roogers tentang


hakikat manusia dan tingkah lakunya, pendekatan konseling non-direktif
sering juga disebut pendekatan konseling yang beraliran humanistic
artinya menekankan pentingnya pengembangan potensi dan kemampuan
yang secara hakiki ada pada setiap individu.

c. Konseling Elektrik
Konseling direktif dan konseling non-direktif merupakan dua
pendektan yang amat berbeda. Masing-masing berdiri pada dua kutub
yang berlawanan, apabila kutub yang satu ditarik garis kekutub yang lain
maka akan terbentuklah garis kontinum, yaitu garis kontinum konseling
direktif dan non-direktif. Setiap pendekatan atau teori itu mengandung
kekuatan dan kelemahan, dalam kenyataan praktek konselinhg
menunjukkan bahwa tidak semua masalah dapat di entaskan secara baik
hanya dengan satu pendekatan atau teori saja. Ada masalah yang lebih
cocok diatasi dengan pendekatan direktif dan ada pula yang lebih cocok
dengan pendekatan nono-direktif atau dengan teori khusus tertentu.

Pendekatan atau teori mana yang cocol digunakan sangat ditentukan


oleh beberapa factor antara lain :

1. sifat masalah yang dihadapi

2. Kemampuan klien dalam memainkan peranan dalam proses konseling.

3. kemampuan konselor sendiri.

5. Konseling di Lingkungan Kerja yang Berbeda


a. Konseling di sekolah Dasar

Kenyataan bahwa anak-anak SD merupakan subjek sasaran layanan


yang masih amat muda membawa konsekuensi bahwa konselor harus
menyesuaikan segenap kemampuannya dalam konseling terhadap
kondisiperkembangan anak-anak tersebut. Untuk sasaran layanan di SD
perlu dibarengi dengan prosedur penunjang seperti permainan, boneka,
cerita dan prosedurmedia lainnya agar anak- anak mampu
mengekspresikan diri mereka sendiri. Peningkatan keterampilan
berkomunikasi, sikap dan perlakuan orang tua terhadap anak-anak
merupakan layanan pokok yang justru lebih mendasar daripada layanan
konseling dalam arti konsultasi dalam bentuk hubungan tatap muka antara
konselor dan klien .
Hal lain lagi yang perlu mendapat perhatian perhatian konselor ialah
bagaimana mendorong anak-anak untuk datang kepada konselor untuk
memperoleh layanan bimbingan. Nugent (1981) melihat empat sumber
yang memungkinkan alih tangan anak-anak kepada konselor, yaitu guru,
kepala sekolah, anak-anak itu sendiri, dan konselor sendiri. Tidak boleh
dilupakan peranan orang tua secara langsung juga mempunyai
pemahaman yang palaing lengkap tentang anak. Orang tua perlu diberi
pemahaman tentang fungsi konselor dan layanan yang dapat
diberikannya.

b. Konseling di sekolah Menengah

Banyak gejolak menanadai masa perkembangan remaja. Konselor di


sekolah menengah dituntut untuk memahami berbagai bentuknya dapat
dipakai terhadap para pemuda. Kehadiran konselor langsung di hadapin
para siswa, disertai dengan informasi yang tepat dan mantap tentang
fungsi konselor dan pelayanan bimbingan dan konseling pada umumnya,
akan sangat membantu peningkatan pemanfaatan layanan konseling oleh
para siswa.

c. Konseling di perguruan Tinggi

Para mahasiswa sudah berada pada batas anatara “ hidup tergantung


pada orang tua” dan “hidup bebas dan mandiri”. Di samping itu, proses
pembelajaran di perguruan tinggi lebih bervariasi dan menuntut
kemandirian mahasiswa. Masalah-masalah yang muncul, yaitu masalah-
masalah social, pendidikan, pekerjaan dan masalah pribadi diri sendiri
banyak yang diwarnai oleh kondisi akademik perguruan tinggi dan
tuntutan kemandirian.

Pemasyarakatan pelayanan bimbingan dan konseling dan peranan


konselor lebih perlu diperluas melalui berbagai media yang ada di
kampus. Unit pelayanan bimbingan dan konseling yang ada perlu bekerja
sama dengan unit-unit yang langsung berhubungan dengan mahasiswa.
d. Konseling di Masyarakat

Konselor yang bekerja di masyarakat secara potensial akan melayani

klien untuk semua umur, tidak dapat bekerja sendiri; namun bekerja

dalam tim yang masing-masing anggotanya mengkhususkan diri pada

penanganan kasus-kasus tertentu.

F. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok

Keunggulan yang diberikan oleh layanan kelompok bukan hanya menyangkut


aspek ekonomi/efisiensi. Dalam layanan kelompok interaksi antarindividu
anggota kelompok merupakan suatu yang khas, yang tidak mungkin terjadi pada
konseling perorangan. Dengan interaksi sosial yang intensif dan dinamis selama
berlangsungnya layanan, diharapkan tujuan-tujuan layanan ( yang sejajar dengan
kebutuhan-kebutuhan individu anggota kelompok) dapat tercapai lebih mantap.
Selain itu, karena para anggota kelompok dalam interaksi mereka membawakan
kondisi pribadinya, sebagaiman mereka masing-masing tampilkan dalam
kehidupan sehari-hari, maka dinamika kelompok yang terjadi di dalam kelompok
itu mencerminkan suasana kehidupan nyata yang dapat dijumpai di masyarakat
secara luas. Konseling kelompok juga dapat menjadi wilayah penjagaan awl bagi
(calon) klien untuk memasuki layanan konseling perorangan.

1. Ciri-Ciri Kelompok

Meskipun suatu kelompok terdiri dari sejumlah orang, tetapi


kelompok bukan sekedar kumpulan sejumlah orang. Sejumlah orang yang,
tetapi kelompok bukan sekedar kumpulan sejumlah orang. Sejumlah orang
yang berkumpul itu baru merupakan “lahan” bagi terbentuknya kelompok.
Beberapa unsure perlu ditambahkan apabila kumpulan sejumlah orang itu
hendak menjadi sebuah kelompok. Unsur-unsur tersebut menyangkut tujuan,
keanggotaan, dan kepemimpinan serta aturan yang diikuti.

Sekumpulan orang akan menjadi kelompok kalau mereka mempunyai tujuan


bersama. Keanggotaan suatu kelompok justru ditentukan oleh keterikatan
individu yang bersangkutan pada tujuan yang dimaksudkan. Dengan
demikian, tanda keanggotaan dalam dalam kelompok adalah rasa
kebersamaan yang diikat dengan tujuan yang satu itu.

Kebersamaan dalam kelompok lebih lanjut diikat dengan adanya pemimoin


kelompokyang bertugas mempersatukan seluruh anggota kelompok, untuk
melakukan kegiatan bersama, untuk mencapai tujuan bersama.
Selanjutnya, kelompok yang sudah memiliki tujuan, anggota dan pemimpin
itu tidaklah lengkap apbila belum memili aturan dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatannya. Suatu kelompok membutuhkan aturan, nilai-nilai, atau
pedoman yang memungkinkan seluruh anggota bertindak dan mengarahkan
diri bagi pencapaian tujuan-tujuan yang mereka kehendaki.

Menurut jumlah anggotanya dikenal adanya kelompok dua( yang terdiri dari
dua orang), kelompok tiga, dan seterusnya; kelompok kecil (beranggota 2-5
orang), kelompoksedang(6 -15 orang), kelompok agak besar (16-25 orang),
kelompokm besar (26 - 40 orang) dan seterusnya sampai dengan kelompok
“raksasa”. Menurut sifat pembentukannya dikenal adanya kelompok primer
(misalnya satuan keluarga) dan kelompok sekunder, yaitu kelompok yang
dibentuk secara sengaja untuk tujuan tujuan tertentu (misalnya kelompok
belajar, kelompok murid dalam satu kelas).

2. Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan dalam


suasana kelompok. Gazda (1978) mengemuksakan bahwa bimbingan
kelompok di sekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa
untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat.

Beberapa hal yang menunjukkan homogenitas dalam kelompokmsebagai


berikut:

Pertama, bimbingan kelompok para anggota kelompok homogen (siswa-siswa


satu kelas atau satu tingkat kelas yang sama). Kedua,”masalah” yang dialami
oleh semua anggota kelompok adalah sama, yaitu memerlukan informasi
yangakan disajikan itu. Ketiga, tindak lanjut dari diterimanya informasi itu
juga sama, yaitu untuk menyusun rencana dan membuat keputusan. Keempat,
reaksi atau kegiatan yang dilakukanoleh para anggota dalam proses pemberian
informasi (dan tindak lanjutnya) secara relative sama (seperti mendengarkan,
mencatat, bertanya).

