Anda di halaman 1dari 51

BUMI & UDARA

Berkisah tentang romansa antara Bumi, Langit dan Udara.

Penggambaran Bumi dan Langit secara nyata yang disimbolkan

dalam hubungan pasangan pria dan wanita yang terjalin serasi

penuh simfoni dan harmoni. Sampai suatu ketika salah satu dari

mereka melupakan kodratnya dan masuknya pribadi lain dalam

kehidupan mereka. Bagaimana Udara menjungkirbalikan

kehidupan Bumi yang hampa menjadi penuh emosi dan warna

yang pada akhirnya membuat semesta berguncang dan beriak.

Mencoba melihat dari berbagai macam sudut pandang para

tokoh tanpa membuat satu pun menjadi tertuduh yang bersalah.

Bahwa semua punya alasan…


Tokoh

Gaia : Ibu Bumi sosok pencipta, pemelihara dan pendoa bagi

anaknya, Bumi. Sesuatu yang bersifat essential. Ibu dari segala

Ibu. Ibu pengetahuan. Ibu dunia. Dan Ibu segala unsur…

Bumi : Seorang pria tampan penuh wibawa dan kekuasaan.

Sosok pemimpin yang tegas namun ia terjatuh menjadi pemuja

vagina ketika bertemu Udara.

Langit : Wanita bijaksana penyangga semesta. Memiliki

kesetiaan seorang pelindung. Namu di satu titik dia punya

keinginan lain bukan hanya sebagai pendamping tapi dialah Sang

Langitnya.

Udara : Wanita dengan karakter mandiri dan ambisius.

Memiliki daya tarik yang luar biasa yang membuat para pria

bertekuk lutut hanya dengan mendengar suaranya. Tidak pernah

mengenal kata kalah.

Sangkala : Putra Bumi dan Langit. Pemuda tampan penuh

kesetiaan terutama kepada ibunya. Dialah penguasa waktu.

Ioda : Pria di masa lalu Udara. Plin plan dan tidak berani

ambil resiko.

Dewi Air : Dewi penguasa Air, penjaga sungai.

Bangkong : Tangan kanan Bumi, sebagai orang yang di tuakan

Kancil : Pengawal, tiga serangkai dengan Sarung dan Gogot.


Sok tau dan ceroboh

Sarung : Pengawal, bodoh dan pelupa.

Gogot : Pengawal, agak tuli


Scene 1

Monolog Ibu Bumi

OM Bhur Bvah svah, tat savitur varenyam

Bhargo devasya dimahi, diyoyonah pracodayat

Satu Engkau Tuhan karnaMu sgalanya ada dariMu semua tercipta

hanya Engkau yang aku puja

OM Bhur Bvah svah, tat savitur varenyam

Bhargo devasya dimahi, diyoyonah pracodayat

Satu Engkau Tuhan terang yang demikian nyata dalam sembah

dan hening cipta kupusatkan seluruh daya

OM Bhur Bvah svah, tat savitur varenyam

Bhargo devasya dimahi, diyoyonah pracodayat

KepadaMu Tuhan Yang menguasai dunia dalam sembah dan

hening cipta kuberjalan dengan cahaya


Udara

Siapa yang tidak takluk padaku?? Kamu ? Dia? Mereka?

Lihat ..lihat aku!!

Siapa yang tak terkesima dengan pesonaku?

Jangan bicara tentang keadilan.. Jangan bicara tentang

kesetiaan, karena itu semua hanya ada dalam dongeng belaka.

Kita hidup di dunia nyata, semua penuh harafiah, penuh manisnya

bibir-bibir para pemuja dan penjilat.

Yakin.. kamu tidak suka padaku…? Yakin?

Tunggu..dia memanggilku..hahahahaha..Mungkin kau boleh

menyangkal tidak menginginkan aku tapi nyatanya Bumimu

mencariku .

Bumimu tergila-gila padaku. Dia inginkan aku,hahahahaaa…

Bumi

Udara..Kemana sungguh kamu pergi. Tiada hari saya tak

memikirkanmu. Janganlah kamu membuat saya merana Udara

Udara

Bumi, aku tidak kemana mana. Aku selalu berada di sekitarmu.

Selau melingkupimu. Bahkan dalam rasuk sukmamu pun aku

hadir. Tapi kamu saja yang tidak memperdulikan aku. Kamu

selalu sibuk dengan Langitmu itu.


Bumi

Heii..jangan begitu Udara, ayolah manis tersenyumlah. Kau tau

betapa aku sangat merindukan. Jangan merajuk seperti itu.

Jangan biarkan Udara di sekitarku ini memanas karena

amarahmu sayang.. Lihat aku Sang Bumi sudah hadir di sini

untukmu

Udara

Iyaa..iya.. kamu selalu ada di dekatku. Tidak pernah kau alpa

dengan hadirmu tapi aku tak ingin menjadi yang kedua. Aku ingin

menjadi mahkotamu satu2nya. Aku yang harus berada di

sampingmu di barisan paling depan.

Bumi

Nanti..nanti ya sabar..sebentar..

Udara

Sabar..sabar.. sabar sampai kapan. Sampai aku keriput dan tak

menarik lagi. Atau sampai kau menyesal karena seribu laki-laki

sudah mengantri di belakangmu

Bumi

Oh…ja..jangan begitu Udara. Jangan pernah berkata seperti itu.

Aku sungguh memujamu. Aku sungguh tidak bisa hidup tanpamu,

Udara. Sungguh bisa mati kalau kau meninggalkanku.


Udara

Nah kalau kau benar mencintaiku buktikan!! Jangan hanya bicara

di mulutmu saja. Aku ingin akulah sang permaisuri jagad raya ini,

Udara. Bukan Langit wanita itu.

