Candra Dalila
lekas saja pikiranku ingin menulis kau dan juga kedua biji matamu
yang manja itu. tapi di mimik terakhirku,
aku mulai ragu dari raga
yang berpura-pura perih ini.
Di pantai Dulupi
Kau seperti sedang mendulang rindu
Pada senja yang sepertiga memudar
Di pantai Dulupi
Kau tidak harus tegak berdiri
Membayangkan wajahku menghapus jingga
di langit sore itu
kamu selalu datang dan pergi di waktu yang tidak tepat, jam dua belas malam waktu indonesia
berduka.
mengapa kau pergi dan tak bisa kembali?
ada yang ganjil dan mengganjal dipikiranku tentang rinduku padamu ditanggal yang janggal itu.
pikirku perempuan yang lahir di bulan april adalah istri yang diberikan tuhan kepadaku. ternyata
aku salah membaca pikiran tuhan.
aku kini seperti sebuah buku yang terbuka dengan kisah-kisah yang tak begitu menarik yang
hanya satu halaman saja. saat kaMu menagih hutang-hutangku, aku tak dapat membayarnya!
Gorontalo, 09-11-2018
Catatan: Molahu'o adalah ritual pelepasan dihari ketujuh orang yang telah tiada atau
meninggal.
Surat Buat Najli
Candra Dalila
di kamis pahing ini, biarkan sejenak aku mampir berdenyut di jantungmu. karena aku akan terus
menulis puisi tentangmu selama kau ijinkan aku hidup di jantungmu.
maka kutitipkan surat ini kepada zibril sang penerima wahyu. agar nanti tertulis di lauhul
mahfudz. biar diakhir penebusan nanti, akan ada seseorang yang kan membacanya bahwa akulah
yang memberi rusuk kepadamu.
dimatamu aku melihat samar bayang wajahku yang bertepatan dengan jadwal hari pernikahan
kita. aku melihat hidungmu berjodoh dengan hidungku. tapi sayang, aku tak menyangka bahwa
pertemuan itu hanya sebatas pandang.
Gorontalo, 08-11-2018
Puisi Terakhir Buat Nona
Candra Dalila
aku tidak akan melawan takdir yang tuhan berikan kepadaku lewat doa-doa yang terus kau
panjatkan ketika kau kusakiti dulu. Kau membacakan surat-surat tuhan dengan membisikkannya
ke telinga zibril dalam duduk di tahiyat akhirmu. katamu sebagai penangkal untuk mengusir roh-
roh yang lama tinggal di dalam jiwaku karena terlalu berdosa pada serpihan-serpihan ufuk.
aku ingin menjadi hujan yang jatuh didekatmu sebanyak detak jantungku yang tak ingin segera
berhenti. kemudian diturunkan hujan-hujan yang selalu datang tidak pada waktunya. sebab kau
meyakini bahwa hujan adalah airmata tuhan yang mudah tumpah ketika dia sedang patah hati.
di puisi-puisi yang pernah kutulis, kamu adalah kata-kata yang kubaitkan dan hendak kujadikan
sebagai kumpulan-kumpulan kesedihan.
Gorontalo, 6-11-2018
Malam Terakhir
Candra Dalila
Gorontalo, 2017
Nur 2
Candra Dalila
di jalanan itu
aku sedang terburu-buru mengejar angin
keringatku merangkak
napasku baru saja belajar tiarap
adakah hal lain
yang lebih curam
dari rasa sakit hatiku?
Jumat, 11-2-18
Seratus Delapan Puluh Senti Di Atas Permukaan Rindu
Candra Dalila
bukan aku yang menulis namamu pada seribu butir pasir di pantai itu
hanya saja, tanganku terlalu jujur untuk mengatakan bahwa aku benar-benar masih
mengharapkan
kisah kasihmu
Gorontalo, 10-27-2018
Kunci G
Candra Dalila
di bawah pusarmu
dengan melantunkan
Gorontalo, 14-10-2017
Ritual Persahabatan
Candra Dalila
Dulu
Segala jenis persahabatan itu
Ada di ujung paku,
Palu, dan juga
Salawaku.
Dan biasanya
Sering dipatahkan
Oleh halahadi; bergerigi tapi munafik.
Sabtu, 21-3-2018
Hiperbola
Candra Dalila
Tiba-tiba saja
Aku jadi rindu
Ingin membesuk mimpimu
Di hadapan masalalu
Aku ingin sekali
Melukis kenangan di keningmu
Biarkan rindu ini akan selalu meronda
Di tiap-tiap redup derap detak
Jantungmu
Adikku
Aku rindu tanganmu itu
Semoga akan selalu mengarahkanmu
Untuk tengadah ke hadiratNya
Minggu, 01-04-2018
Aku Lupa Ini Jam Berapa
Candra Dalila
Gorontalo, 07-03-2018
Di Senyummu Ada Rinduku
Candra Dalila
Gorontalo, 26-02-2018
Nur
Candra Dalila
Gorontalo, 2017
Sungai Bone
Candra Dalila
Gorontalo, 2017
Gorontalo
Candra Dalila
Gorontalo, 2017
Nia
Candra Dalila
Gorontalo, 2017
Matahari Terbit
Candra Dalila
Gorontalo, 20-11-2017
Malam Pertama
Candra Dalila
tembak
terkam
lalu tikam
kiamat
Gorontalo, 23-09-2018