Anda di halaman 1dari 3

Creative Writing : Puisi

Kemarin, Sekarang, dan Esok Kematian

Kemarin adalah kenangan Terpisah raga dan ruh, itu yang akan terjadi

Dia selalu membayang apa saja yang aku Siapapun tak akan ada yang mengira akan
lakukan menghampiri

Membekas setiap aku lewati Mati hanya jembatan penuh arti

Merupa semua yang telah kujumpai Kapanpun itu tidak akan bisa negosiasi

Sekarang adalah kenyataan Angkasa boleh ditaklukannya

Nampak semua yang ada di depan pelupuk mata Planet boleh didudukinya

Hinggap rasa, datang pikiran Bahkan bencana bisa ditanggulanginya

Sesuatu menjadi satu menjadi makna Tapi tidak dengan penjemput nyawa

Esok adalah misteri Berharap dengan jiwa dalam balutan raga

Anganku melayang menerawang ke alam Tidak dengan tangan bersimbah darah


impian
Atau dengan nanah borok dan luka
Sejuta harapan kan kujadikan pedoman
Atau hanya dengan alat bikinan manusia
Membulatkan keyakinan dalam hati

Aku berlari dalam kehidupan

Hanya mengejar kematian

Ya Allah, dosa penuh membalut diri

Hamba kembali dengan diri membawa bukti


duniawi

Puisi | Jajuli 1
Creative Writing : Puisi

Keadilan dalam Demokrasi Pujaanku

Dimasa revormasi Kau adalah pujaanku

orang mengadakan demokrasi Kau begitu indah di mata banyak orang

Hanya satu jalan untuk bebas Begitupun di mataku

Mungkin itu hanya hayalan yang tak terbalas Sikapmu begitu lembut

Hinggap rasa hilang di hati Menghangatkan semua orang

Seperti kuman yang menyakiti Mendinginkan jiwa-jiwa yang panas

Tikus-tikus kantor yang kotor Indahnya dirimu

Tidak peduli kucing molor Tak ada yang bisa menggantikanmu di hatiku

Hingga kini

Kaum marjinal terpinggirkan

Kolong jembatan jadi naungan Apapun yang kau perbuat

Kerjakan pembangunan Membuat banyak orang suka padamu

Jangan adakan penyimpangan Inginku memilikimu

Tapi tak bisa

Nusantara seakan-akan hina

Hanya generasi muda yang bisa Kuharap akan datang

Menoleh, merasa, mendengat, dan memimpin Seseorang yang pantas memilikimu

Jadilah, Pak Soekarno yang bisa Yang benar-benar menyayangimu

Dan kau akan bahagia bersamanya

Aku harap itu akan terjadi

Puisi | Jajuli 2
Creative Writing : Puisi

Hujan Pagi Rumahku

Pagi biasanya cerah berubah dengan tangismu Kau bertahan akan hujan

Merintih meneteskan butir-butir kelembutan Kau melindungiku disaat terik matahari

Kerasnya kemarau beranjak memilukan Kau menyelimutiku dikala malam hari

Kehidupan kembali penuh warna-warni dengan Kau mampu membuatku nyaman


hiasan

Sungguh tak terhitunglah jasamu


Gersang padang tersirami olehmu
Kemanapun aku pergi pasti rindu denganmu
Mayat rumput hidup kembali ulahmu
Kau jadi saksi semua baik-buruku
Lembah tandus hijau elok berkatmu
Aku dibesarkan dalam perutmu
Sirami padi di sawah alirkan derasnya sungai
hasilmu
Kau dermaga termpat aku berlabuh

Sadarkanku bahwa malam beranjak pergi. Dimana aku bisa singgah setiap waktu aku lelah

Hujan datang, tawarkan selimut hati, Oh..rumahku, kau istana bagiku

Mengekang raga, menahan langkahku Tidak akan ada yang bisa menjadi penggantimu

Warna hari kau tangisi dengan kejernihamu

Hujan, janganlah kau pergi,

Aku masih rindu alunan nada-nadamu.

Rintikanmu seolah menyanyikan lagu

Aku masih belum siap melihat dunia

Puisi | Jajuli 3

Anda mungkin juga menyukai