Dosen Pengampu :
Dr. Darmiati, M.Pd
Disusun Oleh :
Kelompok 5
5B PGSD
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt karena berkat karunia
dan hidayah-Nya jualah, kami dapat menyusun makalah ini yang insya Allah
tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai
“PROSEDUR DAN TEKNIK DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR”
Makalah ini telah dibuat dengan berbagai pemahaman dari berbagai buku
dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan
tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki kesalahan dan
kekurangan baik dalam penulisan maupun informasi yang terkandung di dalam
makalah ini, mengingat kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati dan tangan terbuka kami mengharapkan kritik maupun
saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini sebagai
tuntutan agar makalah ini ke depannya dapat lebih baik.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua. Aamiin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ..............................................................................................11
B. Saran ............................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia pendidikan mengartikan diagnosis kesulitan belajar sebagai
segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat
kesulitan belajar. Juga mempelajari faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan
belajar serta cara menetapkan dan kemungkinan mengatasinya, baik secara
kuratif (penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan
data dan informasi yang seobyektif mungkin.
Menurut Burton mengidentifikasi seorang siswa kasus padat
dipandang mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan menunjukan
kegagalan (failure) tertentu dalam menyampaikan tujuan-tujuan belajarnya.
Dengan demikian, semua kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk
menemukan kesulitan belajar termasuk kegiatan diagnosa.Perlunya diadakan
diagnosis belajar karena berbagai hal.Pertama, setiap siswa hendaknya
mendapat kesempatan dan pelayanan untuk berkembang secara maksimal,
kedua; adanya perbedaan kemampuan, kecerdasan, bakat, minat dan latar
belakang lingkungan masing-masing siswa.Ketiga, sistem pengajaran di
sekolah seharusnya memberi kesempatan pada siswa untuk maju sesuai
dengan kemampuannya.Dan, keempat, untuk menghadapi permasalahan yang
dihadapi oleh siswa, hendaknya guru beserta BP lebih intensif dalam
menangani siswa dengan menambah pengetahuan, sikap yang terbuka dan
mengasah ketrampilan dalam mengidentifikasi kesulitan belajar siswa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar?
2. Bagaimana Prosedur Diagnosis Kesulitan Belajar?
3. Bagaimana Teknik Diagnosis Kesulitan Belajar?
4. Bagaimana Alat Diagnosis kesulitan belajar ?
1
C. Tujuan Penulisan
Secara umum, penyusnan makalah ini ditujukan untuk menambah
pengetahuan dan informasi tentang diagnosis kesulitan belajar, agar
mahasiswa sebagai calon guru atau tenaga pengajar dapat mengidentifikasi
kesulitan belajar yang terjadi pada peserta didik.Secara khusus, peyusunan
makalah ini dengan tujuan agar mahasiswa dapat :
1. Memahami dan mengerti tentang diagnosis kesulitan belajar
2. Mengetahui bagaimna prosedur diagnosis kesulitan belajar
3. Mengetahui bagaimna teknik diagnosis kesulitan belajar
4. Mengetahui bagaimana alat diagnosis kesulitan belajar
D. Manfaat Penulisan
Dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan
pengajaran dan pengetahuan kepada pembaca umumnya dan khususnya pada
mahasiswa, yaitu :
1. Agar pembaca dapat memahami dan mengerti tentang diagnosis kesulitan
belajar.
2. Agar pembaca dapat mengetahui bagaimna prosedur diagnosis kesulitan
belajar
3. Agar pembaca dapat mengetahui bagaimna teknik diagnosis kesulitan
belajar
4. Agar pembaca dapat mengetahui bagaimana alat diagnosis kesulitan
belajar.
.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Diagnostik Kesulitan Belajar
1. Konsep Dasar Diagnostik Kesulitan Belajar
a. Pengertian Diagnotis
Diagnotik, merupakan istilah yang diadopsi dari bidang medis.