3. Konseling Kelompok

Layanan konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan konseling


perorangan yang dilaksanakan di dalam suasana kelompok. Di sana asda
konselor (yang jumlahnya mungkin lebih dari seorang) dan ada klien, yaitu
para anggota kelompok (yang jumlahnya paling kurang dua orang). Di sana
terjadi hubungan konseling dalam suasana yang diusahakan sama seperti
dalam konseling perorangan, yaitu hangat, terbuka, permisif dan penuh
keakraban. Juga ada pengungkapan dan pemahaman masalah klien,
penelusuran sebab-sebab timbulnya masalah, upaya pemecahan masalah (jika
perlu dengan menerapakan metode-metode khusus), kegiatan evaluasi dan
tindak lanjut.

Satu hal yang paling poko yang membedakan konseling kelompok dan
konseling perorangan adalahdinamika interaksi sosial yang dapatberkembang
dengan intensif dalam suasana kelompok yang justru tidak dapat dijumpai
dalam konseling perorangan. Di situlah keunngulan konseling kelompok.
Proses pengentasan masalah individu dalam konseling kelompok
mendapatkan dimensi yang lebih luas. Kalau dalam konseling perorangan
klien hanya memetik manfaat dari hubungannya dengan konselor saja, dalam
konseling kelompok klien memperoleh bahan-bahan bagi pengembangan diri
dan pengentasan masalahnya baik dari konselor maupun rekan-rekan anggota
kelompok.

Mengenai kondisi homogenenitas dan heterogenitas yang terdapat di dalam


konseling kelompok dapat dilihat bahwa anggota kelomok sedapat-dapatnya
homogeny, dalam arti semua anggota diharapkan dapat menyumbangkan
sesuatu dalam pengembangan dinamika interaksi sosial yang terjadi di dalam
kelompok.

Untuk memasuki konseling kelompok para anggota atau klien pada awalnya
tidak memerlukan persiapan tertentu. Masalah yang akan mereka bawa
masing-masing ke dalam kelompok besar kemungkinan berbeda-beda; atau
bahkan ada di antar mereka yang menurut kategori Bordin “tidak
bermasalah”.

Mengenai masalah yang dibahas dalam konseling kelompok, selain masalah


yang bervariasi seperti tersebut, konselor dapat menetapkan (melalui
persetujuan para anggota kelompok) masalh tertentu yang akan dibahas dalam
kelompok.

Satu hal yang perlu mendapat perhatian khusus, ialah sifat isi pembicaraan
dalam konseling kelompok. Sebagaimana dalam konseling perorangan,
konseling kelompok menghendaki agar para klien (para peserta) dapat
mengungkapakan dan mengemukakan keadaan diri masing-masing
sepenuhnya dan seterbuka mungkin.
Perbedaan antara bimbingan kelompok dan konseling kelompok, sbb:

Matrix 4

Perbandingan Antara Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok

Aspek Bimbingan Kelompok Konseling Kelompok

1. Jumlah anggota Tidak terlalu dibatasi; Terbatas :


dapat sampai 60-80 orang 5-10 orang
2. Kondisi dan Relatif homogen Hendaknya homogen:
karateristik anggota dapat pula heterogen
terbatas.
3. Tujuan yang ingin Penguasaan informasi a. Pemecahan masalah
dicapai untuk tujuan yang lebih b. Pengembangan
luas kemampuan
komunikasi dan
interaksi sosial.
4. Pemimpin kelompok Konselor atau narasumber Konselor
5. Peranan anggota Menerima informasi untuk a. Berpartisipasi dalam
tujuan kegunaan tertentu dinamika interaksi
social
b. Menyumbang
pengentasan masalah
c. Menyerap bahan untuk
6. Suasana interaksi a. Menolong atau dialog pemecahan masalah
terbatas a. Interaksi multiarah
b. Dangkal b. Mendalam dengan
melibatkan aspek
7. Sifat isi pembicaraan Tidak rahasia emosional
8. Frekuensi kegiatan Kegiatan berakhir apabila Rahasia
informasi telah Kegiatan berkembang
disampaikan sesuai dengan tingkat
kemajuan pemecahan
masalah
Evaluasi dilakukan sesuai
dengan tingkat kemajuan
pemecahan masalah.

