Anda di halaman 1dari 5

Sebuah Janji Di Pelukan Senja

Senja takpernah mengumbar keindahan yang menyejukkan


Namun ia berharap menjadi masa yang selalu dirindukan
Sebagaimana aku yang terus melata di ruas ruas senyummu
Ingin menjadi yang terindah dan menyilaukan sepasang matamu

Bukan untuk memikatmu


Apalagi memberimu fatamorgana
Aku hanya ingin menjadi sahaya yanh tetap sederhana
Seperti para punakawan yang meninggalkan gebyar dunia

Senja semakin remang dan melindap dalam gelap


Ia pamit untuk angslup di tingkapan malam
Sepenggal janji yang kau udar ketika senja semakin alum
Bila engkau akan memberi spasi bagi serbuk senja untuk istirah di rahimmu yang puisi

"Simpan saja segala gairah yang membakar jiwamu. Akan kusiapkan tirta Pawitra yang kusakralkan.
Tanamlah segala benih yang kau miliki. Agar tumbuh janin janin puisi sebagai mahar atas segala cahaya
kinasih. Rapal kalimasada di telingaku. Sebelum engkau menutup engkau membuka gerabang indraloka
tempat menyemai bibit cintamu"
Di Balik Pakeliran

Terlalu banyak wayang yang sibuk pencitraan # Karena mereka takut kehilangan kekuasaan
Menyalahkan adalah menu sehat # Mencecap ludah para penjilat
Di balik tonil wayang kian usil # Meski tindakannya semakin menabung muskil
Punawakan jadi hadir sebagai hiburan # dialog pasemon semakin kulotan
Para punggawa piawai diplomasi # tindakan semakin pamrih kepada upeti
Wayang bijak tak diperankan dalang # Batara Kala semakin dahaga dan jalang
Kelire Jagad Dumadi semakin riuh # Para Dewa turut bertindak angkuh
Di Balik Pakeliran ada ibrah yang disematkan # Penonton manggut manggut menyaksikan pertunjukan

Malam Jamasan Kudus

Kusebut namamu dengan hati hati # Agar setiap kalimat menjadi jamasan suci

Sebelum sakramen menembang kidung agung # ingin kubaptis rinduku yang semakin bubung
Kau dan aku saling merindu # Meski acapkali gagal untuk menukar cumbu

Seumpama kau adalah nanda # Kusebut namamu menjadi penutup doa


Sebelum ritual aksara menjadi banjaran # Ingin kusematkan kecup yang paling bajingan

Jamasilah tubuh yang penuh luka # agar pulih dari segala lara
Bebat saja raga yang masih berdarah # Dengan kerudungmu yang merekam sejarah
Simpan segala karmapala # agar ambisi menjadi tumbal dari segala mayangkara

Rindu Tak Tertuju


Kau tahu
Apa yang semakin meruncing di kalbu
Akan ada hari di mana kau dan aku mampu bertemu
Dan saling mendekap serupa rimbun semak dan perdu

Kepadamu
Aku alamat risalah rindu
Meski telah lama ia mengembara di kumparan waktu
Namun aku tahu
Bila engkau masih kukuh menunggu

Jika merindukanmu adalah perjalanan kasidah musyafir


Aku maharkan segala setia menjadi bentara mengkultuskan kalis

Sepenggal Rindu

Senja tlah klingsir di rembang malam


Burung kembali pulang ke sarang
Sedangkan aku masih tergugu dalam gigil rindu
"Sedang apa engkau malam ini, perempuan yang kusebut kekasihku"

Masihkah kau menimbang serbuk serbuk nutfah yang siap kau tampung di rahimmu

Kuharap kudapan sisa senja yang telah remang


Menjadi rajah untuk menjinakkan rindu kepadamu

Aku tetap ingin menjadi pengembara


Di atas lanskap tubuhmu yang sempurna
Semoga janin janin puisi ini
Menjadi jabang tetuka yang mengikat akrama

