Anda di halaman 1dari 15

Dari siang hingga malam

Kumpulan Puisi Keindahan Alam


Pesonanya tak pernah padam
Keindahan Alam Indonesia
Desiran angin yang berirama di pegunungan
Saat aku membuka mataku, Tumbuhan yang menari-nari di pegunungan
ku tak percaya bahwa itu nyata Begitu indah rasanya
Aku masih berfikir, bahwa aku masih bermimpi Bak indahnya taman di surga
Tetapi aku sadar bahwa keindahan itu benar-benar ada di depanku
Keindahan alam terasa sempurna
Sungguh indah kepulauan ini
Membuat semua orang terpana
Ribuan pulau-pulau berjajar membentuk gugusan pulau yang indah Membuat semua orang terkesima
Gunung-gunung berbaris dari ujung barat ke ujung timur Tetapi, Kita harus menjaganya
Samudra luas membentang dengan air yang biru Agar keindahanya takkan pernah Sima.
dan berisi keindahan di bawahnya Puisi dari (Ronny Maharianto)
Sabda Bumi
Aku bangga menjadi anak Indonesia
Belum tampak mendung merenung bumi
Aku berjanji aku akan menjagamu
Seberkas haru larut terbalut kalut dan takut
Indahnya Alam Negri Ini Terpaku ratap menatap Jiwa-jiwa penuh rindu
Hangatkan dahaga raga yang sendu merayu
Kicauan burung terdengar merdu
Menandakan adanya hari yang baru Bulan tak ingin membawa tertawa manja
Indahnya alam ini membuatku terpaku Kala waktu enggan berkawan pada hari
Seperti dunia hanya untuk diriku Saat bintang bersembunyi sunyi sendiri
Terhapus awan gelap melahap habis langit
Ku pejamkan mataku sejenak
Ku rentangkan tanganku sejenak Bulan memudar cantik menarik pada jiwa ini
Sejuk, Tenang, senang kurasakan Hitam memang menang menyerang terang
Membuatku seperti melayang kegirangan Tetapi mekar fajar bersama mentari akan menari
Bersama untaian senandung salam alam pagi.
Wahai pencipta alam
(Puisi Tanpa Nama)
Kekagumanku sulit untuk ku pendam
Baca juga: Kumpulan Puisi Cinta Sejati Paling Romantis
Alam Di Lembah Semesta Padi yang hijau
Siap untuk di panen
Angin dingin kelam berderik
Petani bersukaria
Kabut putih menghapus mentari
Beramai-ramai memotong padi
Tegak cahayanya menusuk citra
Gemercik air sungai
Pahatan gunung memecah langit
Begitu beningnya
Berselimut awan beralas zambrud
Bagaikan zamrud Khatulistiwa
Tinggi dan tajam
Itulah alam desaku yang permai.
Sejak waktu tidak beranjak (Puisi Tampa Nama)
Di sanalah snubari berdetak Bencana Melandaku
Sunyi sepi tak beriak
Lewat suara gemuruh di iringi debu bangunan yang runtuh
Cermin ilusi di atas danau Tempatku nan asli terlindas habis
Menikung pohon yang melambai warna Rumah dan harta benda serta nyawa manusia lenyap
Di Selah Kaki-kaki mengejek Karya-karyanya Kau Lalap habis aku kehilangan segalanya
Di manakah aku berada…? Mata dunia Terpengarah menatap heran
Di mana jiwa tak mengingat rumah Memang kejadian begitu dasyat
Di saat hidup serasa sempurna Bantuan dan pertolongan mengalir
Sungguh jelita permadani ini Hati manusia punya Nurani
Tebarkan pesona di atas cakrawala Tuhan… Mengapa semua ini terjadi..!
Tak berujung di pandang lamanya Mungkin kami telah banyak Mengingkari mu
Serasa bertualang di negeri tak bertuan Mungkin kami terlalu bangga dengan salah dan Dosa-dosa
Puisi dari (Ardian H) Ya… Tuhan ampunilah kami dalam segala dosa.
Permainya Desaku (Puisi Tampa Nama)
