Kepada yang terhormat, duhai yang menamai diri sebagai sang pemimpi
Ku harap semilir angin ini dapat membawa kau kembali ke tempat dimana mimpi-
mimpimu dulu kau tumpuk rapi.
Lihatlah kini, mereka begitu mengenaskan sejak kau menghilang entah kemana.
Tiada tersentuh hingga nyaris usang termakan waktu,
tertutup oleh tumpukan keraguan,
dinding-dindingnya telah rapuh termakan keputusasaan,
atapnya bocor sana-ini, penyanggahnya nyaris patah.
Tapi aku tau pasti, mereka masih disitu bertahan dengan harapan yang nyaris pudar
Terkutuklah !
Bagaimana mungkin kau begitu lupa ?
Kembalilah !
Bangun, pertanggung jawabkan mimpi-mimpi yang kau bangun
Mulailah dengan menyapu debu yang telah bertumpuk itu
Hiasilah dinding-dindingnya dengan warna baru
Gantilah tiang penyanggahnya dengan yang lebih kuat
Dan 'Alhamdulillah' sebagai penutup akan teringatnya diriku akan Allah yang
Maha Besar.
Hingga sampai senja menanti. Sudah berada diri di ujung senja ini.
Membawa mahkota Aphrodite sebagai tanda kemenangan. Dan tongkat
Acacia sebagai keberhasilan dalam perjuangan menciptakan nyatanya
impian dan harapan.
Gubuk kecil sebagai penopang, tanggapmu. Sebutir dua butir harapan yang
tak akan terjadi benarnya menurutmu. Perjuanganku yang kau anggap sia -
sia. Tawamu mendominasi mencerca mimpiku.
Banyak hal negatif, terputar kenangan buruk tentang begitu banyak duri
yang tertancap.
Bahkan, jika surga pun tak dapat berpihak. Akan kubuat semua menjadi jalan
dan milikku.
Lemparkan lagi!
Batu?
Ranjau?
Duri?
Besi panas sekali pun, tak lagi kutakut jika menghantam wajahku.
Karena keyakinan memantapkan batin, jiwa, raga dan hatiku. Hingga selalu
terputar di kepalaku