2
Inilah taman hening
Tempat merakit realita.
Realita?
Aku meragukan realitaku sendiri
Yang mana realitas itu sebenarnya?
Mungkin bagiku
mimpi dan fiksi
itulah realita sejati
sedang hidup yang kata mereka kujalani
hanyalah mimpi, cerpen, bahkan novel
yang belum selesai
3
Aku sudah pernah bicara
pada semua yang berwarna
dan tidak berwarna
pada semua yang bernama
dan tidak bernama
pembicaraan kami dirahasiakan
angin
tapi mereka tahu
luka akan memecahkan jiwa
dari tubuhku
yang menciptakan tubuhmu.
4
Malam ini taman hening
penuh cahaya biru dan ungu
Vidiara bisu
5
Singgahlah sejenak
6
Setiap malam kusiapkan hal berbeda
untuk menawanmu di sini
Kau tahu, tengah kusiapkan
makan malam di atas
sebuah perahu
yang akan membawa kita
melintasi jalur samara
yang hening bening
tak perlu lampu atau lilin
karena seribu bintang, seribu kunangkunang
akan menemani
jangan bawakan aku bunga,
sebab semua bunga tunduk padaku di sini
“Mata Elang, bawakan aku setangkai puisimu!”
7
Apakah artinya semua ketibaan
dibandingkan kehadiranmu
malam ini?
Lihat, kemeja hitammu
dihinggapi serangga malam
yang riuh mengantarmu setengah
berlari menuju rinduku.
8
Angin yang bersijingkat
merintih di depan Mahatta
Kau aku menggigil kala menanggalkan
lara di pembaringan itu
waktu henti
kita pun saling menyentuh
dan menemukan kunang-kunang bertebaran
dalam tubuhku tubuhmu
9
Tiba di paragraf akhir pertemuan
perempuan itu menulis tergugu
Seseorang telah ditakdirkan
untuk selalu kembali ke
taman hening betapa pun jauh
ia berlari dan menghindari
Helvy Tiana Rosa, Depok, 2008