Padi mulai menguning Alam
Mentari menyambut datangya pagi
Ayam berkokok bersahutan Ku buka mata
Petani bersiap hendak kesawah Cahaya pagi menembus kaca jendela
Semerbak mawar merah dan putih merekah
Ku buka jendela Oleh: Ananda Tri Oktavilia
Ku hirup udara nan segar. Seandainya kau tetap berwujud ulat…
Tak seorang pun bersedia mendekat…
Melihat kabut tebal yang masih menyelimuti bumi
Apalagi untuk memegang untuk bercengkerama…
Setetes embun membasahi daun
Tentu takut akan rambutmu yang bikin gatal…
Kicauan indah terdengar di telinga
Angin menembus halus menembus kulit Tapi kini perjuangan mu menemukan perubahan…
Tubuh yang jelek dan rambut yang gatal…
Ku lihat awan seputih melati
Kini berubah dengan keindahan…
Dan langit sebiru lautan samudra
Sayap dan tubuh bewarna berkilau…
Kini ku siap menghadapi hari yang baru
Dan indahnya Bumi. Kemana kau terbang selalu menarik pandang…
Puisi dari (Vino Tritambayong) Hingga di puncak puncak bunga menambah pesona…
Tanah Airku Banyak orang yang ingin bercengkerama…
Aku ingin bisa seperti mu…
Angin berdeir di pantai
Melakukan perubahan untuk kemajuan…
Burung berkicau dengan merdu
Embun pagi membasahi Rumput-rumput
Itulah tanah airku
Sawah yang menghijau Senja Yang Indah
Gunungnya tinggi menjulang
Rakyat aman dan makmur Keemasan cahaya di cakrawala
Di ufuk barat saat hari mulai senja..
Indonesiaku Terbelalak mata saat memandangnya
Tanah tumpah darahku Keindahan dari sang maha pencipta..
Jaga dan rawatlah selalu
Sang surya bersiap untuk tenggelam
Di sanalah aku di lahirkan dan di besarkan Menjemput mesra ketenangan malam..
Di sanlah aku menutup mata Meneguk cahaya dalam-dalam
Ooooh… Tanah airku tercinta Menyempurnakan keindahan malam..
Indonesia jaya.
Lembayung indah tampak kekuningan
Puisi dari (Haris Rahmat Nugraha) Gradasi warna bagaikan lukisan..
Kupu Kupu Itu Di sudut langit yang tipis berawan
Hiasan terbesar sepanjang zaman..
santannya di tempurung berekor bulu.
Sang Bulan Mengusap Lukaku Mengasah dua muda untuk menilik: adanya
kisah batu di kelapa selepas gelap.
Senyuman manis sang bulan menyapaku..
Begitu indah mekarkan suasana hatiku.. Potongan Surga Nusantara
Sejenak kuterdiam termangu..
Memandang indahnya yang tak pernah jemu.. Masih dalam renungan pagi
Saat burung berkata merdu
Sinarmu terpancar mengusir gelap.. Menyanyi kicau sendu tentang alam hari ini
Menembus malam hadirkan terang..
Kunikmati cahayamu hangatkan malamku.. Disana terhampar potongan surga
Bahagiakan rongga hati ini yang tersinari.. Terlukis dalam ranah keindahan
Langit selaksa biru nan indah
Bulan.. belailah jiwaku ini.. Awan berarak mengikuti sang angin
Yang begitu tegang menjalani hari..
Usaplah sesaknya asmara di dada ini.. Padi menunduk dalam kebersahajaan
Keringkanlah luka menganga dihati ini.. Terhampar diatas permadani kuning alam pesawahan
Gunung terlihat gagah menjulang penuh digdaya
Bulan.. memandangmu membuatku mengerti.. Pepohonan hijau berbaris menanti sang matahari
Bahwa keindahan tak harus selalu didekati..
Bahwa keindahan tak harus selalu dimiliki.. Inilah Indonesiaku,
Namun hanya untuk sekedar di pandang dan dikagumi.. potongan syurga yang Tuhan kirimkan kepada rakyat kita