Bumi

Iya..iya.. nanti semua itu untukmu. Semua itu milikmu. Tapi saat

ini biarkanlah Langit berada di situ. Sampa pada waktunya nanti,

aku…

Udara

Ahh… apa sih hebatnya dia. Ingat Bumi, waktuku tidak banyak.

Pilih aku yang akan membuat hidupmu bergairah dan nyata. Atau

wanita itu yang cuma punya katanya kesetiaan. Pikirkan itu..

Bumi

Udara tadi aku bilang bersabarlah sebentar.. tunggu akan tiba

nanti waktunya

Udara

Apa sebegitu susahnya kah untuk bersamamu Bumi? Apakah

tidak cukup dengan kita saling mencintai. Apakah menjadi

masalah untuk semua mata yang memandang kita

Bumi

Udara..aku adalah Sang Bumi penjaga semesta ini dimana

mereka semua bertumpu padaku. Dimana tanah dan air ini


berada dalam kuasaku. Aku tidur mereka menjadi malam dan aku

terbangun mereka pun menjadi pagi. Aku rumah mereka Udara.

Aku harus memastikan tatanan jagat raya ini tetap pada

tempatnya.

Udara

Apakah kau tidak bisa lari dari semua tanggung jawabmu itu?

Bumi

Tidak Udara..Semua itu sudah digariskan aku yang menjaganya.

Sampai habis waktuku baru semua itu akan berhenti dan musnah.

Udara

Lalu aku?

Bumi

Kamu kenapa sayang?


Sangkala dan Langit

Sangakala sedang bermanja-manja dengan ibunya, sambil Langit

mendendangkan lagu..

Sangkala

Ibu..

Langit

Iya nak

Sangkala

Bila suatu hari ayah meninggalkan kita apakah kita akan baik-baik

saja?

Langit

Kenapa kamu berkata seperti itu Kala?

Sangkala

Ibu, jangan dikira aku tidak tahu apa yang sedang terjadi. Yang

aku tahu aku tidak akan meninggalkan Ibu. Sampai habis darah

yang ada di tubuhku, selamanya tidak akan aku biarkan satu tetes

air matapun jatuh.

Langit

Sangkala biar semesta ini hancur berdebu pun aku akan tetap

disini menjaganya menjadi tiang peyangganya. Yang bisa


menghentikanku hanya Hyang Agung. Ayahmu hanya wadah

semesta ini berjalan. Ya ayahmu sedang berlari daripada

seharusnya. Jangan hakimi dia..

Sangkala

Tapi Ibu.. Ayah sudah memasukkan wanita itu dalam lingkaran

kita. Aku akan buat perhitungan dengan wanita murahan itu.

Langit

Jangan Kala..Wanita itu tak cukup berharga untuk kamu

hancurkan. Kamu adalah Sangkala penjaga waktu yang tidak

boleh habis dimakan masa. Tanpamu tiada semua pun akan

berhenti berjalan..

Tiba-tiba

Kancil, Sarung, Gogot

Dewiii….Dewii..Langit

Berlarian terburu-buru sampai mereka saling bertubrukan

Kancil

Gawat Dewi..gawat..

Sarung

Iya Dewi..ini sangat gawat

Gogot

Pastinya Dewi..ini sangat gawat

Langit
Ada apa sih ini? Satu-satu bicaranya

Sangkala

Paman Kancil ada apa?

Kancil

Air sungai berubah warna

Sangkala

Berubah bagaimana Paman?

Sarung

Iya..berubah menjadi meraaaahh seperti daraaaaaah….trus

tiba-tiba pink seperti es sirop susu enaaaakkk..

Kancil

Apaan sih koq jadi es sirop gitu

Gogot

Iya merah seperti darah..

Sarung

Eh..tuli tadi kan udah saya bilang seperti itu kenapa kamu ulang

lagi kata-kataku

Gogot

Oooo tadi belum sempat kasih tau ya makanya ini saya kasih tau

kalau air sungai berubah menjadi mer….

Kancil

STOP!! (sambil menutup mulut gogot)


Sudah-sudah diam saja kau itu lebih baik

Gogot

Dih dikasih tau yang benar malah sok tau payah lah kalian

Kancil

Iya Dewi lalu air sungai berubah lagi menjadi hijau kecoklatan

seperti lumut di batuan

Sarung

Dan berubah menjadi kuning.. kuning seperti apa ya ?

Kancil

Seperti yang suka mengalir-ngalir di sungai itu loh hihihihi..

Gogot

Iya setelah itu menjadi kuning seperti yang mengalir d sungaiiii

Kancil

Duh Gusti ampun deh.. itu barusan yang saya bilang Gogotttt!!

Gogot

Nah ga mau denger sih dari tadi saya ngomong bener kan

kata-kata saya…

Sarung

Udah-udah Kancil sebaiknya tidak kau dengarkan kata-kata si

budek ini bisa gila kita dibuatnya

Langit

Udah-udah kalian ini bikin saya bingung


Datang Bangkong

Bangkong

Selamat siang Dewi..Sangkala

Langit

Paman Bangkong bisa tolong jelaskan apa yang sebenarnya

terjadi

Bangkong

Iya terjadi sesuatu dengan air sungai Arum. Tiba-tiba saja air

sungai berubah warna

Sangkala

Berubah warna bagaimana Paman?

Bangkong

Iya tiba-tiba air sungai yang biasanya jernih ini tiba-tiba menjadi

merah, lalu berubah lagi menjadi hijau keruh kecoklatan, dan

kuning. Bahkan sempat saya melihat air itu menjadi hitam pekat.