Menurut Thorndike dan Hagen, diagnotik dapat diartikan sebagai
berikut:
1) Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness,
disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan
studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya (symptons)
2) Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk
menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya
yang esensial.
3) Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang seksama
atas gejala-gejala atau fakta tentang suatu hal.
Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa didalam konsep
diagnotik, secara implisit telah bersimpul pula konsep progonosisnya. Dengan
demikian, didalam pekerjaan diagnotik bukan hanya sekedar mengidentifikasi
jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan atau
penyakit tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk
meramalkan (predicting) kemungkinan dan menyarankan tindakan
pemecahanya.
b. Pengertian kesulitan belajar
Menurut Burton mengidentifikasi seorang siswa kasus padat
dipandang mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan
menunjukan kegagalan (failure) tertentu dalam menyampaikan tujuan-
tujuan belajarnya. Kegagalan belajar didefinisikan oleh Burton sebagai
berikut:
1) Siswa dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang
bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau
3
tingkat penguasaan minimal dalam pelajaran tertentu, seperti yang
telah ditetapkan oleh orang dewasa atau guru. Dalam konteks sistem
pendidikan di Indonesia angka nilai batas lulus itu adalah angka 6
atau 60 atau .kasus siswa semacam ini dapat digolongkan kedalam
lower group.
2) Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat
mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya (berdasarkan
tingkat ukuran kemampuannya : intelegensi, bakat). Ia diramalkan
(predicted) akan dapat mengerjakannya atau mencapai suatu prestasi,
namun ternyata tidak sesuia dengan kemampuannya. Kasus siswa ini
dapat digolongkan kedalam under archievers.
3) Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat
mewujudkan tugas-tugas perkembangan, termasuk penyesuain sosial
sesuai dengan pola organismiknya pada pase perkembangan tertentu,
seperti yang berlaku bagi kelompok sosial dan usia yang
bersangkutan (norm-referenced). Kasus siswa bersangkutan dapat
dikategorikan kedalam slow learners.
4) Siswa dikatakan gagal kalo yang bersangkutan tidak berhasil
mencapai tingkat penguasaan (level of mastery) yang diperlukan
sebagai prasyarat (prerequisite) bagi kelanjutan pada tingkat
pelajaran berikutnya. Kasus siswa ini dapat digolongkan kedalam
slow learners atau belum matang (immature) sehingga mungkin
harus menjasi pengulang (repeaters) pelajaran.
Dapat disimpulkan bahwa seorang siswa diduga mengalami kesulitan
belajar kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi
hasil belajar tertentu (berdasarkan ukuran criteria keberhasilan seperti yang
dinyatakan dalam TIK atau ukuran tingkat kapasitas atau kemampuan dalam
program pelajaran time allowed atau tingkat perkembangannya.
c. Diagnostik kesulitan belajar
Diagnostik dapat kita definisikan sebagai suatu proses upaya untuk
memahami jenis dan karakteristik serta latar belakang kesulitan-
4
kesulitan belajar dengan menghimpun dan mempergunakan berbagai
data dan informasi selengkap dan subjektif mungkin sehingga
memungkinkan untuk mengambil kesimpulan dan keputusan serta
mencari alternatif kemungkinan pemecahannya.
5
orang tua. Berdasarkan informasi tersebut, sekolah dapat memperkirakan
berapa jumlah anak yang memerlukan pelayanan pengajaran remedial.
Berdasarkan data tersebut juga dapat digunakan untuk mengelompokkan
anak, beberapa yang tergolong ringan yang dapat dilayani oleh guru regular,
beberapa yang tergolong sedang, dan beberapa yang tergolong berat yang
memerlukan pelayanan dari guru remedial, yaitu guru khusus yang memeliki
keahlian di bidang pendidikan bagi anak berkesulitan belajar.