Batu Kelapa Inilah Indonesiaku


Keindahan Lukisan TUhan yang tergores di kanvas negeriku
Dua muda bercermin cahaya,
sesaat terik melepas biasnya di perigi Inilah Indonesiaku
harap. Jengkal waktu merayap malas, bertali Hamparan Keindahan yang menghias tanah airku
dua perempuan paruh nafas luruh di tepi daun kaca:
merayu sepasang batu kelapa, terpukul nyata. Inilah Indonesiaku
Tanah kebanggaan hingga maut mengakhiri perpisahan
Keajaiban bagai memikat beliung
rasa dua muda itu, dan gegas melambung Awan
paruh demi sepasang batu kelapa;
memundak gersang terka. Bertebaran di angkasa
Putih, kelabu, dan hitam
Tak lama batu kelapa menanak Warna – warna menawan
Bergelombang mengombak-ombak
Tebal dan sangat indah Dulu sering ku lihat hamparan hijau sawah beratapkan langit biru
Bahkan sang bagaskara tak terlihat Kiri kanan sawah, tengahnya sungai
Pelangi terlihat tak penuh Di antara gunung matahari terbit malu-malu
Karna sang selimut menutupinya
Namun sekarang kemana?
Jauh disana Lapisan tanah becek berwarna coklat setiap habis hujan
Menyelimuti jagat raya Kini tanahku berwarna abu
Lama kucari tanah becekku
Tebal tipis
Beredar dimana-mana Tapi kenapa sekarang tak nampak?
Cemara kehidupan tinggi menjulang
Indah bukan buatan Menjadi rumah bagi banyak hewan buatan Tuhan
Ingin rasanya memeluknya Sekarang cemaranya tidak berwarna hijau dan teduh
Lembut dan menawan
Indah tak terperikan Tetap tinggi tapi banyak jendela, banyak lampu
Mengapa bisa begitu?
Sawah Sering banjir, sering longsor
Di barat ada asap bikin marah tetangga
Sawah di bawah emas padu,
Padi melambai,melalai terlukai, Padahal dahulu tidak begitu
Naik suara salung serunai, Ibu pertiwi cuma tersedu tapi tidak malu
Sejuk di dengar,mendamaikan kalbu. Sayang sekali ibu pertiwi kini tidak hanya sedih
Menanggung pilu sambil tertatih
Sungai bersinar,menyilaukan mata,
Menyamburkan buih warna pelangi, Anak-anaknya nakal semua
Anak mandi bersuka hati, Biar dimarahi tapi tak pernah jera
Berkejar-kejaran berseru gempita.
Pantai
Langit lazuardi bersih sungguh,
Burung elang melayang-layang, ditepi pantai
Sebatang kara dalam udara. kupejamkan mata
Desik berdesik daun buluh, lelah tak tau harus berbuat apa
Di buai angin,dengan sayang
Ayam berkokok sayup udara tergeletak dihamparan pasir
dihiasi dengan ribuan sampah
Kemana Perginya Alam Lestari
Dari Bentangan Langit Itulah tanah airku
Sawahnya menghijau
Dari bentangan langit yang semu Gunungnya tinggi menjulang
Ia, kemarau itu, datang kepadamu Rakyat aman dan makmur
Tumbuh perlahan. Berhembus amat panjang
Menyapu lautan. Mengekal tanah berbongkahan Indonesiaku
menyapu hutan ! Tanah tumpah darahku
Mengekal tanah berbongkahan ! Jaga dan rawatlah selalu
datang kepadamu, Ia, kemarau itu Disanalah aku dilahirkan dan dibesarkan
dari Tuhan, yang senantiasa diam Disanalah aku menutup mata
dari tangan-Nya. Dari Tangan yang dingin dan tak menyapa
yang senyap. Yang tak menoleh barang sekejap. Oh….. tanah airku tercinta
Indonesia jaya…..
Keindahan Alam Indonesia
Permainya Desaku
Saat aku membuka mataku
Ku tak percaya bahwa itu nyata Sawah mulai menguning
Aku masih berpikir bahwa aku masih bermimpi mentari menyambut datangnya pagi
Tetapi aku sadar bahwa keindahan itu benar-benar ada di depanku ayam berkokok bersahutan
petani bersiap hendak ke sawah
Sungguh indah kepulauan ini
Ribuan pulau-pulau berjajar Padi yang hijau
Membentuk gugusan pulau yang indah siap untuk dipanen
Gunung-gunung berbaris dari ujung barat ke ujung timur petani bersuka ria
beramai–ramai memotong padi
Samudra luas membentang
Dengan air yang biru Gemercik air sungai
Dan berisi keindahan di bawahnya begitu beningnya
Aku bangga menjadi anak Indonesia bagaikan zamrud khatulistiwa
Aku berjanji aku akan menjagamu itulah alam desaku yang permai