Sarung

Tuh kan benar apa yang aku bilang

Gogot

Eh..aku juga udah kasih tau kan tadi

Kancil dan Sarung

Sssssstttttttt diam saja kamu Gogot

Kancil
Apaan sih kalian akulah yang duluan kasih tau berita ini

Kancil, Sarung, Gogot bertengkar

Langit

Sudah..sudah..jangan bertengkar lagi. Ini pasti ada yang tidak

beres. Aku akan mencari tahu dulu. Kalian tenanglah dulu.

Bangkong

Baik Dewi. Kalau begitu kami mohon diri dulu..ayo bangun semua

Seperti biasa Kancil, Sarung dan Gogot saling dorong mendorong

Sangkala

Ibu..Apa yang menurut Ibu sedang terjadi

Langit

Entah nak.. Kamu pergilah menemui Dewi Air dengan membawa

pesanku. Mungkin dengan ini akan jelas ada apa sebenarnya.

Sangkala pergi, Bumi masuk tanpa melihat ada Langit di situ

Bumi

Udara..udara .. ingatanku hanya kau Udara..oh wanitaku

pujaanku..

Langit

Bumi..

Bumi

Eh..kamu Langit sejak kapan kau berjalan layaknya pencuri

seperti itu
Langit

Aku sedari tadi sudah berada di sini Bumi. Tapi karena kamu

sedang terbuai dengan anganmu sendiri maka kau tidak

melihatku

Bumi

Ok ada apa. Semua baik-baik saja kan

Langit

Tidak Bumi. Semua tidak baik-baik saja. Air sungai berubah

menjadi warna yang tidak seharusnya pasti sesuatu yang buruk

telah terjadi.

Bumi

Lalu apa hubungannya denganku? Apa ini semua menjadi salahku?

Langit

Bumi aku tidak menyalahkan kamu. Tapi bersikaplah menjadi

pemimpin yang bijak. Cobalah untuk mencari tahu dan

memperbaiki keadaan ini ada apa

Bumi

Heii..berani kau memerintahku. Aku ini penguasa semesta. Dan

aku memiliki banyak kaki-kaki dan tangan-tangan untuk

mengurusi urusan-urusan kecil seperti itu. Apa aku juga yang

harus turun untuk memperbaiki nya. Panggil Bangkong suruh cari

tahu apa yang terjadi. Bangkooonnggg…Bangkong…


Langit

Stop Bumi. Paman Bangkong sudah melakukan tugasnya.

Sekarang tinggal kamu yang harus menyelasaikannya

Bumi

Apa maksudmu aku yang harus menyelesaikannya

Langit

Bumi apa yang sudah tertata di alam semesta ini sudah ada

bagiannya masing-masing. Satu saja kau membelokan mereka

akibatnya fatal untuk kelangsungan hidup jagad raya ini. Bumi

kau sebagai rumah dari semua itu seharusnya bersikaplah

sebagai rumah untuk berlindung jangan kau buat isi dalam rumah

ini hancur tak ujung arah bahkan tak berkeping.

Bumi

Apa yang kau bicarakan. Aku tidak mengerti dengan

bahasa-bahasa anehmu itu. Langit cukup diam saja kau disitu

jangan sampai aku akan meninggalkanmu

Langit

Bumi..Kamu telah meninggalkanku berlalu-lalu lamanya. Bahkan

sebelum Sangkala lahir. Kamu berselingkuh dari garis yang

seharusnya. Kamu tidak lagi menjadi Bumi yang damai dimana

setiap makhluk akan tenang berada dalam lindunganmu.


Bumi

Jangan coba-coba mendikte ku Langit. Atau aku akan

benar-benar pergi dari padamu.

Langit

Bumi kau boleh berselingkuh dengan Udara itu hakmu. Tapi ingat

Bumi, Ibumu menitipkan Kehidupan ini di tanganmu. Apa kau

sanggup akan menghancurkanya sampai menjadi debu tanpa

sisa

Bumi

Aaahhh… Ga usah sok tau kamu. Jangan kau campuri masalah

kita dengan Udara

Langit

Alam ini tidak bisa membohongiku Bumi. Aku adalah Langit

penyangga semesta ini. Setiap lapisan nafas yang aku hirup

sudah memberikan tanda bahwa Udara ini yang merasukimu

bahkan sampai jauh ke dalam liang sanggurdimu

Bumi

Aku meninggalkanmu bukan karena mau ku. Tapi kau Langit yang

seharusnya menjadi pendampingku membuat aku hanya laki-laki

pelengkapmu bukan sebagai laki-laki yang kau hormati laki-laki

yang puja. Cuma sebagai laki-laki penanam benih pada rahimmu.


Monolog Gaia

Sebuah kisah manusia tak lekang oleh dosa dan derita

Kau pilih sendiri jalanmu sampai takdir kan datang untukmu

Keniscayaan ini sudah tertulis hanya inginkan kau menggapainya

Hai anak manusia berbahagia lah dengan takdirmu sendiri


Bumi

Kenapa panas sekali kurasa. Ahh… pengap kenapa oksigen ini

seperti tak cukup bisa kuhirup. Ada apa gerangan

Eh…siapa itu….hei wanita apa yang kau lakukan

Bumi menyapa Udara yg sedang bermain-main dengan angin dan

api-api

Udara

Apa urusanmu! Siapa kau berani menganggu kesenanganku

Bumi

Hei jelas itu menjadi urusanku. Kau menghanguskan tanah ini

hutan ini dan itu adalah diriku. Apakah aku salah bila aku

bertanya dan mengatakan ini urusanku?

Udara

Tak pernah ada yang berani melarangku, apalagi memerintahku.