Menentukan prioritas,Tidak semua anak yang oleh sekolah dinyatakan
sebagai berkesulitan belajar memerlukan pelayanan khusus oleh guru
remedial, lebih-lebih jika jumlah guru remedial masih sangat terbatas. Oleh
karena itu, sekolah perlu menentukan prioritas anak mana yang diperkirakan
dapat diberi pelayanan pengajaran remedial oleh guru kelas atau bidang
studi; dan anak mana yang perlu dilayani oleh guru khusus. Anak-anak
berkualitas belajar yang tergolong berat mungkin perlu memperoleh prioritas
utama untuk memperoleh pelayanan pengajaran remedial yang sistematis dari
guru khusus remedial.
Menetukan potensi.Potensi anak biasanya didasarkan atar skor tes
intelegensi.Oleh karena itu, setelah identifikasi anak berkesulitan belajar
dilakukan, maka untuk menentukan potensi anak diperlukan tes intelegensi.
Tes intelegensi yang paling banyak digunakan adalah WISCR (Wechsler
Intelligence Scale For Children-Revised) (Anastasi, 1982: 251). Jika dari
hasil tes rersebut anak memiliki skor IQ 70 kebawah, maka anak semacam itu
dapat digolongkan kedalam kelomok anak tunagrahita.Anak tunagrahita tidak
memerlukan pelayanan pengajaran remedial di sekolah biasa, tetapi seluruh
program pengajaran harus disesuaikan dengan profesi anak tersebut. Jika
hasil tes intelegensi menunjukan bahwa anak memiliki skor IQ 71 hingga 89,
maka anak semacam itu tergolong lamban belajar, yang mungkin secara terus
menerus memerlukan bantuan agar dapat mengikuti program pendidikan yang
didasarkan atas kreteria normal. Yang dapat diglongkan anak berkesulitan
belajar ialah yang memiliki skor IQ rata-rata atau lebih, yaitu paling rendah
skor IQ 90.
6
Menentukan penguasaan bidang studi yang perlu diremediasi.Salah
satu karakteristik anak berkesulitan belajar adalah potensi belajar yang jauh
dibawah kapasitas intelegensinya.Oleh karena itu, guru remedial perlu
memiliki data tentang prestasi belajar anak dan membandingkan prestasi
belajar terseut dengan taraf intelegensinya.Kalau prestasi belajar anak
menyimpang jauh dibawah kapasitas intelegensinya maka dapat
dikelompokkan sebagai anak berkesulitan belajar, sedangkan kalau
prestasinya seimbang dengan kapasitas intelegensinya maka tidak dapat
dikelompokkan sebagai anak berkesulitan belajar. Ditinjau dari sudut
statistika yang dimaksud dengan penyimpangan yang jauh dibawah rata-rata
adalah dua simpangan baku di bawah rata-rata (mean).
Menentukan gejala kesulitan.Pada langkah ini guru remedial perlu
melakukan observasi dan analisis cara anak belajar. Cara anak mempelajari
suatu bidang studi sering dapat memberikan informasi diaknostik tentang
sumber penyebab yang orisinal dari suatu kesulitan. Kesulitan delam
membedakan huruf “b: dengan “d” misalnya, sering meripakan petunjuk
bahwa anak memiiki gangguan persepsi visual. Gangguan persepsi visual
tersebut sering disebabkan oleh adanya disfungsi otak.Gejala kesulitan
tersebut dapat digunakan sebagai landasan dalam menentukan diagnosis, yang
selanjutnya dapat digunakan sebagai landasan dalam menentukan strategi
pembelajaran yang sesuai.
Analisis berbagai factor yang terkait.Pada langkah ini guru remedial
perlu melakukan analisis terhadap hasil-hasil pemeriksaan ahli-ahli lain
seperti psikologi, dokter, konselor, dan pekerja sosial.Berdasarkan hasil
analisis terhadap hasil pemeriksaan berbagai bidang keahlian dan mengaitkan
dalam hasil observasi yang dilakukan sendiri, guru remedial dapat
menegakkan suatu diagnosis yang diharapkan dapat digunakan sebagai
landasan dalam menentukan strategi belajar yang efektif dan efesien. Ini
berarti bahwa seorang guru remediak perlu mengetahui pengetahuan dasar
tentang berbagai bidang ilmu yang terkait dan dapat menjalin suatu bentuk
kerja sama multidisipliner.
