Anda di halaman 1dari 10

Antologi Puisi

Teater Wejang FKIP UMS 2020

Klimaks

pagi ini aku terbangun lebih cepat dari biasanya


bergegas kekamar mandi kunyalakan rokok kusukaanku
kuhisap dengan nikmat sambil berimajinasi indahnya hidup menjadi manusia
dengan sistematika kehidupan yang cukup nyeleh ini menjadi kenikmatan dalam kehidupan
pola pola berfikir yang berbeda menjadi suatu estetik dalam bertumbuh
idealis yang busuk ini menjadi suatu cermin dalam berproses
tak perlu adanya keadilan bila manusia memiliki cermin yang besar dan menikmati prosesnya
hirukpiuk yang membosankan naluri otak bermunculan konsep konsep liar dalam
berkehidupan
uhh nikamat.....

cilegon, 20 oktober 2020


SEMANGAT PEMUDA

Selamat berjuang para pemuda

Yang bergelora

Dengan api yang menyala

Bergetar di relung jiwa

Engkau bersumpah

Menjunjung tinggi indonesia

Menyemarakan semangat persatuan para pemuda

Berkat perjuanganmu, semangatmu


Kini…

Garuda telah bangkit

Bangkit dari kematian yang sunyi

Terimakasih para pemuda putra putr bangsa

Istiqomah.

Akresminortujuh

Berdiam dalam gelapnya sunyi

Membebaskan anganku untuk meliar

Sampai terbayang engkau dihadapanku

Dan berandai jika itu nyata

Raut apa yang harus ku pasang?

Senang?

Itu pasti, karna rinduku akan terobati

Sedih?

Tak dapat dihindari! Ku tahu karna ia akan pergi lagi.

Cemas?

Iya, aku ingin menyampaikan rasaku padanya, tapi tak sampai dilidah

Marah?

Tak ada gunanya marah pada dirinya, karna aku paham aku yang salah

Takut?

Aku sangat takut jika kau menolak diriku ini!!

Bingung?

Mungin itulah yang paling tepat untuk saat ini.

Terlepas dari itu semua, inilah pengakuanku


Kau hanya satu untukku

Tak ada yang lain untuk menggantikanmu.

Ponorogo, 22 Oktober 2020

Rafi.UK

Ditelan angin

Pagi terbangun dengan ratapa

Sekilas haarapan yang tersungkur dalam kekosongan belaka paras berseri mengumbar
keindahan nestapa

Kemungkinan menjadi sekilas info yang diterpa debu selembar pikiran kosong, mengeja
peristiwa melebur menjadi sebuah wacana

Ketika siang dijemput oleh panas

Mengabari bisik sangau pada telinga

Tubuh tergeletak diberondong peluru kemalasan

Kata kotor mengalir dalam selokan

Nanyian pilu didengarkan dalam biorama curiga

Sore pecah diantara remah-remah malam

Kala itu berdiri sebuah kebimbangan depan pintu perjalanan

Hingga harapan ditiup angina, berharap sampai

Tergantung anatara bulan, bulan bertabur mendnung kebohongan

Galih Enggar Wicaksono

2014
Batas

Pinjamkan aku pena milikmu

Bukan untuk menulis hal yang baru

Apalagi berniat untuk yang ini itu

Sudahlah, jangan banyak omong mulu

Aku tak mau semakin merusak harga diriku

Garis pembatas ini tak mampu aku samarkan

Samar tak terjelaskan

Adakah mimpi yang terbatas ?

Menyekang hati berhalusinasi liar ?

Tidak, bukan tidak mendasar

Walau hati berakhir dengan luka memar

Karena,..

Yang kutahu tak pernah tahu batas itu semakin nyata

Karena aku tak pernah bisa memahami artinya.