Aku lah yang berkuasa aku lah penguasa

Bumi

Hei wanita tidak..tidak..bukan kamu penguasanya.

Nona tenangkan dirimu jangan biarkan sampai api itu membakar

hatimu pula.

Udara

Eh…sekarang kau berani menyuruhku tenang. Siapa kamu


sebenarnya?? Siapa kamu??

Bumi

Tak perlu dulu kau tak siapa aku, duduk di sini disebelahku. Tatap

mataku dan katakan kegelisahanmu

Udara

Kau tidak mencoba merayuku??

Bumi

Tidak…bukan seperti itu cara permainanku.

Cantik kamu Nona tapi perih sekali yang kau rasa sampai beku

hatimu. Mari katakan padaku biarkan cantikmu sempurna

terpancar

Istrument……….

Gaia

Dan mereka pun mulai saling mengisi

Saling ketergantungan

Saling mengobati luka nanar yang perih

Saling menciptakan kebahagian untuk mereka berdua

Duh Gusti…….. apakah pertanda ini?

Apakah akan hancur semua jagad raya ini

Anakku Bumi….

Bumi…..

Tapi kamu butuh bahagia nak……


Sangkala dan Bumi

Bumi

Sangkala

Sangakala

Ada apa ayah memanggilku

Bumi

Mari kita bicara sebagai seorang laki-laki dan laki-laki bukan

sebagai ayah dan anak.

Duduklah sini dekatku

Kamu sudah dewasa Sangakala kau kebanggaan ku Sang Bumi.

Kaulah pewaris semesta ini. Keabadiaan di tangannmu.

Sangkala

Ayah ada apa

Bumi

Kamu mengetahui keadaaanku dengan ibumu. Ini satu titik kami

sudah tidak bisa bersama. Bukan siapa yang salah diantara kami

tapi penghubung itu telah putus. Tak mungkin kami menyatu

kembali.

Sangkala

Tapi ayah kan masih bisa memperbaiki relasi ini

Bumi
Tidak nak ibumu telah menutup dirinya bertahun-tahun yang lalu

saat aku masih mau memperbaiki semuanya. Tapi kini hatiku

telah mati. Aku hanya terlihat hidup karena badanku hidup tapi

sebenarnya aku telah mati. Aku hanya mayat hidup yang berjalan.

Sangkala

Ayah..bagaimana aku bisa memahami keadaan ini?

Bumi

Sangakala kamu adalah laki-laki sekarang apa yang kau harapkan

dari seorang laki-laki bernama Sangakala.

Sangkala

Aku hanya ingin bahagia nantinya. Aku adalah pewarismu pasti di

bahuku lah kehidupan dunia ini akan bertahan. Dan aku tak kuasa

membayangkan bagaimana aku dapat menjalankannya

sepertimu.

Bumi

Kamu akan butuh pendamping Kala.

Sangkala

Yaaa pendamping yang akan selalu setia disampingku. Setia

menantiku pulang. Setia menjadi temanku sahabatku bahkan

mungkin menjadi ibu dari anak-anakku kelak.


Bumi

Itulah pada kodratnya suatu pasangan. Tapi kau lihat kan apa

yang sebenarnya terjadi diantara ibumu dan aku.

Sangkala

Iya sih Ibu memang pernah kulihat mendampingimu tapi itu entah

berapa tahun yang lalu. Aku pun ingat pernah lihat ibu menjadi

teman canda Ayah di sore hari itu tapi aku benar-benar lupa

kapan itu terjadi rasanya berabad-abad yang lalu.. Bahakan

sekarang aku tak pernah lihat senyum ayah ketika bersama ibu.

Ibu hebat menjadi seorang wanita tapi..entahlah ayah aku tidak

berani untuk berucap karena aku bukan ibu..Mungkin ibu punya

alasan lain pada akhirnya dia seperti itu…

Ayah apa akan tiba waktuku akan bertemu pasanganku?

Bumi

Sangkala, semua makhluk di dunia ini hidup berdampingan

mereka mempunyai pasangan masing-masing. Akan tiba

waktunya untukmu nantikanlah anakku..

Sangkala setelah kita bicara seperti ini aku ingin kau mengerti

tentang wanita pendampingku Udara namanya.

Sangkala

Tapi aku tidak bisa berpikir untuk menerimanya diantara

lingkaran kita
Bumi

Aku tidak meminta kau melakukan itu, pikirkan lagi segalanya

dengan baik dan ikuti kata hatimu

---------------------------------------------------------

Sangkala

Ayah sebenarnya jauh sebelum ayah bicara aku pun sudah

mengetahui semuanya. Ayah lupa akulah sang waktu yang dapat

melihat sampai di masa-masa tanpa seorang pun tahu.

Bumi

Iya nak

Sangkala

Aku tahu siapa Udara…. Bagaimana wanita itu sungguh

mencintaimu ayah. Sungguh memujamu dan sungguh

membutuhkanmu..

Maafkan aku ibu tapi aku tahu itu.

Bumi

Sangkala sesuatu yang buruk akan terjadi entah apa itu. Di

telingaku bunyi Sangkakala kematian terus meneriakan

nyanyiannya.

Aku minta dengan sangat Sangkala tolong jaga Udara

Sangkala

Aku ayah?
Bumi

Ya kamu Sangkala jangan bertanya alasannya. Tapi itu adalah

tugasmu Sangkala

Sangkala

Baik ayah. Aku memang tidak mengenal siapa Udara tapi bila itu

menjadi bahagiamu aku akan menjaganya.


Sangkala dan Dewi Air

Sungai….Sungai…. bicaralah kepadaku

Hei kenapa wajahmu suram seperti itu air sungaiku. Kamu telah

membuat seluruh jagad raya ini merana. Hei jawablah ada apa

gerangan kamu bersedih sungai…

Datanglah Dewi Air

Dewi Air

Hei Sangkala putra Sang Bumi.