Tanah Airku Bulan Dan Matahari

Angin berdesir dipantai siang ,


Burung berkicau dengan merdu sering mengingatkan aku kepada matahari
Embun pagi membasahi rumput-rumput Manakala malam,
sering mengingatkan aku kepada bulan,
keduanya saling melengkapi siang dan malam, Tumbuhan pun merasakan hal yang sama
matahari tidak pernah lelah, Bagiku, tumbuhan adalah perhiasanku
membiaskan cahayanya di kala siang, Dan hewan, adalah peliharaanku
manakala,
Bulan tidak pernah lupa, Aku juga slalu memberi kesejukan bagi penduduk bumi
menerangi malam malam ku, Aku memberikan oksigen bagi manusia
percaturan alam tidak pernah silap, Aku juga memberikan sumber daya bagi mereka
Bulan dan Matahari, Memberikan mereka energi, kekuatan, perhiasan
Dan segalanya yang mereka butuhkan
Pada Suatu Hari Nanti
Semua itu adalah pada saat bumi masih dalam keadaan stabil
Pada suatu hari nanti, Ketika bumi tidak dipenuhi orang orang serakah
Jasadku tak akan ada lagi, Menggunakan sumber dayaku sesuai kebuhannya saja
Tapi dalam bait-bait sajak ini,
Kau tak akan kurelakan sendiri. Tapi kini…..
Manusia hanya memikirkan kepentingannya sendiri
Pada suatu hari nanti, Mereka tak pernah memikirkan aku
Suaraku tak terdengar lagi, Mereka slalu ingin lebih atas apa yg telah diberi oleh – Nya
Tapi di antara larik-larik sajak ini.
Kau akan tetap kusiasati, Ketamakan, kerakusan, pemborosan
Telah membawaku kepada kerusakan
Pada suatu hari nanti,
Impianku pun tak dikenal lagi, Lihat apa yang telah mereka perbuat padaku
Namun di sela-sela huruf sajak ini, Setelah apa yang aku berikan pada mereka
Kau tak akan letih-letihnya kucari. Mereka membalasnya dengan merusakku
Menebang pohon pohonku
Memberikan polusi padaku
Namaku Alam Memburu hewan hewanku
Dan merusak ozonku
Perkenalkan, namaku adalah alam Dengan zat zat yang dulu tak pernah ada di bumi ini
Aku adalah tempat tinggal bagi flora dan fauna Sungguh perih hati ini rasanya
Apakah tak ada kesadaran sedikit pun dihati mereka?
Dimana bagi hewan-hewan aku adalah rumah mereka Apakah tak ada rasa iba mereka atas rusaknya diriku?
Tempat mereka bertumbuh Sungguh, sungguh, dan sungguh sangat miris hati ini
Berkembang biak, dan mencari makan
Melakukan semua aktivitas kehidupan alam
Kuduga lautmu tuhan
Bukan hanya hewan
Semilir di hilir
Bertongkah arus keras mengalir Indonesiaku
Derasnya sama dan kemas
Kerap dan malar selalu mengusir Indonesia pesona negeri nan indah
Lalu bagaimana hendak kutulis Cantiknya negeri membuat dunia terpesona
Seribu garit yang terguris ragam budaya
Sekadar calar ragam musik
Perit di lengan dan betis ragam tarian dan bahasa
Ombak menunduk penuh mengisi indahnya nusantara
Mematah bongkak leher berlekuk hutan yang asri
Tika baru terkejar laut yang lepas gunung yang hijau
Katanya lautan yang biru
“Jangan disia setitik pengalaman dan semua kekayaan alamnya
Tiap masin itu peluhmu”
Muara dewasa pun tak luak berkata tetap terjaga dan lestari
menyeru ku kembali mengisi ruang negeri dengan sejuta simponi
Katanya betapa indahnya negri ini
“Kau masih belum bersedia
Dunia ini permainan tak berupa” Indonesia….
indahnya Indonesia…….
Mahu tak mahu
Ku tetap nelayanNya
Andai tak diduga bukan manusia Indonesiaku Hijau
Selagi bernyawa, ku coba
Semua cabar dan uji rohani Secercah harapan kunanti
Kan ada artinya Melihat Indonesiaku hijau
Kapan dan kapan
Ku jala pahala, menebar doa ia semakin tua
Ku kail nikmat, dosa melekat
Ku tangguk sihat, tersedak sakit Oh…Indonesia
Janji ku cuba, Kulihat engkau memutih
janji ku duga Tergerai dentuman industri
Tiap sukar dan sempurna engkau semakin redup
Selagi hati belum mati, selagi rasa bertapak di dada, selagi jiwa mendamba cahaya,
selagi Oh…Indonesia
jasad menuntut sihat, selagi hidup selubung sejahtera Kapan aku menatapmu hijau
Selagi itu, Kau Ku panggil yang Maha Esa Dengan semburat angin sepoi
Kuingin habiskan sisa hidupku
Tuk melihatmu tersenyum Kemudian lenyap ke arah
Gubuk-gubuk bambu yang reot
Alam dilembah semesta Tanpa atap di tepian jalanan pantai

