Anda di halaman 1dari 12

-Meremuk Peluk-

Aku mencatat Bahagia yang pernah kita punya


Kau menulis lirik lagu untuk merangkul kebersamaan kita
Kurun waktu mengabdikan suka cita yang penuh warna di dada
Senyum sudah menjadi potret di album yang kita susun sedemikian rupa
Kau mengingat baik diksi diksi yang ku ketik meski kau seorang pelupa
Aku menangkap segala hal yang menentang kita
Meskipun aku seseorang paling takut pada petaka
Kita jadi sempurna Ketika berdua
Lalu pada suatu waktu
Cuaca pada langit perasaan kita menjadi pancaroba
Seketika berubah
Kemudian kumenyadari
Yang kita simpan selama ini diletakkan pada sebuah kotak pandora
Yang kini terbuka
Dan kita lemah di hadapannya
Kau dan aku saling memendam rahasia
Agar satu diantara merasa Bahagia
Telah setara rasa duka
Kita berbagi kecewa dengan tak lagi bersua
Sebuah perasaan singkat terakhir yang kita kirim
Tak lagi bermakna apa apa
Kau dan aku secara tak kasat mata,
Sepakat meniadakan kita
Dalam satu rengkuh peluk
Hati kita sama sama resah
Sebuah pelukan untuk perpisahan
Semoga sanggup merelakan meski kenangan meremukkan

m
-Menjemput peluk-

Ku pulang pada tempat yang selama ini ku aminkan

Menjemput lambaian tangan dan senyummu yang mengurai peluk

Di depan pintu kamu menungguku berdiri

Bersiap dengan wangi khas tubuhmu yang meruap

Lengkung bibirmu menurun

Kelopak matamu berubah jadi sayu

Kau rengkuh tubuhku tepat di dada kirimu

Segenap afeksi yang kau berikan buatku nyaman

Mataku menyusul dalam diaroma peluk

Sungguh, taka da dekap sehangat ini

Taka da dekap selantang ini

Sangat nyaman kurasakan

Dicintai olehmu adalah uraian hening

Yang menyeluruh alam liar hutan krama

Kadang, kau menjadi sosok paling romantic kukenal

Menyeru dengan segala tutur rupawan

Hingga kulupa dengan sekota kesalahan

Kau mengusap air mataku saat ku mengeluh

Memeluk dan berkata semua kanbaik baik saja

Tapi kau kerap berperan sebagai sosok paling keras

Angkuh dan ingin menang atas segala pikirmu

Kau juara diantara logika yang kau agungkan


Demi realita yang kau perjuangkan

Sempat ku Lelah dengan sedikit kurang dalam prinsipmu

Tapi kuakui,

Untaian kebaikanmu berhasil menutup segala kekuranganmu

Lagi lagi ku jatuh padamu

Kau melepas rengkuhan

Memegang kedua Pundak,

Mencoba membuka kelopak mata berkilah sok kuat

Menguar untuk berkata

“Aku mencintaimu” Ujar angkuh dengansegala gengsi

“Mengapa kamu?’

Belum sempat ku berkata,

Wajahmu bergegas mendekat

Meluapkan segala emosi seperti tlah lama terpendam

Tangismu menetes tepat dibelakang telingaku

Air mata dari seorang yang selama in melindungik

Dengan seutas janji dan komitmennya

Kau kuat menahanku

Iya ku sudah disini

Ku mengeri kau sedang mengadu rindu

Napasmu terlihat sibuk Menyusunkalimat pembuka yang tepat

“Aku juga mencintaimu”