Sangkala

Dewi..

Dewi Air

Mau apa kau datang kemari

Sangkala

Aku ini bertanya ada apa gerangan dirimu mengapa air sungai ini

kau buat menjadi tidak seharusnya

Dewi Air

Bukan aku…hihihihi bukan aku Sangkala yang membuatnya terjadi

Sangkala

Lalu siapa?

Dewi Air

Kamu pasti tahu mengapa ini bisa terjadi kamu kan penguasa

waktu jangan lah kamu bertanya padaku Sangkala


Atau kau kemari hanya ingin bertemu denganku ya hihihihihihi..

Sangakala

Apa yang terjadi seperti apakah yang kupikirkan?

Dewi Air

Iya Sangkala memang itu yang terjadi, aku tidak bisa

membohongi kenyataan

Sangkala

Tapi Dewi..

Dewi Air

Sangkala semua yang ada dan berjalan dalam cosmos ini sudah

punya tempat masing-masing. Bahkan Galaksi ini berputar tak

pernah akan saling menghancurkan. Kenapa? Ya karena pada

dasarnya mereka sudah berada di tempat masing-masing tidak

saling menggangu menerima kodrat mereka dan tidak

berselingkuh

Sangkala

Selingkuh?

Dewi Air

Iya…kesetiaan yang mereka puja. Coba kamu bayangkan bila

mereka tidak setia. Semua akan tidak berputar pada porosnya.

Matahari tidak akan menyinari pagi lagi. Malam pun tanpa


bintang. Jupiter akan mengganti kelaminnya. Mars akan

membakar Bima Sakti ini. Bahkan Venus akan patah hati dan

tiada cinta lagi. Coba kau bayangkan itu Sangkala?

Sangkala

Ah….begitu perih yang kau ceritakan itu Dewi

Dewi Air

Sangkala jangan meyangkal pada apa yang kau lihat

Sangkala

Iya…Dewi..aku melihatnya..aku melihatnya

Dewi Air

Aku tidak menakutimu cuma itu lah yang akan terjadi Sangkala

Sangkala

Dan tanda air sungai itu?

Dewi Air

Iya sesuatu yang seharusnya berjalan telah berubah. Alam yang

memberi tanda bukan aku. Jangan tanyakan siapa yang salah

karena tidak ada yang salah. Takdir sudah tertulis

Sangkala

Jadi ayahku tidak bersalah?

Dewi Air

Tidak sayang Bumi tidak bersalah, dia menjalankan semua

tugasnya sampai akhir. Bahkan dalam sakit yang dalam pun tak
pernah dia tingalkan semua tanggung jawab di bahunya. Dia

menahan semuanya. Dia menderita Sangkala

Sangkala

Lalu apakah ibuku yang bersalah?

Dewi Air

Tidak..ibumu juga tidak bersalah. Langit hanya sudah lelah

dengan apa yang telah ia miliki dan ia menginginkan hal lain. Ia

selalu berada di balik bayang-bayang Sang Bumi dan ia tak ingin

lagi seperti itu. Ia tidak ingin lagi dikenal sebagai Langit yang

berada di samping Sang Bumi tapi ia ingin dikenal sebagai Langit

Dewi Angkasa

Sangkala

Tapi…itu sal…

Dewi Air

Jangan katakan itu Sangkala. Pada akhirnya mahkluk berdaging

ini mempunyai Utopianya masing-masing. Dan itu tidak sama

pada setiapnya. Utopia Langit dan Bumi ternyata tidak di dalam

satu titik yang sama

Sangkala

Aku tidak mengerti Dewi

Dewi Air

Sangkala kau lahir pun bukan tanpa maksud. Kamu dilahirkan


sebagai penguasa pengatur dan pengunci waktu. Di mata mu lah

kedustaan tak pernah berbohong. Lihatlah lebih dalam apa yang

sebenarnya terjadi maka kamu akan mendapat jawabannya. Dan

pada saatnya nanti pun kamu lah penyelesai semuanya

Sangkala

Aku? Siapa aku?

Dewi Air

Saat ini kau tidak akan mengerti tapi pesanku jangan pernah kau

tolak tugas dan tanggung jawabmu. Nanti kau akan

memahaminya kata-kataku ini.

Sangkala

Lalu bagaimana dengan air sungai ini Dewi?

Dewi Air

Biarkanlah saja pada akhirnya alam akan menerima tanpa bisa

memintanya lebih jauh.

Sangkala

Dewi apakah aku mampu?

Dewi Air

Hihihihihihi…Sangkala itu lah takdirmu. Kau tau kalau kau tidak

sebegitu istimewa yang ada aku tidak akan menyukaimu hihihihii

Sangkala

Ah Dewi
Dewi Air

Aku akan tunggu kamu sampai kau dewasa aku akan selalu

menantimu Sangkala hihihi

Sangkala

Sudahlah Dewi jangan mengganguku terus

Dewi Air

Baiklah suatu saat nanti aku akan mengajarimu tentang

kenikmatan surga wanita Sangkala hihhihihi

Sangkala

Ah sudah aku pulang dulu lama-lama di sini bisa ikut gila aku

Dewi Air

Daaaaaaagggg Sangakala pangeran pujaanku


Langit dan Bumi

Langit

Bumi bisakah kita duduk bersama perbaiki lingkaran kita yang

telah putus

Bumi

Tidak.

Langit

Bumi, sebegitu dinginnya kamu padaku. Apa benar tidak ada satu

saja kenanganku di dirimu. Akulah ibu dari anak-anakmu. Akulah

yang pertama kau pilih Bumi.

