Anda di halaman 1dari 9

Anggota Kelompok:

1.Rifatul Izza (121811133056)

Bedah Puisi Sapardi Djoko


2.Niendi Maulidya (121811133057)
3.Wiji Astutik (121811133058)

Damono
4.Nailus Nadia Putri (121811133059)
5.MA. Fauzan Al Riyadh P. (121811133060)
Identitas Buku

Judul : Hujan Bulan Juni : Sepilihan


Sajak
Penulis : Sapardi Djoko Damono
Penerbit : PT Gramedia , Jakarta
Tahun Terbit : 2013
Jumlah Halaman : 120 halaman
Judul Puisi yang Kami Ambil

 Di Pemakaman
 Pada Suatu Hari Nanti
 Saat Sebelum Berangkat
 Benih
 Di Restoran
Di Pemakaman
Amanat
Kaukah dari
yang puisi "Diselamat
menyapaku Pemakaman"
pagi? Kita menundukkan kepala
Di depan kapal-kapal yang terdampar, elang yang lelah,
1. Kapanpun Tuhan memanggil manusia kembali ke hadapan-NYA,
hendaklah
Angin berhenti.manusia harus siapselamat pagi
Aku pun membalasmu
dengan lirih
2. Selagi diberi kesempatan masih hidup, lakukan yang terbaik untuk
bekal
Dan di alam akhirat
menundukkan kepala kembali. Kita tidak berhak tengadah ke
matahari,
3. Jangan membangkang kepercayaan Tuhan, jika tidak ingin Tuhan
Kita hanya akan menyihir alam : matahari akan menjelma api,
menyampaikan kemarahan-NYA
Bau kembang akan membusuk, suara burung akan menjelma terompet
4. Mengubah alam menjadi baik itu perlu, namun hindari sikap apatis
Dari lembah orang mati. Kita adalah tukang sihir, menunduklah,
terhadapnya tanpa memperhatikan keseimbangannya
Kita tak berhak tengadah ke matahari.
5. Hendaklah kita percaya dengan sepenuhnya bahwa urusan jodoh,
Kini, saat ini, kau dan aku adalah orang-orang asing, terkucil
hidup, mati, dan rezeki semua telah diatur oleh Tuhan. Namun tetap
tak alam.
Dari bolehKita
lepas
bukandari usaha
bagian dan dan
dari suara doa kita
warna,
Dan mesti menunduk. Pengembara-pengembara tak dikenal,
Dan tidak juga mau mengerti. Selamat pagi, katamu.

(1963)
Pada Suatu Hari Nanti
Pada suatu hari nanti
Jasadku tak akan ada lagi
Tapi dalam bait-bait sajak ini
Kau takkan kurelakan sendiri

Amanat dari puisi ini adalah penyair ingin menyampaikan


Pada
pesan suatu haripembaca-pembaca
kepada nanti setianya bahwa
Suaraku penulis
meskipun tak terdengar
nanti lagisudah tidak ada/meninggal,
Tapi di antara
pembaca tak larik-larik
perlu merasasajak ini sedih. Karena penulis akan
kausetia
tetap akan tetap
kepadakusiasati
pembaca-pembacanya dan bisa
menemani pembaca setianya dengan karya-karyanya.
Pada suatu hari nanti
Impianku pun tak dikenal lagi
Namun di sela-sela huruf sajak ini
Kau takkan letih-letihnya kucari

(1991)
Saat Sebelum Berangkat

Mengapa kita masih juga bercakap


Amanat yang dapat diambil dari puisi ''Saat Sebelum
Hari hampir gelap
Berangkat'
Menyekap beribu kata di antara karangan bunga
Bersiaplah
 Di untuk
ruang semakin menghadapi
maya, dunia purnama kematian, karena kita
tidak tahu kapan kematian itu datang
Kita juga
 Sampai harus
tak ada yangmenjaga perilaku kita dan lebih
sempat bertanya
mendekatkan
Mengapa diri kepada
musim tiba-tiba reda Tuhan karena semua
perbuatan
Kita kita seorang
di mana. Waktu akan ada balasannya
bertahan di sini
Di luar para pengiring jenazah menanti

(1967)
Benih
“Cintaku padamu, Adinda,” kata Rama, “adalah laut yang
pernah bertahun memisahkan kita, adalah kawanan kera
Amanat yang
yang dapatmemayungi
senantiasa diambil dari puisi berjudul
kita, adalah kawanan kera
'Benih':yang di gua Kiskenda. Tetapi …,” Sita yang hamil itu tetap
• Tetapdiam sejak
setia semula,
pada “kau telah tinggal
pasangan, dalam banyak
walaupun sangkar raja
angkara itu bertahun lamanya, kau telah tidur di
masalah yang
ranjangnya, kausedang dialami
bukan lagi rahasia baginya.”
• Tetap mencintai pasangan dan menerima
Sita yang hamil itu tetap diam: pesona. “Tetapi Raksasa itu
segala kekurangan
ayahandamu dari
sendiri, pasangan
benih yang menjadikanmu, apakah ia
juga yang membenihimu, apakah …” Sita yang hamil itu
tetap diam, mencoba menafsirkan kehendak para dewa.
Di Restoran
Amanat
KitaPuisi Di saja,
berdua Restoran Karya
duduk. Aku Sapardi Djoko Damono
memesan
Ilalang panjang dan bunga rumput –
Kau entah memesan apa. Aku memesan
● Hidup layaknya berada di restoran bahwa kita punya
Batu di tengah sungai terjal yang deras –
pilihan untuk memilih apa yang akan kita nikmati di dunia
ini.
Kau entah memesan apa. Tapi kita berdua
● Menyimpulkan sesuatu tanpa ada bukti membuatmu
Saja, duduk. Aku memesan rasa sakti
curiga dan berpikiran buruk terhadap orang lain.
Yang tak putus dan nyaring lengkingnya,
● Komunikasi
Memesanpenting
rasa laparuntuk menjalin
yang asing itu. hubungan

(1989)
TERIMA KASIH
BANYAK

Anda mungkin juga menyukai