Angin dingin kelam berderik Senja ini..


Kabut putih menghapus mentari Tiada yang romantis atau membiuskan angan
Tegak cahyanya menusuk citra Ke dalam khayal yang beku
Dan ratusan hari terkubur diam
Pahatan Gunung memecah langit
Berselimut awan beralas zamrud Pantai ini telah sepi..
Tinggi . . . Tajam . . . Hanya derai cemara udang..
Hanya rintik gerimis yang tidak kunjung reda
Sejak waktu tidak beranjak Tidak juga menjadi hujan deras
Di sanalah sanubari berdetak
Sunyi sepi tak beriak Ada yang berubah
Pantai ini merubah dirinya menjadi teduh, hijau
Cermin ilusi di atas danau Dan di beberapa sudut tumbuh padang rumput
Menikung pohon yang melambai warna Ada cemara udang, perahu nelayan
Di celah kaki-kaki menjejak karya-karyaNYA Yang sepuluh tahun yang lalu belum kulihat
Ini adalah pantai kenangan
Di manakah aku berada?
Di mana jiwa tak mengingat rumah Sabda Bumi
Di saat hidup serasa sempurna
Belum tampak mendung merenung bumi
Sungguh jelita permadani ini Seberkas haru larut terbalut kalut dan takut
Terbarkan pesona di atas cakrawala Terpaku ratap menatap Jiwa-jiwa penuh rindu
Tak berujung di pandang lamanya Hangatkan dahaga raga yang sendu merayu