Bumi

Langit waktunya sudah habis. Bukan aku yang membekukan hati

ini tapi kau yang menyiramkan air dingin itu terus dan terus

sampai akhirnya dia tanpa rasa. Dan akan pecah bila sedikit saja

tersentuh.

Langit

Bumi maafkan aku..hanya saja aku…aku..

Bumi

Aku apa? Aku lupa kalau kodratku adalah seorang istri. Aku lupa
kalau aku adalah ibu..aku lupa kalau tempatku seharusnya tetap

di sampingmu Bumi. Aku lupa kalau suamiku butuh dihargai…Aku

apa Langiiitt?

Langit

Apa aku salah meminta eksistensi diriku. Apa aku salah bila aku

juga ingin orang lain melihatku secara utuh , tidak hanya kamu

Bumi Sang Penguasa

Bumi

Dengan kamu tetap disampingku semua dunia akan tahu siapa

kamu Langit. Sebuah mahkota kebesaran telah diberikan

kepadamu tapi kau melemparkanya begitu saja. Dan pada

akhirnya kau lupa dimana seharusnya kau berdiri. Sebegitu

murahnya kah dirimu??

Langit menampar Bumi

Langit

Berani kau berkata seperti itu kepadaku

Bumi

Kau yang membuat dirimu seperti itu. Padahal aku telah

meletakkanmu di tempat tertinggi yang paling terhormat. Sudah

… apa yang kau tanam inilah yang kau tuai.


Udara dan Ioda

Ioda

Udara..ayolah udara jangan kamu selalu menghindar dariku

Udara

Apa perlunya lagi aku denganmu? Berkali-kali sudah aku katakan

selesai segala sesuatunya diantara kita

Ioda

Jangan kamu memungkiri apa yang telah terjadi diantara kita.

Siapa yang menjadi arjunamu dulu? Siapa yang selalu

memberikan kata pujian nan manis untukmu? Siapa yang selalu

setia menunggumu pulang dari petualangan mu? Apa kau ingkari

semua itu Udara?

Udara

Aku tidak bilang mengingkarinya. Kau memang pernah ada di

bagian buku kehidupanku. Tapi kau tidak pernah masuk dalam

hatiku

Ioda

Apa-apaan kau bilang??

Udara

Ya..

Kamu selalu berkata ya.. pada saat aku bilang berikan keringnya
cuaca biarkan teriknya mentari tanpa angin dan oksigen.

Membuatku seakan monster kejam

Selalu setia mengantarku kemana pun aku ingin melihat dunia.

Tapi bukan itu mauku. Bukan seseorang yang selalu mengikuti

dari belakang.

Kamu selalu menungguku diam disitu..tidak menceramahiku

saat aku murka. Saat aku menghembuskan angin-angin panas di

sekeliling atmosfer ini.

Aku berkuasa tapi aku tidak ingin hidup dengan seonggok batu

tak bergeming. Kau membuatku mati. Mati hanya sebuah raga

tak berjiwa. Tak ada gairah aku hidup bersamamu. Tak ada

percikan hangat ketika kau berada di dekatmu

Ioda

Apa karena Bumi kamu meninggalkan aku? Karena laki-laki itu

kamu berpaling dariku?

Udara

Jangan kau campuri Bumi dengan keadaan ini. Jauh sebelum

Bumi hadir hal ini sudah terjadi dan ingat bukan aku yang

meninggalkanmu tapi kau yang pergi tanpa jejak.

Ioda

Udara..maafkan aku Udara..Aku tidak bermaksud pergi darimu.


Hanya saja kala itu aku melihat kau begitu sibuk dengan ego dan

ambisimu untuk menguasai dunia.Dan aku tak kuasa

mengganggumu.

Udara

Tak kuasa menggangguku atau kau melihat kehancuranku

makanya kau pergi? Itu yang kau katakan cinta? Itu yang kau

katakan setia?

Ioda

Udara..maafkan aku

Udara

Ioda, aku butuh pasangan. Bukan cuma sekedar laki-laki pemuas

birahiku. Tapi laki-laki yang bisa berdiri sejajar disampingku.

AKU BUTUH PASANGAN

Bukan pelayan…………… waktumu sudah habis

Udara keluar

Ioda

Udara…Udara……Udara…………….
Monolog Udara

Sepi hening tanpa senyap

Aku Udara pemilik sumber kehidupan nafas ini

Aku Udara penguasa udara

Aku Udara yang kan menghangatkan mu dengan alunan angin

Aku Udara yang hembuskan udara dingin permainankan

kalbumu

Aku yang bisa menginjakkan kakiku pada mana aku mau pijak

Aku yang kan terbang meninggalkan harapan-harapan palsumu

Akulah penguasa…akulah penguasa……

Bumi…Bumi… kemana engkau Bumi….

Aku ternyata lelah

Aku ternyata lemah

Aku tak berdaya

Aku butuh bersandar


Bumi…kau katakan akan selalu hadir disampingku

Bumi….tapi kau tidak… tidak disini

Kau ingkari janjimu

Janji yang kau ucapkan dari bibirmu

Kau tidak disampingku

Bumiiiiiii………..

