Anda di halaman 1dari 8

Kenakalan Remaja Di Era Lagu Kesepian

Informatika
Ku tak melihat kau membawa terang
senang mengabadikan tubuh yang Yang kau janjikan
tak berhalang Kau bawa bara berserak di halaman
padahal hanya iseng belaka Hingga kekeringan
ketika birahi yang juara
etika menguap entah kemana Oh... di mana terang yang kau
janjikan... Aku kesepian...
oh nafsu menderu deru Di mana tenang yang kau janjikan...
bikin malu... Aku kesepian...
oh nafsu menderu deru Sepi...
susah maju...
Ku tak melihat kau membawa
rekam dan memamerkan badan dan tenang
yang lainnya Yang kau janjikan
mungkin hanya untuk kenangan Kau bawa debu bertebar di beranda
ketika birahi yang juaranya Berair mata
etika dibuang entah kemana
Oh... Di mana tenang yang kau
oh .. janjikan... Aku kesepian...
nafsu menderu - deru ... Di mana terang yang kau janjikan...
bikin malu Aku kesepian...
Sepi...
oh ..
nafsu menderu - deru ... (Instrumental)
susah maju
Oh... di mana terang yang kau
apakah kita tersesat arah janjikan... Aku kesepian...
mengapa kita tak bisa dewasa Di mana tenang yang kau janjikan...
Aku kesepian...
Di mana menang yang kau
janjikan...
Sepi... Sepi... Sepi...
Melankolia Sebelah Mata

Tersungkur di sisa malam Sebelah mataku yang mampu


Kosong dan rendah gairah melihat
Bercak adalah sebuah warna warna
Puisi yang romantik mempesona
Menetes dari bibir Membaur dengan suara dibawanya
kegetiran
Murung itu sungguh indah Begitu asing terdengar
Melambatkan butir darah
Sebelah mataku yang mempelajari
Nikmatilah saja kegundahan ini Gelombang kan mengisi seluruh
Segala denyutnya yang merobek ruang tubuhku
sepi Terbentuk dari sel akut
Dan diabetes adalah sebuah proses
Kelesuan ini jangan lekas pergi yang alami
Aku menyelami sampai lelah hati
Tapi sebelah mataku yang lain
menyadari
Gelap adalah teman setia
Dari waktu waktu yang hilang
Kamar Gelap Kau Dan Aku Menuju Ruang
Hampa
yang kau jerat adalah riwayat
tidak punah jadi sejarah akan ke manakah aku dibawanya ?
yang bicara adalah cahaya hingga saat ini menimbulkan tanya
dikonstruksi dikomposisi engkau dan aku menuju ruang
padam semua lampu hampa
semua lampu tak ada sesiapa hanya kita berdua

membekukan yang cair kau belah dadaku mengganti isinya


mencairkan yang beku dihisap pikiranku memori terhapus
jangan kabur berjamur terkunci mulutku menjeritkan pahit..
segala negatif menuju positif uuuuu...
kekal...
hingga kau belah rongga dadaku
mengganti isinya dengan batu
hinggat kau kunci rapat mulutku
engkau dan aku bumi dan langit
Jangan Bakar Buku Hujan Jangan Marah

karena seriap lembarnya, mengalir lihatkah? aku pucat pasi, sembilu


berjuta cahaya hisapi jemari
karena setiap aksara membuka setiap ku peluk dan menangisi hijau
jendela dunia pucatnya cemara
yang sedih aku letih
kata demi kata mengantarkan fantasi
habis sudah, habis sudah dengarkah? Jantungku menyerah,
bait demi bait pemicu anestesi terbelah di tanah yang merah
hangus sudah, hangus sudah Gelisah dan hanya suka bertanya
pada musim kering
karena setiap abunya melemah dan melemah
membangkitkan dendam yang reda
karena setiap dendamnya Hujan, hujan jangan marah...
menumbuhkan hasutan baka
Balerina Banyak Asap Disana