Serasa bertualang di negeri tak bertuan ALAM Bulan tak ingin membawa tertawa manja
Kala waktu enggan berkawan pada hari
Derai Cemara Udang Saat bintang bersembunyi sunyi sendiri
Terhapus awan gelap melahap habis langit
Angin pantai disela gerimis
Mendera pelan, sejenak Bulan memudar cantik menarik pada jiwa ini
Berteduh di bawah Hitam memang menang menyerang terang
Pohon-pohon cemara udang Tetapi mekar fajar bersama mentari akan menari
Bersama untaian senandung salam alam pagi.
Bencana Melandaku
Padahal dahulu tidak begitu
Lewat suara gemuruh di iringi debu bangunan yang runtuh Ibu pertiwi cuma tersedu tapi tidak malu
Tempatku nan asli terlindas habis Sayang sekali ibu pertiwi kini tidak hanya sedih
Rumah dan harta benda serta nyawa manusia lenyap Menanggung pilu sambil tertatih
Kau Lalap habis aku kehilangan segalanya Anak-anaknya nakal semua
Biar dimarahi tapi tak pernah jera
Mata dunia Terpengarah menatap heran
Memang kejadian begitu dasyat Indahnya Alam Negeri Ini
Bantuan dan pertolongan mengalir
Hati manusia punya Nurani Kicauan burung terdengar merdu
Menandakan adanya hari baru
Tuhan… Mengapa semua ini terjadi..! Indahnya alam ini membuatku terpaku
Mungkin kami telah banyak Mengingkari mu Seperti dunia hanya untuk diriku
Mungkin kami terlalu bangga dengan salah dan Dosa-dosa
Ya… Tuhan ampunilah kami dalam segala dosa. Kupejamkan mataku sejenak
Kurentangkan tanganku sejenak
Kemana Perginya Alam Lestari Sejuk, tenang, senang kurasakan
Membuatku seperti melayang kegirangan
Dulu sering ku lihat hamparan hijau sawah beratapkan langit biruk
iri kanan sawah, tengahnya sungai Wahai pencipta alam
Di antara gunung matahari terbit malu-malu Kekagumanku sulit untuk kupendam
Dari siang hingga malam
Namun sekarang kemana? Pesonanya tak pernah padam
Lapisan tanah becek berwarna coklat setiap habis hujan
Kini tanahku berwarna abu Desiran angin yang berirama di pegunungan
Lama kucari tanah becekku Tumbuhan yang menari-nari di pegunungan
Begitu indah rasanya
Tapi kenapa sekarang tak nampak? Bak indahnya taman di surga
Cemara kehidupan tinggi menjulang
Menjadi rumah bagi banyak hewan buatan Tuhan Keindahan alam terasa sempurna
Sekarang cemaranya tidak berwarna hijau dan teduh Membuat semua orang terpana
Tetap tinggi tapi banyak jendela, banyak lampu Membuat semua orang terkesima
Tetapi, kita harus menjaganya
Mengapa bisa begitu?
Sering banjir, sering longsor Agar keindahannya takkan pernah sirna
Di barat ada asap bikin marah tetangga
Puisi Pantai
Panorama Alam Kintamani
Kubiarkan ombak mengusap
kedua kakiku seperti menari-nari Ketika ku memasuki areamu
dalam buaian keriaan kalbumu Kuhirup hawa sejuk
kupandang jauh Mengalir langsung ke relung hatiku
Seakan-akan alam semesta ramah menyambutku
Jauh di ufuk kebiruan berpadu
yang menyatukan langit dan laut Wow ajaib karya Tuhan
namun waktupun sekejap berlalu Dia telah merancangkan sgala yang luar biasa
beranjak dari pesona Lihatlah karya tanganNya
Panorama alam Kintamani
Dengan hamparan pasir putihmu
debur ombak yang berdebar Amazing…
dan keceriaan anak-anak tertawa Kintamani begitulah orang menyebut dirimu
Rangkaian pegunungan
tersenyum serta lesung pipimu Pepohonan
bak guratan pasir jemari-jemari lentik Bunga-bunga
yang sesekali gelombang menyapanya Menyemarakkan alam Kintamani
waktu yang tak pernah kembali
berjalan bahkan berlari Melihatmu…
Menikmatimu…
Ijinkanlah kutemui Sungguh dapat melepaskan stress
bukan sekedar untaian mimpi Memberi ruang baru dalam hidupku
kan kubasuh kakiku di pantaimu Memberi kesegaran jiwa raga
Terimakasih Kintamani
Lautan Yang Indah Dan Tenang Syukur bagiMu Sang Maha Kuasa