Aku sakit Bumi

Aku sakit…

Dan pada akhirnya aku yang akan tersakiti

Aku yang akan merenda air mata ini sendiri


Monolog Bumi

Aku rumah dari segala rumah

Aku tanah dimana bumi ini berdiri

Aku penjaga aku pelindung dan aku lah penguasanya

Karena aku Sang Raja

Jangan menangis rumput-rumput kecil karena kan kurangkai kau

menjadi barisan bukit nan elok

Jangan tersedu mata air karena sudah kusediakan muara laut

untukmu beriak

Aku yang memastikan kalian semua baik adanya

Aku yang tau semua mau kalian

Aku yang tau saat kau menangis dan memohon untuk aku

bersertamu

Tapi kau tak tau apa rasaku

Tak tau perihku

Terlalu dalam luka ini di torehkan

Bahkan entah berapa banyak labirin luka ini tersayat

Tak cukup pula kau buat asam nipis tega kau teteskan di luka ku

yang tak pernah mengering

Air mata?
Haaahhhh….aku laki-laki pantang dengan air mata

Itu cuma milik seorang pengecut tanpa harga diri

Tidak ada dalam sejarah Sang Bumi menangis ………atau

Atau karena sudah tidak bisa meneteskan air mata lagi?

Sudah kering kau buat air mata ini

Udara…..Udara……Kemana engkau Udara

Katanya kau kan berada disampingku

Katanya kau yang akan memujaku

Katanya kau yang akan setia bersamaku

Katanya kau yang akan menjadi temanku saat sore hari tiba

menatap bintang-bintang menyapa

Bahkan katanya kau katakan kau akan menjadi peraduanku ketika

aku lelah dan ingin beristirahat

Tapi kemana engkau Udara…..

Udara…….

Jangan tinggalkan aku sayang….

Kau mengambil luka ini dan merawatnya hingga semula

Kau tutup semua labirin-labirin sakitku dengan bahagia untukku

Udara……..jangan kau ambil udara dari nafasku

Udara….…Udara………
Udara dan Sangkala

Sangkala

Hei..wanita keluar kau. Aku Sangkala putra Sang Bumi mau bicara

denganmu.

Udara

Ada apa Sangkala

Sangkala

Aku minta dengan baik-baik pergilah kau dari hidup ayahku.

Udara

Sangkala tidak maksudku mengambil ayahmu dari padamu.

Kamu telah dewasa aku rasa kamu akan mengerti semua yang

terjadi. Setiap mahkluk pun punya waktunya sendiri-sendiri, saat

ini waktunya ayahmu bersamaku. Jangan salahkan dia karena dia

tidak bersalah. Dan aku pun tidak meminta pembenaran atas apa

yang telah terjadi. Jauh sebelum bersamaku ayahmu telah

berduka. Ia berkelana sendiri karena ia seorang yang kuat. Tapi

ada waktunya Sangkala, ia juga butuh bahagia, butuh diakui oleh

seorang wanita. Karena semua di jagad raya ini

berpasang-pasangan. Jangan khawatir Sangkala, ayahmu akan

tetap menjadi Sang Bumi, aku tidak akan merebutnya darimu.

Tidak niatku sedikitpun. Bumi akan tetap menjadi penjaga dan

rumah bagi dunia. Tetap penguasa dan seorang raja dan kau
kebanggaannya kau putra dari Sang Bumi, pewaris semesta ini.

Mungkin dari sudut pandangmu akulah pemutus lingkaran kalian

tapi tidak Sangkala jauh sebelumnya lingkaran itu sudah terlepas.

Entah apa pikirmu bahkan jalang pun terlintas dalam isi kepalamu

tentang aku, wanita penggoda penghancur rumah yang telah ada.

Tidak akan aku sangkal sedikitpun kata-katamu Sangkala. Kami

hanya ingin bahagia, karena kami adalah pasangan. Biar hujam

dunia menghantam kami akan tetap bersama.

Sangkala

Apa kau akan mengambil tempat ibuku?

Sangkala

Tidak. Langit adalah ibumu. Ibu penyangga langit.

Aku hanya pasangan ayahmu Sang Bumi. Aku mungkin bukan ibu

yang yang mengandungmu. Tapi sebuah relasi hubungan ibu dan

anak tidak hanya berasal dari pertalian darah bukan? Hanya

ketulusan yang bisa mendasari semua itu. Sampai saatnya kau

siap aku akan menunggu menjadi ibumu.

Langit masuk

Langit

Sangkala

Sangakala

Ibu..kenapa ibu disini?


Langit

Kemari Sangkala tempatmu bukan berada disampingnya.

Sangkala beralih ke arah Langit

Langit

Hai kau perempuan sudah puaskah kau atas nista yang kau

lakukan. Atas noda dan corang moreng yang kau berikan di depan

wajahku.

Perempuan..pada akhirnya tetap perempuan memohon rayuan

laki-laki untuk menggerayangi tubuhnya.

Dasar Lonte!!

Kamu telah mengambil Bumi. Tapi jangan pernah pernah

bermimpi mengambil Sangkala anakku. Aku Dewi Langit akulah

yang pertama dan satu-satunya. Tidak ada kau perempuan!! Kau

hanyalah seorang perempuan pemuas libido laki-laki belaka.

Mungkin kau bisa melihatku sebagai wanita lemah tapi lihat apa

yang akan dilakukan oleh si lemah ini

Hai bangunlah para prajurit karuhun setan dan penguasa jagad di

bawah kakiku dewi Langit. Lakukankanlah seperti apa yang telah

aku titahkan.

Para jin dan setan meniupkan udara panas dan api di sekeliling

Udara. Udara terjebak dalam kobaran api tak berdaya melawan

para makhluk itu mengepung menghalau Udara untuk


melepaskan diri. Sampai akhirnya Udara tersungkur menahan

derita dari panasnya api yang mulai membakar sekeliling

tubuhnya.

Sebelum Sangakala ditarik untuk pergi dari tempat itu Sangkala

sempat menghampiri Udara dan berkata

Sangkala

Bersabarlah.. Sangkala penguasa waktu akan menjagamu, waktu

akan berhenti untukmu, waktu akan melindungimu. Karena

seperti itu pinta ayahku untukmu.