Jawabmu dalam gelap saat angkuh pulang dari belakang leher

i
-Radio Mobil-

Ku selalu memiliki pemikiran ini

Disaat ku harus mengganti kursi itu

Dengan apa yang kubeli dulu

Karena seseorang telah mencuri radio mobilku

Dan sekarang aku hanya duduk diam saja

Aku merenungkan sesuatu yang hebat

Paru-paruku kan mengembang dan mengempis

Mereka penuh dengan api dan hasrat nafsu

Aku tahu ini akan mengambil waktuku hari ini

Terkadang diam adalah kekerasan

Sulit bagiku menyembunyikannya

Kesombonganku sudah tak lagi ada dalam tubuhku

Sekarang ia ada di lengan bajuku

Kulitku akan menjerit

Dan mengingatkanku pada seseorang yang kubunuh dimimpi

Aku benci mobil ini

Karnaku dipaksa berurusan dengan yang kurasakan

Dan takada gangguan untuk menutupinya

Aku bisa menarik kemudi ini

Namun kukan menabrak papan reklame

Ku tak tau kenapa kudisini

Ini terlalu dalam

Tolong berhentilah berpikir

Karna ku lebih suka mobilku bersuara


-Biarkan kubebas-

Mereka ingin membuatku lupa

Para uskup tak ingin melepaskanku

Akan kusimpan siletku sekarang

Namun takan kulepas hari ini

Aku sangat berat. Perisaku telah siap

Aku ringan saat aku dibawah

Aku tinggi saat aku berat

Perisai ini menerbangkanku sangat tinggi

Dan kumemilih terbang dari sang suci

Sang timur telah bangkit!

Dan aku tak berdaya saat mendengar itu tiba

Saat para uskup tiba. Mereka akan tau

Sang molokh tak pernah menggunakanku

Apa yang kukatakan takan pernah cukup

Mungkn butuh uang balapan untuk menebusnya

Atau darah pengorbanan sebagai umpan

Ataukah ku harus rela ditelan air cucian


-Mudahkah?-

Apakah lebih mudah bertahan? Ataukah lebih mudah untuk pergi?

Aku tak ingin tahu itu

Tapi ku tahu diriku tak akan pernah berubah

Dan kau tahu kita tak menginginkannya dengan cara lain

Kenapa kita selalu menjauh?

Dan berakhir di tempat yang sama

Sepertinya kita sedang mencari sesuatu yang sama

Namun tak kunjung menemukannya

apa kita serius harus melakukan ini sekarang?

Ataukah butuh serpihan kaca sebagai bukti?

Kurasa tidak

Di sini, di sekeliling teman-temanmu

Di pagi hari, kita bisa menyelesaikannya

Satu hal yang harus kau tau

Aku sangat mencintaimu hingga aku membencimu

Saat ini, sulit untuk menyalahkanmu

Karena kau mawar hitamku

Setiap kali kau mengatakan akan pergi

Saat itulah kau mendapatkan sisi baik dari diriku

Kau tahu kita membutuhkannya seperti udara yang kita hirup

Dan kita terjebak dalam lingkaran biadab


-mbuh gaeroh judul e oppo-

Langit sore begitu cantik kala itu

Bias jingga senja memancar ke seluruh penjuru langit

Angin sepoi menabrak rambutku lembut

Sementara kau tak tau entah dimana

Ku merasa sungguh tenang kala itu

Menikmati deburan ombak di pinggir pantai

Sembari menyeruput es kelapa muda menyejukkan tenggorokan

Ku tatap lekat langit yang memerah itu

Dengan penuh harap amanah bisa sejenak rehat dari tempatnya

Kadang ku berfikit

Harap yang terlalu tingi hanya mencetus sakit hati kemudian hari

Sejenak kuturunkan ego

Kutundukkan kepala

Mencoba meresapi setiap ambisi yang ku letakkan di tempat begitu tinggi

Ternyata benar, rasaku yang menggebu

Hingga kesakitan begitu besar tak henti bertamu

Detik itu ku berusaha memberi jalan pada kata maaf

Mencoba Kembali menjadi seorang pejuang

Kembali menghubungimu untuk keberlangsungan ini

Dan berharap semua sedikit membaik

Ku rasa ku terlalu keras begitu takut kehilanganmu

Kesalahan kecilpun kan berdampa pada apa aku

Malam dengan gelapnya menutup keheningan hari itu

Terselip sebuah doa untuk jalan cerita yang lebih baik kemudian hari
Di sudut sebuah tempat ridur