G. Kegiatan Penunjang

Pelaksanaan berbagai jenis layanan bimbingandan konseling memerlukan


sejumlah kegiatan penujang.

1. Instrumentasi Bimbingan dan Konseling

Instrumen yang dimaksudkan itu adalah berbagai tes, inventori, angket


dan format isian. Sedangkan untuk pemahaman lingkungan yang “lebih luas”
dapat digunakan berbagai brosur, leaflet, selebaran, model, contoh dan
sebagainya.

Ada beberapa pertimbangan yang perlu mendapat perhatian para


konselor dalam penerapan instrumentasi bimbingan dan konseling. Antara
lain:

1) Instrumen yang dipakai haruslah haruslah yang sahih dan terandalkan.

2) Pemakai instrumen (dalam hal ini konselor) bertanggung jawab atas


pemilihan instrument yang akan dipakai (misalnya tes), monitoring
pengadministrasiannya dan scoring, pengiterpretasian skor dan
penggunaannya serbagai sumber informasi bagi pengambilan keputusan
tertentu.

3) Pemakaian instrumen, misalnya, harus dipersiapkan secara matang, bukan


hanya persiapan instrumennya saja, tetapi persiapan klien yang akan
mengambil tes itu.
4) Perlu diingat bahwa tes atau istrumen apa pun hanya merupakan salah
satu sumber dalam rangka memahami individu secara lebih luas dan
dalam.

5) Ada dan dipergunakannya berbagai instrumen lainnya bukanlah syarat


mutlak bagi pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling. Tes dan
berbagai instrumenitu sekedar alat bantu.

Instrumentasi bimbingan dan konseling meliputi digunakan dan


dikembangkannya berbagai instrumen, baik berupa tes maupun non-tes. a.
Instrumen Tes

Tes merupakan prosedur untuk mengungkapkan tingkah laku


seseorang dan menggambarkannya dalam bentuk skala angka atau
klasifikasi tertentu (Cronbach, 1970). Secara umum kegunaan berbagai
tes itu ialah membantu konselor dalam :

1) Memperoleh dasar-dasar pertimbangan berkenaan dengan berbagai


masalah individu yang dites, seperti masalah penyesuaian dengan
lingkungan, masalah prestasi atau hasil belajar, masalah penempatan
dan penyaluran;

2) Memahami sebab-sebab terjadinya masalah diri individu;

3) Mengenali individu (misalnya siswa di sekolah) yang memiliki


kemampuan yang sangat tinggi dan sangat rendah yang memerlukan
bantuan khusus;

4) Memperoleh gambaran tentang kecakapan, kemampuan, atau


keterampilan seseorang individu dalam bidang tertentu.

b. Instrumen Non-Tes

Instrumen non-tes meliputi berbagai prosedur, seperti pengamatan,


wawancara, catatan anekdot, angket, sosiometri, inventori yang
dibakukan. Kegunaan hasil pengungkapan melalui instrument non-tes
sejalan dengan kegunaan hasil-hasil tes seperti tersebut.
2. Penyelenggaraan Himpunan Data

Data yang perlu dikumpulkan, disusun dan dipelihara meliputi data


pribadi dan data umum. Data pribadi siswa di sekolah, misalnya:

1) Identits Pribadi

2) Latar belakang rumah dan keluarga

3) Kemampuan mental, bakat, dan kondisi kepribadian

4) Sejarah pendidikan, hasil belajar, nilai-nilai mata pelajaran

5) Hasil tes diagnostic

6) Sejarah kesehatan

7) Pengalaman ekstra kurikuler dan kegiatan di luar sekolah

8) Minat dan cita-cita pendidikan dan pekerjaan/jabatan

9) Prestasi khusus yang pernah diperoleh

Beberapa hal perlu mendapatkan perhatian dalam rangka


penyelenggaraan himpunan data dan pemanfaatannya secara optimal.

1) Matri himpunan data yang baik (akurat dan lengkap) sangat berguna
untuk memberikan gambaran yang tepat tentang individu.