Melisa Dewi Nugraheni

2014

Kompos Tembakau Cap bidadari Murahan

Kita berdiskusi, bukan tentang kecantikan atau keindahan

Kita terlentang berbicara tanpa batas dan penutup apapun

Kita disini tak bedanya dengan para pezina

Aku buka peutupmu, aku pegang ujungmu

Dan terkadang aku pegang-pegang atau aku pijat-pijat ujungmu, tapi kau diam saja

Yasudah aku hisap terus dan ku nikmati sampai kau bosan

Selama ini aku kecanduan bidadari sepertimu


Tubuhmu ku buka, ku nikmati, lalu aku bosan dan ku buang

Besok, lusa dan bulan depan mungkin aku terus seperti itu

Aku Cuma minta satu padamu, jangan coba-coba kau menjanjikan harga

Joko Nur Syafa’at

2014

Sebelum Dialog terakhir

Sebelum dialog terakhir

Apa kau tak ingin sisipkan rasa rindu

Walau telah saat antara perbatasan gelap dan cahaya

Rasa pagi menganggu kenangan bersama ketik kita mengusik ketenangan bersama

Ketik kita mengusik ketenangan

Ada takut ketika ingin kusampaikan rindu

Tapi cemasku menjadi

Di antara pilar kesombongan yang meniadakan kita

Bukan sekedar hanya untuk, tapi untuk

Maaf jika aku masih mengingat

Satu kenangan yang menjadikan cerita

Sedikit diantara perasaan yang tiba mati kemudian dilindas olehmu

Rasanya memang lelah tapi ini yang terjadi

Aku kau rasa cinta meresap senyap

Aris Rohmadi

2013
Rasanya

Kicau manusia semakin meradang

Pasal resah tak terobati

Cari obat kesana kemari

Yang fakta ada pada diri

Semesta serasa berubah

Nyatanya manusia yang mengubah

Ingin nurani membantah

Apadaya sukma rebah

Berkeliling pikir

Diam beku raga

Merapal doa-doa

Agar lara tak mendua, meniga

Sayup kabar datang

Beri harap sekaligus tumbang

Bualan, dan hanya kesemuan

Qosim

Magetan,November2017

SLASAT

Sebelum peringkat tertata

Mereka sudah membangun kasta

Lumrah ketika kaki mereka lebih menjadi bata

Menyodorkan gerakan diatas

Berujung meretas
Tuntas

Sampai akar bajkan mengakar

Dan tumbuhlah mereka yang Cuma bisa berkelakar

Reza Rizqi Prasetyo

LUKA YANG SAMA

Senja berganti malam

Malam kembali bangun menuju fajar

Diri menua menghadapi ujung dunia

Entah akan dengan siapa aku bersama menghadapi dunia

Kala jari tak lagi bertemu

Mata tak saling bertatap

Kau menghilang tanpa permisi

Meninggalkan hati yang sudah kau mutilasi

Rasamu yang mulai menghilang

Sedikit demi sedikit menyayat hati

Menjadikannya beberapa bagian kecil

Yang semakin hari membusuk dan menghitam

Gampang bagimu meninggalkan seseorang

Sulit bagiku untuk berhenti

Berhenti untuk menjadi lelaki gagal

Yang terus kembali dengan akhir cerita yang sama

Kembali membuka hati dan menangis karenanya


Redupnya Senja

Karya : Desy Luvita Sari

Di bawah naungan hangatnya senja

Matahari telah menyelesaikan perannya

Hingga senja di atap langit mengerling mesra

Hai senja…..

Senja, bukankah kau hanya sementara?

Menemani matahari setelah lelahnya

Hingga gelap tiba mendahului malam

Kau telah redup senja

Orang bilang kau pergi untuk menghilang

Tapi tidak untuk senja,

Kau pergi untuk kembali

Kau bukan menghilang

Tenang, masih banyak yang menginginkanmu

Maka kembalilah pada waktumu.

WANG SINAWANG

Tapo mandang rupo

Tanpo mandang ajining busono

Tingkah laku sing terapno

Gambarake ajining rogo lan sukmo

Urip iku urup

Dadio siro ikang mulyo

Mulyo dunyo munlyo akhirat


Sedho namung ninggalaken certiro

Tingkah lakumu, tutur tembungmu

Singbakal dadi lirik tembang

Sanak kadhabg tonggo tepalih

Sarwahdi Basir

Dunga

kau menelisik bak angin membawa duka

merenggut nyawa yang tak berdosa

tanpa perduli

kejamnya dirimu

menikam perlahan

membunuh tanpa suaraa..

satu-persatu dariku mati

gugur layaknya di medan perang

tangis menari

tawa semakin pudar

pelukku meregang

geganggamanmu lepas

kemudian kita berjarak.__

kuat dirimu

melalui duka

bahu membahu menerjang badai...


saling bantu berdiri

bersama memohon pada Tuhan

layangkan mantramu

bersama

mengucap aamiin aamiin

pada banyak hal yang baik

-Rifaraxputo

Anda mungkin juga menyukai