Ku memesan sebuah mimpi indah

Sebagai pemanis menuntaskan rasa bersalah

Yang sempat mengisi hari hari sebelumnya


-ASMARA-

Kembali bercerita tentangmu

Seorang tokoh lemah lembut

Yang kadang keras kepala dengan perasaannya

Sesosok jiwa yang kerap jatuh karna asumsinya

Juga sepotong angkuh yang selalu memenangkan egonya

Beberapa hal

Tak bisa ku ceritakan semuanya di paragraph pembuka

Memang adanya bahwa kamu adalah satu rangkaian bahasa

Tentang sebuah makna yang wajib dalam setiap doa

Bibirmu merupa mawar

Terlihat indah dengan durinya

Begitu cantik dengan luka yang mudah kau antarkan

Sedikit tipis banyak rindunya

Demikian dengan kecupmu yang sempurna

Berhias senja desember begitu indah meski sebentar

Semburat cahaya Mentari terpantul dari belikatmu

Merefleksikan keanggunan

Dari sosok perempuan penulis cinta tengah malam

Begitu nyata dengan komitmen yang terkadang semu

Aku sudi bagian ini

Tentang candu dengan rambut gelombangmu

Yang menutup pesta gemerlap keindahan dibalik punggungmu

Juga belakang lehermu yang mementaskan alunan music bertempo rendah

Berkawal matamu yang menatap tajam setelah gelap


Sungguh,

bila ku boleh meminjam

Ingin kubawa pulang untuk peneman tidur

Dan penyangga sepi di tiga pagi

Mari selesaikan mala mini dengan seteguk filantropi

“Tolong ambilkan gelas sayang”

Boleh kau beri sedikit gula

Agar segala pahit kita sedikit tersamarkan

Prosa malam yang cukup mengukir seni

Antara dau bait berbeda

Yang saling bergelut dalam pikiranya masing masing

Sebuah gelanggang besar dimana aku dan kau saling mengadu nafas

Dan kita sedang dalam inti percakapan kekasih

Kita sedang berpentas

“Maksudnya?”

Jawabmu tergelak sambal terengah

“Selamat tidur, sampai jumpa besok”

Jawabku sambal meneguk


-MBUH JUDUL E OPO-

Tak bisa berhenti befikir “bila” dan “kapan” ku kan mati

Sekarang yang kumengerti hanya “bila” dan “kapan” adalah tangisan yang berbeda

Karna “bila” ialah kepanikan dan “kapan” amatlah pedih

Dan kita dikelilingi dan diburu

Tak ada “di atas” atau “di bawah” ataupun “di sekelilingnya”

Karena “di atas” ialah keyakinan buta

“di bawah” ialah mengakhiri perjuangan

Dan “di sekitar” ialah keajaiban obat obatan

Pilih saja “di atas” dan lihatlah nanti

Karna bila dan kapan kita pergi ke atas

Pertanyaanya kan pasti tetap ada

Apakah kita masih merasakan cinta?

Dan mungkinkah kita merasakan hal sama seperti dulu?

Dan saat itulah yang “di bawah” mulai membuatku bertanya

Tapi sebelum saat itu tiba, kan kukatakan ini

Ku kan tetap bergerak dan mereka takkan tau

Ku kan berubah menjadi orang lain

Karna yang mereka lontarkan padauk terlalu lambat

Dan ku hanyalah hantu dengan pertahanan

Nicholas BourbAki kan selalu mencoba menghentikanku

Ia tak punya teman dekat. Tapi mereka mengenalnya

Ia pergi dengan Nico, Ia berkata padauk aku tiruan

Saat ia bertindak padauk. Hampir menghentikanku


Tak ada yang bebas atau ada pintu rahasia

Untuk apa kita disini?

Jika tak terus melalui semua penyiksaan kita

Rumah Emas
Ibu berkata padaku, “Nak, saat kau dewasa
Akankah kau belikan ibumu sebuah rumah dari emas?
Dan saat ayahmu berubah menjadi batu
Akankah kau peduli padaku?”

ku kan membuatmu ratu dari apapun yang kau lihat


ku kan membawamu ke peta
ku kan menyembuhkan penyakitmu

Katakanlah kita kan meninggalkan kota ini


Dan mengembalikan masa depan kita
Kita kan berpura kau dan aku
Hidup selamanya dengan bahagia

Dan sejak kita tahu mimpi itu telah tiada


Dan kehidupan kembali ke rencana awal
Aku berencana menjadi seorang gelandangan
Jadi aku mungkin hanya menjadi seseorang

Anda mungkin juga menyukai