Hidup bagai balerina hidup tak lagi sama konglomerasi


gerak maju berirama pesta
detaknya dimana mana seperti udara lapar bagai hama tak ada yang
hidup bagai balerina tersisa

menghimpun energi, mengambil dedikasi dijaga berjejal di kepala


posisi demi sanak saudara hingga
mmenjejakkan kaki, meniti temali menyesakkan dada
merendah meninggi rasakan api,
konsentrasi diskriminasi hanya untuk kita semua
kado bersama sama di musim perik
biar tubuhmu berkelana, lalui tiba
kegelisahan
mencari keseimbangan mengisi yang muda lari ke kota, berharap
ketiadaan tanahnya mulia
di kepala dan di dada kosong di depan mata, banyak asap
di sana
hidup trasa begitu lentur
raba tekstuur ciptakan gestur menanam tak bisa, menangis pun
berjingkat tidak teratur seperti sama
melantur gantung cita cita di tepian kota
hidup terasa begitu lentur
Hilang
senja akan segera berlalu
indu kami seteguh besi seorang lelaki melintas menyimpan
hari demi hari menanti malu
tekad kami segunung tinggi menyusul langkah sang gadis yang
takut siapa?? semua hadapi... mungil
tapak kakinya yang lelah
Yang hilang menjadi katalis menyisakan perih
disetiap kamis
nyali berlapis nanti malam kan ia jerat rembulan
disimpan dalam sunyi hingga esok
Marah kami senyala api hari
didepan istana berdiri... lelah berpura pura bersandiwara
esok pagi kan seperti hari ini
Yang hilang menjadi katalis
menyisakan duri, menyisakan perih
disetiap kamis
menyisakan sunyi...aaa...
nyali berlapis

yang ditinggal takkan pernah diam berharap gadis mengerti hatinya


mempertanyakan kapan pulang? tetes keringat mengalir mencoba
melawan ragu

Laki Laki Pemalu Menjadi Indonesia


ada yang memar, kagum banggaku ini masalah kuasa, alibimu berharga
malu membelenggu kalau kami tak percaya, lantas kau
ada yang mekar, serupa benalu mau apa?
tak mau temanimu
kamu tak berubah, selalu mencari
lekas, celah
bangun tidur berkepanjangan lalu smakin parah, tak ada jalan
menyatakan mimpimu tengah
cuci muka biar terlihat segar
merapikan wajahmu pantas kalau kami marah, sebab
masih ada cara menjadi besar dipercaya susah
jelas kalau kami resah, sebab
ada yang runtuh, tamah ramahmu argumenmu payah
beda teraniaya
ada yang tumbuh, iri dengkimu kamu ciderai janji, luka belum
cinta pergi kemana? terobati
kami tak mau dibeli, kami tak bisa
memudakan tuamu dibeli
menjelma dan menjadi indonesia
janjimu pelan pelan akan
menelanmu

ini mosi tidak percaya, jangan


anggap kami tak berdaya
ini mosi tidak percaya, kami tak mau
lagi diperdaya

Mosi Tidak Percaya Tubuhmu Membiru


kamu ingin melompat.
ingin sekali melompat.
dari ketinggian di ujung sana.
menuju entah apa namanya.
coba buka lah mata.
indah di bawah sana.
tutup rapat kedua telinga.
dari bisikan entah dimana.

kau terbang dari ketinggian mencari


yang paling sunyi.
dan kau melayang mencari mimpi2
yang tak kunjung nyata.

kulihat engkau terkulai


tubuhmu membiru tragis. tragis.
perihmu yang menganga.
tak hentinya bertanya.
hidup tak selamanya linier.
tubuh tak seharusnya tersier.

coba buka lah mata.


indah di bawah sana.
tutup rapat kedua telinga.
dari bisikan entah dimana.

Anda mungkin juga menyukai