Lautan yang indah dan tenang Tangan Tak Bertanggung Jawab


Terlihat ikan yang sedang bergurau riang
Dibalik terumbu karang yang tampak kokoh Hancur segalanya
Bersama tanaman laut yang bergerak indah Akibat yang sederhana
Namun berat nan besar
Manusia yang melihat itu sangat terpesona Terlihat biasa namun menghancurkan
Ikan ikan berenang dengan ceria
Air laut tampak tenang dan tidak bergelombang Udara yang segar Kini tak terhirup kembali
Suasana lautan sangat nyaman dan tenang Burung yang sering berkicau
Kini tak tampakkan keelokkannya lagi Untuk melihat keindahan alam,
Keindahan dunia
Api membara Terus membakar
Khalayak rayap pemusnah Aku mempertaruhkan nyawa,
Harapan yang musnah bertahan diri di atas gunung
Ribuan orang penuh kesedihan Demi melihat keindahan alam
keindahan ciptaan Tuhan
Tangis menyayat hati
Kesengsaraan bertubi – tubi Gunung Yang Telah Lama Gersang
Bagai beban diatas gunung
Yang tertimbun padat Aku dulu dilahirkan dalam alam yang permai
Dibuai dalam lindungan alam yang indah
Bagai punuk gunung Yang selalu mengingatkan aku pada belaian pertiwi
Hamparan padang rumput Selalu bersenandung rindu dalam dekapan alam
Subur nan hijau
Telah berubah hitam Semua kini telah dalam pandangan
Tak terlihat Entah ke mana dan menjadi apa alam yang ku kenang dulu
jernihnya air Tak terlihat habitat disana Bagai ditelan dalam rakusnya manusia jahanam
Mereka pergi mencari perlindungan Yang tiada belas kasihan dalam hidupnya
Jangan salahkan ! Selalu terasa pedih di hati ini
Bila mereka mengancam warga Tersayat sembilu dalam jiwa-jiwa yang kerdil
Memangsa hewan ternak Terluka dan terobek sampai ke dalam sanubari
Hinggga berbuat kerusakan Tiada berbekas akan sakitnya hati
Mereka berlarian mencari makanan
Kehidupannya telah direnggut Kemana kan kucari lagi
Oleh tangan tangan tak bertanggung jawab Indahnya alam yang telah melahirkanku
Sungguh siksaan bagi hewan hewan disana Kemana aku mengadu untuk kembalinya alam permaiku
Semua telah gersang tanpa kendali dan manusia tinggal menuai bencana
Keindahan Alam
Kutunggu manusia-manusia baru untuk berkarya
Batapa indahnya alam ini Tiada akal yang bisa menggapai
Laut berombak-ombak Entah kapan akan kembali
Awan berarak-arak Gunung dan lembah yang kembali bersemi lagi
Udara segar bertiup-tiup
Keindahan Alam Ternodai
Aku berdiri di atas gunung,
Berdiri di bawah langit
Sungguh betapa indahnya alam ini Domba putihpun terbang menuju kemari
Hutan lebat nan hijau
Dengan beragam tumbuhan unik di dalamnya Kita berdiri dengan beralaskan tanah
Gunung-gemunung yang tinggi menjulang Kita berdiri dengan beratapkan langit
Yang ketinggiannya mencakar langit Untuk melihat keindahan alam sekitar
Laut biru yang amat luas seluas mata memandang Keindahan alam yang terhampar luas

Akan tetapi… Akan ku pertaruhkan nyawa ini


Tangan-tangan manusia dengan seenaknya merusak alam Akan ku pertahankan raga ini
Pohon-pohon ditumpas habis tak bersisa Bertahan pada tanduk sebuah gunung
Sungai-sungai ternodai limbah pabrik Demi kagumi keindahanmu
Hutan-hutan dibakar habis tak keruan
Bumi Bersabda
Mengapa manusia merusak alam?
Bukankan alam sendiri yang menyediakan kebutuhan manusia? Belum nampak mendung menutupi langit
Padahal manusia akan terkena dampaknya Seberkas haru yang larut terbalut kalut dan takut
Jika mereka merusak alam Terpaku ratap menatap jiwa yang penuh rindu
Sejukkan dahaga jiwa serta sendu merayu
Minggu Pagi
Bulan tak ingin membawakan tawa manja
Kapan kali terakhir kita merasakan mata yang memandangi sibuknya burung gereja, Kala waktu tak ingin berkawan pada malam
hinggap diantara ruas pohon muda, Saat bintang bersembunyi berharap sunyi sendiri
tarikan nafas lega sedalam dalamnya, Terhapus awan gelap yang menutupi langit
tak mendengar bunyi klakson dan getar motor menyala,
hanya bunyi ayam jantan dan burung gereja, Bulan tampil dengan cantik menarik pada jiwa ini
masihkah kita sempat menikmati dingin dan malasnya minggu pagi, Hitam memang menang menutupi terang
Mungkin disaat inilah, kebaikan, kejujuran, rendah hati, keikhlasan, ke pasrahan, Namun sang fajar bersama mentari akan menari
kesabaran, Bersama senandung salam pada alam pagi.
empati, memperlihatkan segala potensinya,
yang mungkin telah lama terus-terusan dijejali pil tidur dan di nina bobok kan oleh Desa Yang Damai
keserakahan, kesombongan, intoleran, kemarahan, kebohongan, kepura-puraan.
Kau adalah tempat yang terindah
Indahnya Alam Ini Jauh dari ramainya kota
Yang penuh dengan kesibukan
Batapa indahnya alam kita ini Dan kemacetan
Ombak bergemuruh
Udara senyuk menentramkan Tempatmu yang penuh dengan pepohonan
Menjadikanmu tempat yang damai Yang memiliki keindahan satu sama lain
Jauh dari kebisingan kota
Yang selalu melanda Deburan Ombak
Kau adalah tempat yang indah Ombak yang menerjang di laut
Dengan barisan bukit dan pepohonan Saling berkejar memecah di batu karang
Kau membuat manusia selalu ingin Menghempasnya, hingga terlihat aneka keong
Hidup di tempatmu Yang bertebaran dari dasar lautan