Sampai api mulai mengecil dan mengecil menyisakan bara-bara

yang memercik. Bau gosong menyengat menusuk setiap udara

yang terhirup. Para maklhuk itu perlahan-lahan pergi meningalkan

Udara dalam kubangan debu bakaran. Udara tak bernafas..Udara

telah selesai..

Panasnya masih terasa, bongkahan-bongkahan kayu dan ranting

penuh jelaga.

Bumi

Udara….Udara……. Udara……..

Bumi panik luar biasa melihat keadaan itu di dapatinya rumah

tempat Udara biasa menyambutnya hanya tinggal serpihan


hancur.

Udara……..Udara…….Udaraaaaaa………

Bumi berteriak kesana kemari seperti orang gila. Dan mulai

frustasi karena tidak di dapatinya Udara. Sampai tiba-tiba di

dapatinya sehelai kain brokat putih yang tertutup genangan debu

usang.

Bumi

Udaraaaaaaaaaaa….

Di dapatinya sesosok tubuh kaku yang sangat dikenalnya,

kekasihnya. Diangkatnya tubuh itu. Dingin diantara hangatnya

sisa api yang masih membara. Dibaringkannya Udara di

pangkuannya.

Bumi

Udara….bangun Udara. Jangan kau pergi. Kau telah berjanji akan

selalu berada disampingku. Udara aku mati tanpamu. Udara

bangunlah Sayang…

Diciumnya wajah, kening, hidung, lalu bibirnya

Udara..aku tahu kamu mendengarku. Kamu masih bisa

merasakanku disini..Bangun udara..ini aku, Bumi kekasihmu

Sayang..Bangun Udara.
Ingat janji kita bahwa API YANG BERKOBAR TIDAK DAPAT

MENGHANGUSKAN CINTA KITA BAHKAN LAUTAN PUN TAK

DAPAT MENGHANYUTKANNYA. Udara…


Nyanyian Dharma Lirik Putu Wijaya

Bayang bayang bulan dalam kolam

Sentuh malam terus tuk bergumam

Citra mana mempesona

Langit atau depan mata

Hembus angin air pun bergoyang

Bulan kolam hancur berkeping keping

Atas tetap benderang

Indah dan cemerlang

Karma manusia tak kan hilang jiwa

Meninggalkan raga

Walau bayang terhapus musnah pupus

Ditelan masa

Karma manusia tetap tersirat jejak langkahnya

Walau sampai di akhir hayat pala selalu kan terbawa

Bayang bayang bulan dalam kolam

Lukiskan lingkaran jiwa karma

Tiada karma terhindarkan

Pala ganjaran Tuhan


Epilog

Mereka berdiri di ujung jurang. Dinginnya embun yang kala itu

membasahi pagi dini hari tak mampu memadamkan panasnya

romansa mereka. Pria dan wanita itu hanya berpegangan tangan

sambil perpelukan tanpa mengucapkan satu kata pun. Mereka

bicara hanya dengan hangatnya tubuh mereka. Ketinggian jurang

tak mampu menciutkan mereka. Deburan ombak sudah

menari-nari siap menyambut mereka. Dingin hanya terasa dari

dua rantai metal yang mengikat kaki mereka menjadi satu.

Bumi

Udara…kita tidak bisa meminta pengakuan dunia bagaimana kita

untuk dibenarkan. Aku Sang Bumi bukan menyerah pada semesta,

bukan menyerah. Seribu gunung pun akan aku lewati tapi… Ya

biarlah mereka ini berpaling dariku, menghujamku bahkan

melemparkan kotoran di depan mukaku Raja mereka.

Tapi kau membuatku hidup walaupun aku mati.

Kau membuatku berharga sebagai laki-lakimu.

Kau membuatku menjadi Sang Bumi sesungguhnya.

Udara

Bumi…aku datang bukan tanpa maksud. Bukan kebetulan aku


hadir. Ini adalah takdir yang mempertemukan kita. Aku wanita,

sekuat dan sekokoh-kokohnya diriku aku tetap wanita. Banyak

laki-laki itu memujaku tapi mereka tidak meletakkanku

sebagaimana mestinya. Dan akhirnya mereka menyerah. Tapi

tidak denganmu Bumi, kau menjadikanku tulang ruskmu yang

utuh. Dan bayarannya dunia mengucilkanku. Tak mengapa…

Hanya disampingmu sudah cukup bagiku..

Bumi

Udara, Api yang berkobar tidak dapat menghanguskan cinta kita

dan lautan ini pun tidak dapat menghanyutkannya.

Udara

Bersama dan berdampingan

Pada saat mentari mulai menaiki peraduannya Bumi dan Udara

terjun bersama ke dalam teluk. Mereka tersenyum dan saling

berpelukan. Raga mereka tenggelam di dalamnya

Hangat mentari mulai menyetuh wajah sendu

Gemerisik ilalang terdengar bersahutan

Angin bertiup bersenandung

Kami telah bebas

Menari bertumpuan

Berpegangan tangan berpagut mesra


Lautan menyambut dua insan bukan tanpa dosa

Menentang tatanan dunia yang telah ada

Bukan maksud daging tapi sukma tak memungkiri

Ini adalah jalan kami

Biarkan seluruh Bima Sakti melempar caci

Kami tetap bersama

Karena kami hanya ingin bahagia

Bukan mau kami ini terjadi

Putaran suratan takdir sudah tertulis

Kami adalah sehati

Walaupun mati harga kami

Jakarta, 12 Oktober 2016

Rani Anggraini Aulia Putri

Anda mungkin juga menyukai