2) Data tentang individu selalu bertambah, berubah, berkembang, dan


dinamis.

3) Data yang terkumpul disusun dalam format-format yang teratur rapi


menurut sistem tertentu.

4) Data dalam himpunan data itu pada dasarnya bersifat rahasia.

5) Mengingatkan bahwa data yang dikumpulkan cukup banyak, harus pula


ditambah dan dikurangi sesuai dengan perkembangan, lagi pula
pengeluaran data (untuk dipakai) dan pemasukannya kembali memakan
waktu yang cukup banyak, konselor sering terjebak oleh pekerjaan rutin

penyelenggaraan himpunan data itu.

Data umum , yaitu data yang menyangkut berbagai informasi dan


berbagai hal tentang “lingkungan yang lebih luas”. Data umum ini pada
umumnya dipakai untuk layanan orientasi dan informasi, penempatan dan
penyaluran. Pengumpulan data umum itu dapat dilakukan pengamatan,
wawancara, angket ataupun daftar isian.

Data tentang berbagai aspek perkembangan dan kehidupan sejumlah


siswa atau individu di luar sekolah dapat disebut data kelompok., misalnya
gambaran umum tentang cita-cita pendidikan dan jabatan, masalah-masalah
yang dialami, penyebaran prestasi belajar, sikap dan kebiasaan belajar
hubungan sosial antar anggota kelompok.

3. Kegiatan Khusus

a. Konferensi Kasus

1) Diperoleh gambaran yang lebih jelas, mendalam dan menyeluruh


tentang permasalahan siswa.

2) Terkomunikasinya sejumlah aspek pemasalahan kepada pihak-pihak


yang berkepentingan dan yang bersangkutan, sehingga penanganan
masalah itu menjadi lebih mudah dan tuntas.

3) Terkoordinasinya penanganan masalah yang dimaksud sehingga upaya


penanganan itu lebih efektif dan efisien.

b. Kunjungan Rumah

Kegiatan kunjungan rumah dan juga pemanggilan orang tua ke


sekolah, setidak-tidaknya memiliki tiga tujuan utama, yaitu:

1) Memperoleh data tambahan tentang permasalahan siswa, khususnya


bersangkut paut dengan keadaan rumah/orang tua,

2) Menyampaikan kepada orang tua tentang permasalahan anaknya,

3) Membangun komitmen orang tua terhadap penanganan masalah


anaknya.

Untuk menyampaikan tujuan yang mana pun, sebagian atau bertahap,


dalam kunjungan rumah konselor terlebih dahulu:
1) Menyampaikan perlunya kunjungan rumah kepada siswa yang
bersangkutan.
2) Menyusun rencana dan agenda yang konkret dan menyampaikannya
kepada orang tua yang akan dikunjungi itu.

c. Alih Tangan

Kegiatan alih tangan meliputi dua jalur, yaitu jalur kepada konselor
dan jalur dari konselor. Jalur kepada konselor, dam arti konselor
menerima “kiriman” klien dari pihak-pihak lain, seperti orang tua, kepala
sekolah, guru, pihak atau ahli lain (misalnya dokter, psikiater, psikolog,
kepala suatu kantor atau perusahaan). Sedangkan jalur konselor, dalam
arti konselor “mengirimkan” klien yang belum tuntas di tangani kepada
ahli-ahli lain, seperti konselor yang lebih senior, konselor membidangi
spesialisasi tertentu, ahli-ahli lain (misalnya guru bidang studi, psikologi,
psikiater, dokter).

Cormier & Bernard (1982) mengemukakan beberapa praktek yang


salah yang hendaknya tidak dilakukan konselor dalam kegiatan ahli
tangan, yaitu:

(1) Klien tidak diberi alternative pilihan kepada ahli mana ia akan
dialihtangankan,

(2) Konselor mengalihtangankan klien kepada pihak yang keahliannya


diragukan, atau kepada ahli yang reputasinya kurang dikenal,

(3) Konselor membicarakan permasalahan klien kepada calon ahli


tempat ahli tempat alih tangan tanpa persetujuan klien,

(4) Konselor menyebutkan nama klien kepada calon ahli tempat alih
tangan.

Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi berbagai layanan dan


kegiatan penunjang yang semuanya itu hendaknya dilakuakn konselor,
khususnya konselor yang bekerja pada lembaga tertentu (misalnya
sekolah) dengan sejumlah warga lembagayang menjadi tanggung jawab
penuh konselor sebagai sasaran layanan.

Layanan informasi amat dibutuhkan oleh individu-individu yang perlu


mempertimbangkan dan hendak mengambil keputusan tentangt sesuatu
(misalnya pilihan sekolah lanjutan), tetapi belum memilki pemahaman
yang cukup tentang berbagai hal berkenaan dengan apa yang hendak
diputuskan itu.

Layanan penempatan dan penyaluran banyak dilakukan di sekolah


terhadap hampir semua siswa. Layanan ini meliputi penempatan siswa di
dalam kelas , dalam kelompok belajar, dalam kegiatan ko/ekstrakurikuler,
dan dalam jurusan atau programyang tersedia di sekolah.

Pada siswa yang mengalami masalah belajar, seperti keterlambatan


akademik, ketercepatan belajar, sangat lambat belajar, kurang motivasi
belajar, serta bersikap dan berkebiasaan belajar buruk dalam belajar
memerlukan bimbingan belajar yaitu melalui pengadministrasian tes hasil
belajar, tes kemampuan dasar, tes diagnostik, analisis hasil belajar atau
karya, dan pengungkapan sikap dan kebiasaan belajar atau karya, dan
pengungkapan sikap dan kebiasaan belajar. Upaya penanganan masalah
belajar itu dilakukan dilakukan melalui sejumlah layanan, antara lain
pengajaran perbaikan, kegiatan pengayaan, peningkatan motivasi,sikap
dan kebiasaan belajar.

Konseling program merupakan layanan yang amat khas, yaitu


komunikasi langsung tatap muka antara klien dan konselor. Layanan khas
ini sering dianggap sebagai “jantung hatinya”pelayanan bimbingandan
konseling secara keseluruhan. Layanan konseling perorangan juga diberi
sifat “resmi” dalam arti bahwa layanan itu merupakan usaha yang
disengaja dengan niat yangb mantap, memiliki tujuan yang tidak bisa lain
kecuali untuk kepentingan dan kebahagiaan klien, dilaksanakan dalam
format tertentu, dengan mempergunakan metode yang terukur dan teruji,
serta hasilnya dievaluasi dan ditindaklanjuti.
SOAL LATIHAN KELOMPOK VII

1. Layanan bimbingan yang dilakukan untuk memperkenalkan siswa baru dan

atau seseorang terhadap lingkungan yang baru dimasukinya disebut…

a. Layanan informasi c. Layanan Penempatan b. Layanan orientasi d.


Layanan Bimbingan

2. Di bawah ini adalah berbagai metode layanan informasi di sekolah, kecuali…

a. Ceramah, diskusi, karya wisata.

b. Diskusi, buku panduan, konferensi karier.

c. Ceramah, diskusi, buku panduan

d. Karya wisata, konferensi, Tanya jawab.

3. Dalam suatu kasus, seorang klien diberi kesempatan mengemukakan


persoalan, persoalan, perasaan, dan pikiran pikirannya secara bebas,

sedangkan konselor hanya sebagai “agen pembangunan” termasuk dalam…

a. Konseling direktif c. Konseling elektrik

b. Konseling non-direktif d. Konseling behaviouristik.

4. Unsur-unsur yang harus ada dalam sebuah kelompok adalah …

a. Sekumpulan orang, ada tujuan, ada imbalan, ada kepemimpinan.

b. Tujuan, keanggotaan, dan kepemimpinan, aturan yang diikuti.

c. Sekumpulan orang, tujuan, keanggotaan dan kepemimpinan.

d. Kepemimpinan, kesukarelaan, kerjasama, persamaan nasib.


5. Siswa yang mengalami masalah belajar, seperti keterlambatanakademik,
ketercepatan belajar, sangat lambat belajar, kurang motivasi, dan sebagainya

memerlukan sebuah…

a. Bimbingan belajar c. Layanan informasi sekolah

b. Konseling d. Layanan penempatan dan penyaluran


KUNCI JAWABAN

1. B

2. D

3. B

4. C

5. A
6.

Anda mungkin juga menyukai