Bintang Ombak yang menerjang terdengar tiada henti


Seolah memberikan pesan pada kita
Saat malam tiba dengan langit yang gemerlap Bahwa alam ini tercipta begitu indah
Saat itu pula akupun mulai tersenyum Yang memberikan kenyamanan pada kita
Melihat bintang dengan berpijar
Bagaikan tebaran harap pada kehidupan Indahnya Pemandang Ini
Namun hatiku kian murung
Saat awan hitam mulai menutupi langit Burung yang berkicau dengan merdu
Saat bintang itu mulai tertutup gelap Menandakan tibanya hari baru
Bahkan saat sinarnya mulai meredup tak terlihat Indahnya luas alam ini membuatku terpana
Seperti dunia ini hanya milik ku
Saat terangnya menghiasi langit
Sering ku pandangi bintang yang paling terang Kupejamkan mataku untuk sejenak
Dan ingin rasanya ku petik untuk manjakan hati Kurentangkan tanganku untuk sejenak
Agar hidupku ini penuh dengan harapan Sejuk, senang, dan bahagia kurasakan
Membuatku seakan melayang tinggi
Keelokan Alam Wahai pencipta alam semesta
Kekagumanku sukar untuk kupendam
Saat aku perlahan membuka mataku,
ku tak percaya bahwa itu nyata Keindahan Hutan
Aku masih berpikir, mungkin aku masih bermimpi
Namun aku sadar bahwa keindahan itu nyata Awan yang kelabu telah pergi
Suara guntur yang menggelegarpun telah sunyi
Sungguh elok terlihat Hujan dari langit tak turun turun
Lautan biru terbentang luas Tanah yang kering telah menjadi basah
Gunung yang berbaris tak beraturan Tumbuhan yang kering telah subur kembali
Langit yang berhiaskan pelangi Sungai yang dangkal jadi penuh
Aliran air di sungai
Binatang mulai mengeringkan tubuhnya dari kebasahan Bening bak bentangan kaca
Pohon mulai menyerap air dengan akar-akarnya Segar membasuh jiwa dan raga
Begitulah keadaan kita setelah hujan Begitulah permai nya alam desaku.
Semoga saja tetap begitu seterusnya
Demi keselamatan seluruh umat manusia Indahnya Bumi
Keramaian Laut Saat mata ini ku buka
Sinar pagi menembus bening kaca jendela
Mendadak ramainya laut Seharum mawar merah nan merekah
Angin yang menyeret deburan ombak Jendela ku buka
Hingga menuju ke tengah luasnya samudera Udara segar ku hirup
Sedangkan di pinggir pantai
Ramainya orang menari Kabut tebal ku lihat masih menyelimuti pagi
Daun yang basah karena tetesan embun
Undangan dari sehamparan laut Telinga mendengar kicauan merdu
Yang datang dari segala penjuru Kulit terasa di tembus angin pagi
Melihat mereka yang sedang menari
Hingga menjelang akhir pertemuan Melihat awan seputih bunga mawar
Hingga langit bak lautan samudera
Datang, Hari baru yang siap ku hadapi
Datanglah kembali dari segala penjuru Dengan indahnya bumi pertiwi
Sepinya laut kami hingga menjadi ramai
Dengan alunan lagumu yang sarat akan cinta.

Desaku Yang Permai


Mulai menguningnya sawah
Pagi yang disambut sang mentari
Membuat ayam berkokok di segala penjuru desa
Petani bersiap menuju sawah

Padi yang menunduk


Pertanda siap dipanen
Petani pun bergembira
Bersama memanen padi

Anda mungkin juga menyukai