Ritual Tanam Cinta

Telah sampai pada wuku yang ditentukan


Benih yang terperam oleh musim
Hendak kutanam di rahim suci yang takpernah termukim

"Mulailah dengan membaca mantra, serupa jamus kalimasada yang menggetarkan sukma. Kemudian
taburkan benih pada ladang kudus. Biarkan ia merenangi telaga untuk menuju peraduan cinta"

Peluh yang menetes di sekujur tubuh


Pertanda ada kelezatan yang kita tunggu

Meski napas semakin sengal dan terengah


Kita mampu menuntaskan ritual bubak kawah
Hingga pada puncak kelegitan asmara
Kita menjadi sepasang nyawa yang menghaturkan doa

"Semoga benih benih tumbuh menjadi pengayom jiwa yang rikuh"

Dalam Kidung Purnama

Telah kurapal Nubuat sebagai peneluh rindu


Keluk dupa dan wangi kesturi menjadi penghubung
Yang dari hulu menuju hilir
Sampai hilir mengendap di muara rasa

Purnama malam ini menjadi tamu pertama


Membawa mahar untuk perempuan bermata kopi

"Tunggulah aku di beranda kalangan purnama. Setelah usai aku merituskan gending dengan sendratari
dayang dayang"

Di balik jarum jarum cemara yang mencacah cahaya purnama


Nubuat semakin menggetarkan ruh
Dari kedalaman batin yang kosong dari segala nafsu
Aku jala segala dzikir muhasabah

Di sudut retinamu yang kian syahdu menjanjikan temu


Aku saksikan purnama menjinjing pijar rekah

Mari kita teguk secangkir Mus dan perasan anggur merah


Sebagai jamasan malam kudus sebelum kita moksa bersama rindu

Sinduran Kembang Rindu

Usai seremoni awan menerjunkan hujan. Yang tersisa adalah aroma petrikor tanah basah. Jejak jejak
yang membekas di jalan setapak, menghadirkan kembali kisah silam yang masih utuh tanpa patahan.
Hmm...
Sebatang daun pisang yang tergeletak di perempatan. Pelepahnya patah oleh lebat air yang berjatuhan.
Kemanakah sepasang mata yang beralis clurit berkerudung itu pergi?
Sementara lelaki ringkih yang tak pernah lupa mendendangkan lagu pertemuan. Masih melata di
simpang jalan sebuah balai wisma

"Aku telah menyempurnakan luka di hatimu. Dengan menabur garam yang kupanen dari telaga mataku
sendiri. Semoga air hujan yang menggulai kenangan. Semakin perih oleh taburan garam batinku"

Oh...
Luka yang kau tinggalkan. Membuatku rindu yang semakin jahanam

Remang Cahaya Cinta

Sepasang mata melirik pada pendar lentera dari kedua mata


Pijarnya menggelimantang menerangi gelap hati

Semestinya engkau mengerti


Tentang ruas ruas hati tak lagi utuh
Berharap agar ketulusanmu yang kudus
Mampu memulihkan dari nelangsa

Malam ini aku merasakan tak ada lagi jarak antara kau dan aku
Aroma tubuhmu yang mengudar di ruang rindu
Mengajak sukmau berdansa dalam pelukan hangatmu

Mari kita bumbui malam ini dengan pagutan yang sakral


Sebagai awal percintaan yang makin binal

Dan di remang nur matamu yang teduh


Aku ingin membaca kitab di atas tubuhmu
Menggendingkan dengus asmaragama yang keramat

Dari remang cahaya matamu


Aku mampu menyigi gelap yang membelenggu
Jangan pernah lelah untuk menjadi kandil untuk ruhku

Engkau akan merasa sangat gembira bila suatu perasaan yang telah lama kau rasakan menggebu dalam
hatimu, lalu mewujud dan dapat kau lihat dengan mata jasmanimu

Anda mungkin juga menyukai