7
Menyusun rekomendasi untuk pengajaran remedial.Berdasarkan hasil
diagnosis yang secara cermat ditegakkan, guru remedial dapat menyusun
suatu rekomendasi penyelengaraan program pengajaran remedial bagi
seorang anak berkesulitan belajar. Rekomendasi tersebut mungkindapat
dalam bentuk suatu program pendidikan yang diindividualkan (individual
education programs), yang pelaksanaannya perlu dievaluasi lebih dahulu oleh
suatu tim yang disebut Tim Penilai Program Pendidikan Individual (TP3I)
(Kitanio dan Kirby, 1986: 150). Tim tersebut biasanya terdiri dari guru khusus
remedial, guru regular, kepala sekolah, konselor, dokter psikolog, orang tua,
dan kalau mungkin juga anak yang bersangkutan.
8
diagnostik belajar adalah untuk menemukan kekeliruan-kekeliruan atau
kesalahan konsep dan kesalahan proses yang terjadi dalam diri siswa ketika
mempelajari suatu topik pelajaran tertentu. Identifikasi kesulitan siswa
melalui tes diagnostik berupaya memperoleh informasi tentang profil siswa
dalam materi pokok, pengetahuan dasar yang telah dimiliki siswa, pencapaian
indikator, kesalahan yang biasa dilakukan siswa, dan kemampuan dalam
menyelesaikan soal yang menuntut pemahaman kalimat.
Sedangkan teknik diagnostik nontes (seperti wawancara, angket, dan
pengamatan) dilakukan untuk mengidentifikasi kesulitan siswa yang tidak
dapat diidentifikasi melalui teknik tes. Informasi yang dapat diperoleh dari
teknik nontes misalnya, untuk mengetahui kebiasaan belajar siswa,
kelemahan fisik, kelemahan emosional, keadaan keluarga, cara guru
mengajar, dan sebagainya.
9
penguasaaan materi pelajaran semata, melainkan melibatkan seluruh aspek
pribadi yang menyangkut perilaku siswa.
Tujuan tes diagnostik untuk menemukan sumber kesulitan belajar dan
merumuskan rencana tindakan remedial (perbikan).Dengan demikian tes
diagnostik sangat penting dalam rangka membantu siswa mengalami kesulitan
belajar dan dapat diatasi dengan segera apabila guru atau pembimbing peka
terhadap peserta didik tersebut. (Ismai, 2016)
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diagnosis merupakan istilah teknis dibidang medis, konsep diagnosis
bukan hanya sekedar mengidentifikasi, tetapi juga memutuskan prediksi
kemungkinan-kemungkinan untuk menyarankan cara pemecahannya.
Diagnosis Kesulitan Belajar merupakan suatu prosedur dalam
memecahkan kesulitan belajar dengan mengidentifikasi jenis dan
karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan tertentu, serta
memprediksi kemungkinan-kemungkinan dan menyarankan tindakan
pemecahannya.
B. Saran
Bagi pembaca dan khususnya bagi mahasiswa mahasiswi :
Sudah semestinya seorang guru harus berperan turut membantu
memecahkan masalah yang dihadapi siswa. Seperti diketahui, sekolah sebagai
lembaga pendidikan formal sekurang-kurangnya memiliki 3 fungsi utama.
Pertama fungsi pengajaran, yakni Pertamamembantu siswa dalam
memperoleh kecakapan bidang pengetahuan dan keterampilan. Kedua, fungsi
administrasi, dan Ketigafungsi pelayanan siswa, yaitu memberikan bantuan
khusus kepada siswa untuk memperoleh pemahaman diri, pengarahan diri dan
integrasi sosial yang lebih baik, sehingga dapat menyesuaikan diri baik dengan
dirinya maupun dengan lingkungannya.
11
DAFTAR PUSTAKA
12